Ini yang Harus Kamu Tahu saat Ingin Melancong ke Jakarta Era 1920-an
Moh. Habib Asyhad January 26, 2025 03:34 PM

[ARSIP INTISARI]

De Vries menggambarkan bagaimana kondisi Jakarta (Batavia) era 1920an. Hotelbertebaran di mana-mana, baik untuk si kaya atau setengah kaya.

Terbit pertama di Majalah Intisari edisi Juni 1978 dengan judul "Pariwisata di Jakarta Setengah Abad yang Lalu"

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Apakah kamu tidak penasaran dengan bagaimana kondisi Jakarta atau Batavia pada era 1920-an?

Menurut catatan de Vries dalam Jaarboek van Batavia (1927), ternyata ketika itu Jakarta sudah ada hotel-hotel menjulang tinggi dengan taksi berseliweran di mana-mana. Lewat buku ini juga kita barangkali bisa menerka-nerka di mana letak persisnya hotel-hotel itu.

Saat itu, para pelancong yang ingin tinggal atau pergi ke Jakarta (nama ini pertama digunakan pada zaman pendudukan Jepang), untuk waktu singkat atau lama, tidak akan bingung mencari penginapan.

Ya bagaimana lagi, karena sudah banyak hotel di Jakarta saat itu. Baik untuk si kaya atau yang tidak terlalu kaya, tulis de Vries.

Beberapa hotel besar yang disebut adalah Hotel des Indes (tempatnya kini didirikan Duta Merlin), Hotel der Nederlanden (tempatnya sekarang dipakai Bina Graha), Hotel Koningsplein dan Java Hotel.

Para direksi beberapa hotel waktu itu juga sudah insaf bahwa kenang-kenangan paling mendalam bagi seorang turis adalah lingkungan di mana mereka berada selama di rantau. Dan tempat itu kebanyakan hotel.

Karena itu perhotelan yang baik bukan hanya penting untuk para pemilik hotel, tetapi juga bagi para turis. Kalau hotel-hotel baik, lebih banyak turis yang datang, tulis de Vries.

Ruang-ruang makannya luas, dekoratif. Kamar-kamarnya, kebanyakan sistem paviliun, lebih mirip villa-villa tersendiri dengan fasilitas yang modern.

Selama makan malam Anda akan dihibur dengan orkes. Dan kalau mau ada kesempatan berdansa. Para karyawan dan atasan ramah dan terdidik, selain bisa beberapa bahasa asing.

Di pelabuhan maupun stasiun ada kendaraan hotel yang tersedia, sedangkan pengurusan bagasi bisa diatur oleh para mandor. Beberapa hotel malahan mempunyai instalasi listrik, pencucian, dan pabrik es sendiri.

Namun tarifnya juga tidak murah. Dengan uang sekitar 10 gulden sehari para turis bisa mendapat kamar sejuk luas, di hotel-hotel besar, yang diperlengkapi dengan fasilitas modern (tidak disebut apa).

Entah berapa perbandingan 10 gulden itu dengan rupiah kita sekarang, tetapi waktu itu ada seorang guru kepala sekolah dasar yang mendapat gaji 75 gulden sebulan dan bisa hidup layak dengan keluarganya. Dan beras sekitar 0,05 gulden alias 5 sen seliter entah kilo.

Andaikata anda ingin penginapan yang lebih baik lagi, hotel-hotel ini juga mempunyai villa-villa kecil yang betul-betul tersendiri.

Namun untuk uang sekitar 6 gulden sehari Anda juga bisa menginap di sebuah hotel yang baik. Pilihan tergantung di mana anda perlu berada.

Banyak hotel yang letaknya dekat trem atau kereta api. Beberapa hotel yang dekat dengan kendaraan umum adalah misalnya hotel Cramer, Hotel Orient di Molenvliet (sekarang Gajah Mada atau Hayam Wuruk) yang dekat dengan kereta api.

