Indonesia Ingin Borong Minyak Rusia, Tak Gubris Ancaman Trump
GH News January 25, 2025 09:05 AM
JAKARTA - Di tengah ketagangan geopolitik antara negara-negara belahan dunia Selatan dan Barat, Indonesia baru-baru ini justru menyatakan ingin membeli minyak dari Rusia , dan menyatakan tidak takut ancaman Barat atau ancaman tarif dari Presiden AS Donald Trump.

Trump baru-baru ini telah mengeluarkan ancaman keras terhadap aliansi BRICS. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang sama dari Barat. Apakah ini penting bagi negara-negara yang sekarang bergabung dengan BRICS?

BRICS telah menjadi subjek yang menarik bagi sejumlah negara. Dengan blok yang memperjuangkan kesetaraan ekonomi dalam skala global, blok ini berusaha untuk menantang dolar AS. Kini, upaya tersebut telah menimbulkan respons yang mengerikan dari Presiden AS. Namun, ancaman tersebut tidak menghalangi Indonesia, salah satu negara yang baru saja berekspansi menjadi anggota penuh BRICS.



Indonesia dengan tegas menginginkan kerja sama pembelian minyak dari Rusia dan tidak terpengaruh oleh ancaman tarif 100% dari Trump. Selain itu, mereka telah mendiskusikan peningkatan ekspor ke China dan India, dengan tujuan untuk memperkuat posisinya dalam kelompok tersebut.

"Kesempatan mendapatkan minyak dari Rusia muncul setelah kami bergabung dengan BRICS," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Bahlil Lahadalia, baru-baru ini, dilansir dari Watcher Guru, Sabtu (25/1/2025).

"Selama hal itu sesuai dengan peraturan dan tidak menimbulkan masalah, mengapa tidak?" Bahlil menambahkan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan. "Selama itu menguntungkan Indonesia, kami terbuka untuk berdiskusi. Jika langkah ini memungkinkan kita untuk membeli minyak dengan harga USD20 atau USD22 lebih murah, mengapa tidak?" ujar Luhut.

Sementara, Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia, Zulkifil Hasan menjawab kekhawatiran ini dengan mengatakan bahwa Indonesia tidak akan melakukan transaksi-transaksi perdagangan karena takut.

"Mengapa kita tidak mau (membeli minyak Rusia)? Kita takut? Tidak ada ruang untuk takut dalam perdagangan. Bagaimana seseorang bisa melakukan perdagangan jika ia takut?"



Namun, pakar hubungan internasional dan politik Indonesia, Ahmad Risky Umar, menegaskan Indonesia akan membayar risiko geopolitik.

"Kemungkinan besar akan ada biaya geopolitik," tandas dia. Terlebih lagi, Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dikatakan sadar dan siap untuk menghadapinya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.