Bagaimana Strategi Indonesia Bergabung BRICS dan OECD Dari Tekanan Trump?
Mohammad Nashiir January 17, 2025 03:23 PM
Keputusan Indonesia bergabung dengan BRICS sebagai anggota penuh dan akan bergabung ke OECD ialah suatu hal yang kontroversial menurut Amerika Serikat dibawah pimpinan Donald Trump karena BRICS sendiri menerapkan kebijakan dedolarisasi yang direspon oleh trump melalui kenaikan tarif perdagangan 100% yang dinilai berpotensi akan menekan aktivitas produksi di negara-negara produsen utama seperti Tiongkok, Meksiko, dan Kanada. Kondisi tersebut, bisa menghambat Indonesia untuk menuai manfaat dari keanggotaan BRICS atau kelompok dari negara-negara yang semula hanya beranggotakan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Hal itu dibuktikan pada pernyataan tegas Donald Trump:
“The idea that the BRICS Countries are trying to move away from the Dollar while we stand by and watch is OVER,” Trump wrote on Truth Social — referring to the group whose acronym stands for founding members Brazil, Russia, India, China and South Africa.
“We require a commitment from these Countries that they will neither create a new BRICS Currency, nor back any other Currency to replace the mighty U.S. Dollar or, they will face 100% Tariffs, and should expect to say goodbye to selling into the wonderful U.S. Economy.”Trump Wrote on Truth Social.
Disisi lain, karena respon dari Trump tersebut disebabkan adanya dedolarisasi yang dapat melemahkan mata uang dolar membuat proses aksesi menjadi calon anggota OECD semakin sulit karena organisasi ini memiliki kencederungan semua keputusan bergantung pada Amerika Serikat. Meskipun, keanggotaan di BRICS memberikan peluang untuk memperluas pasar ekspor, mengakses mekanisme pembiayaan alternatif seperti New Development Bank, dan memperkuat kerja sama dengan negara-negara berkembang lainnya. Sementara itu, proses aksesi ke OECD menawarkan keuntungan berupa standarisasi kebijakan ekonomi yang diakui secara global, yang dapat menarik investasi berkualitas tinggi. Hal tersebut menimbulkan dilema bagi Indonesia yang dihadapkan antara mempertahankan hubungan dagang strategis dengan AS dan memanfaatkan manfaat ekonomi dari BRICS dan OECD. Apalagi jika Pemerintah Amerika Serikat saat dipimpin Trump akibat Indonesia bergabung menjadi keanggotaan penuh BRICS. Di lain hal, perlunya mengatasi dilema ituIndonesia perlu menjalankan strategi diplomasi yang cermat dan mengedepankan pendekatan politik luar negerinya yang bebas aktif . Sebagai anggota BRICS, Indonesia dapat mempromosikan kebijakan yang inklusif dan memberikan solusi untuk menyelesaikan dominasi dolar AS tanpa harus terkena ancaman dari Trump, sehingga mengurangi potensi ketegangan dengan Washington. Dalam proses aksesi ke OECD, Indonesia harus memanfaatkan pengaruhnya sebagai negara berkembang dengan ekonomi yang terus tumbuh, sambil menunjukkan komitmen terhadap reformasi ekonomi yang sejalan dengan standar OECD.
Selain itu, diversifikasi mitra dagang menjadi langkah krusial untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS. ASEAN, Uni Eropa, dan Timur Tengah dapat menjadi mitra strategis yang membantu memperluas jangkauan ekspor Indonesia. Di tingkat domestik, penguatan daya saing ekonomi melalui peningkatan produktivitas, diversifikasi ekspor, dan pengembangan sektor teknologi tinggi perlu menjadi prioritas agar Indonesia memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam percaturan geopolitik global. kemudian, ndonesia perlu membangun narasi global bahwa keanggotaannya di BRICS dan OECD bertujuan untuk mendukung stabilitas ekonomi dunia yang inklusif. Sebagai negara dengan posisi strategis di Asia Tenggara, Indonesia dapat memainkan peran sebagai jembatan antara negara-negara maju dan berkembang. Dalam BRICS, Indonesia dapat mendorong kebijakan yang memprioritaskan kerja sama Selatan-Selatan tanpa menimbulkan eksklusivitas. Sementara di OECD, Indonesia dapat mempromosikan agenda reformasi yang inklusif bagi negara-negara berkembang lainnya Dengan strategi yang terintegrasi, Indonesia dapat memanfaatkan keanggotaan BRICS untuk memperkuat kerja sama Selatan-Selatan sekaligus menggunakan keanggotaan OECD untuk meningkatkan pengakuan global terhadap perekonomiannya. Langkah ini tidak hanya memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang maksimal, tetapi juga membangun peran strategisnya sebagai negara dengan posisi netral yang berkontribusi pada stabilitas dan pertumbuhan ekonomi domestik indonesia dan posisi indonesia di tata kelola ekonomi global.
Oleh sebab itu, Indonesia berada pada posisi strategis untuk memanfaatkan keanggotaan BRICS dan OECD sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing globalnya. Dengan strategi diplomasi cermat menggunakan politik luar negerinya yang bebas aktif , diversifikasi mitra dagang, dan penguatan ekonomi domestik .Indonesia dapat mengatasi tekanan Trump tanpa mengorbankan manfaat dari kedua organisasi tersebut. Pendekatan yang inklusif dan berorientasi jangka panjang akan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi pemain kunci dalam tata kelola ekonomi global yang lebih seimbang dan inklusif. Langkah ini juga akan memperkuat peran Indonesia sebagai negara dengan posisi strategis di kancah internasional.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.