Hotel du Pavillon di Rijswijkstraat (Jl. Majapahit) dekat trem listrik dan halte kereta api uap. Hotel Daendels, yang letaknya depan stasiun di Koningsplein (Gambir), Station's Hotel di Kebon Sirih, dekat halte kereta api yang mempunyai nama sama, Hotel Binnenhof dekat kereta api Kramat, Hotel Hollandia dan hotel Dekker di Gunung Sahari dekat trem listrik.

Juga di pusat pertokoan sibuk ada banyak hotel dari kelas ini seperti Hotel du Pavillon di Rijswijkstraat; Hotel Djokja di Gang Pasar Baru, Hotel Preanger, Rembrandt, dan Wilhelmina di Krekot dekat Pasar Baru.

Semua hotel ini menyediakan kamar dengan tarif harian atau bulanan, yang terakhir ini semuanya jauh lebih murah.

Selain hotel Jakarta juga mempunyai banyak pension. Kalau dengan hotel dimaksud suatu tempat di mana orang bisa tinggal satu dua hari, pension adalah rumah yang bisa dihuni untuk waktu lebih lama.

Kebanyakan satu sampai beberapa bulan. Batasnya sulit ditarik karena banyak hotel juga bisa disewa bulanan. Karena itu sering tempat-tempat tersebut diberi nama "hotel pension".

Salah satu pension terkenal waktu itu ialah Hotel Pension Victoria. Selain kamarnya banyak, mereka juga mempunyai villa dengan perlengkapan komplit.

Letaknya di Laan de Bruyn Kops, menurut de Vries, tetapi pada iklan yang dipasang di dekatnya ditulis bahwa alamatnya Tanah Abang West (Barat) 66.

Pension lain adalah Pension van der Meulen di Menteng, di mana orang tinggal seperti dalam suatu keluarga besar, katanya.

Rupanya, waktu itu juga sudah ada flat. Di tanah Abang Timur perusahaan Weltevreden telah membuat suatu kompleks gedung dengan apartemen dan perlengkapan komplit.

Yang tinggal di situ umumnya suami-istri tanpa anak atau yang masih bujangan. Sistem yang sama juga digunakan dalam Box Chambers depan Club Inggris di Pegangsaan.

Sopir taksi dilarang merokok

Sementara sebagai seseorang yang hanya tinggal di suatu tempat kendaraan umum tentu sangat penting. Waktu itu ada kereta api uap dan trem listrik untuk dalam kota.

Kereta api melintasi seluruh poros Jakarta dan dibagi dalam dua bagian: Batavia-Kramat dan Kramat-Meester Cornelis (Jatinegara). Untuk kelas satu dalam satu bagian karcisnya 20 sen..

Trem listrik ini mulai dari Kasteelplein (Taman Fatahillah) lewat Nieuwpoortstraat (Pintu besar), Molenvliet West (Hayam Wuruk), Rijswijk (Jl. Juanda), Postweg (Jl. Pos), Waterlooplein (Lapangan Banteng), Senen, Kramat ke Jatinegara di mana stasiun terakhir terletak di Kerkstraat.

Kereta api ini mulai jalan pukul 6 pagi dan kereta terakhir umumnya lewat jam 7 malam. Jadi tidak ada dinas malam, kecuali kalau ada pesta-pesta tertentu.

Kalau trem listrik mempunyai lima lin:

Lin 1: Menteng - Kramat - Senen - Vrijmetselaarsweg - Gunung Sahari - Kota bawah dan kembali.

Lin 2: Menteng - Willemslaan - Harmoni - Kembali.

Lin 3: Menteng - Willemslaan - Vrijmetselaarsweg - kembali.

Lin 4: Menteng - Tanah Abang - Harmoni dan kembali.

Lin 5: Vrijmetselaarsweg - Willemslaan - Harmoni - kembali.

