Laporan Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), satu di antara pelopor pelaku ekonomi digital Indonesia, menempuh langkah strategis yang mengejutkan pada momen perjalanan 15 tahun mereka di industri digital.
Langkah yang terbilang mengejutkan itu adalah, mulai Februari 2025, perusahaan ini akan menghentikan penjualan produk fisik di platformnya dan mengalihkan fokus ke bisnis berbasis produk virtual, gaming, investasi, serta model online-to-offline (O2O).
Keputusan ini diambil setelah evaluasi internal menunjukkan bahwa produk fisik hanya menyumbang sekitar 3 persen dari total pendapatan perusahaan.
Langkah tersebut menuai tanggapan beragam, termasuk apresiasi dari pakar ekonomi digital.
Nailul Huda, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menyebut langkah BUKA sebagai keputusan berani yang mencerminkan visi jangka panjang.
“Fokus baru ini menunjukkan bahwa BUKA tidak hanya bertahan di tengah persaingan ketat, tetapi juga memahami perubahan pola konsumsi masyarakat."
"Langkah seperti ini penting untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang, terutama dalam memberdayakan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional,” jelasnya melalui keterangan pada Jumat (17/1/2025).
Menurut Huda, model bisnis O2O BUKA menjadi salah satu kekuatan utama dengan kontribusi sekitar 40-50 persen terhadap total pendapatan perusahaan.
Strategi ini dinilai berhasil menjangkau pelaku usaha kecil di daerah yang kurang terlayani teknologi.
“Mitra Bukalapak adalah contoh bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dengan kebutuhan lokal, menciptakan peluang baru, dan memperkuat daya saing UMKM,” tambahnya.
Namun, Huda juga memberikan catatan penting.
“Tantangan terbesar adalah memastikan eksekusi yang konsisten. Restrukturisasi ini membutuhkan perhatian besar pada detail operasional dan komunikasi yang efektif kepada mitra serta pelanggan. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi resistensi bisa muncul,” ujarnya.
Selain fokus pada Mitra Bukalapak, BUKA akan mengembangkan bisnis di sektor investasi, ritel, dan gaming, yang dianggap memiliki potensi besar untuk mendukung profitabilitas.
Dengan total kas, setara kas, dan investasi likuid sebesar Rp 19 triliun pada akhir Q3 2024, perusahaan memiliki fondasi keuangan yang kuat untuk mendukung transformasi ini.
Huda menekankan bahwa keberhasilan strategi ini bergantung pada kemampuan BUKA untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan dinamika pasar.
Di sisi lain, Direktur Utama Bukalapak Willix Halim menyatakan, keyakinannya terhadap keputusan ini.
“Kami percaya fokus pada bisnis yang relevan dan berkelanjutan akan memberikan dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan."
"Transformasi ini adalah bagian dari visi jangka panjang kami untuk terus mendukung UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia,” katanya.
Dengan langkah strategis yang terbilang berani, Bukalapak dinilai tidak hanya menandai tonggak sejarah 15 tahun perjalanannya, tetapi juga menghadirkan harapan baru bagi ekosistem digital Indonesia.
Transformasi ini mengingatkan kalau inovasi, meskipun penuh tantangan, adalah kunci keberlanjutan di era ekonomi digital. (oln/kntn/*)