Tarifnya tergantung, dari anda mau naik untuk satu atau dua rit. Untuk kelas satu untuk satu rit adalah 20 sen dan untuk dua rit 35 sen. Tarif seksi 15 sen.

Selain itu ada abonemen bulanan untuk setiap lin tersendiri atau untuk semua jaringan.

Berbeda dengan kereta api uap, kereta api listrik tidak mengikuti poros kota, tetapi jalan di pinggiran. Mereka yang ingin melihat kota Jakarta sampai ke tempat-tempat yang sulit dicapai dengan mobil atau dokar dianjurkan untuk naik trem listrik.

Trem-trem pertama mulai pukul enam kurang sepuluh dari Harmoni ke Penang Poort. Dan dinas ini berakhir sekitar pukul 6 sore. Selain naik kereta api atau trem listrik tentu masih ada kereta dan taksi.

Lalu lintas mobil di Jakarta seperti di tempat-tempat lain juga maju pesat, tulis de Vries. Pertanda kehidupan sekarang serba cepat.

Di Batavia waktu itu sudah ada 5000 mobil kira-kira. Dan jumlah tempat penyewaan taksi banyak.

Selain itu rupanya waktu itu juga sudah orang pribadi yang menyewakan mobilnya, padahal tidak tercatat sebagai penyewa mobil. Jadi semacam taksi gelap.

Tarif taksi waktu itu berkisar antara 4 sampai 6 gulden per jam.

Stanplat taksi antara lain di Stadhuisplein, Kalibesar Barat, Glodok, Harmoni, Sluisbrug (Pintu Air), daerah komedi (Gedung Kesenian) berhadapan dengan societeit Concordia, stasiun Koningsplein (Gambir), Deca Park, pojok Menteng, Gondangdia lama, di depan gedung Kunstkring pintu masuk Gondangdia, Dierentuin (Kebon binatang yang waktu itu masih di Cikini), Krekot ujung Pasar Baru, Senen dan di pasar-pasar.

Menurut peraturan kotapraja untuk bisa menyewakan mobil, orang harus mempunyai izin dari wali kota.

Mobil yang akan disewakan itu harus diperiksa dulu oleh kepala polisi dan memenuhi syarat tertentu. Sebagai bukti kir polisi memberi izin yang dipasang pada kartu karton kuat yang memuat antara lain nomor mobil dan tarif.

Setiap taksi harus diperlengkapi dengan tanda jelas di luar, yakni bulatan putih di setiap sisi mobil.

Jadi andaikata anda tidak melihat tanda bulatan itu atau kartu "pengenal" sebaiknya anda jangan naik taksi itu, kecuali anda memesan langsung mobil dari garasi, karena ada beberapa tempat penyewaan mobil yang dibebaskan dari peraturan itu. Sopir taksi dilarang merokok.

Tarif taksi adalah sebagai berikut: Rupanya selain tarif jam-jaman waktu itu juga sudah ada tarif per kilometer. Taksi hanya boleh ditumpangi lima orang.

Tarifnya 30 sen per kilometer atau 10 cent per menit. Ini tarif antara pukul 6 pagi sampai 11 malam dengan tarif minimum 50 cent (tarif siang). Setelah pukul 11 malam sampai pukul 6 pagi ada tarif malam, yang 50 persen lebih tinggi dari tarip siang. Ongkos minimumnya juga 1 gulden.

Tarif siang dan malam itu bisa dinaikkan 25% kalau orang ke atau dari Tanjung Priok. Selain itu ada ketentuan bahwa untuk setiap menit menunggu, taksi bisa minta biaya tambahan 5 sen, sedangkan mobil khusus yang bisa membawa 5 orang lebih boleh minta 25% tambahan.

Biaya taksi harus langsung dibayar setelah dipakai, tulisnya.

Namun selain taksi, kereta api dan tram tentu juga masih ada kendaraan yang ditarik kuda, yakni ebro, sado dan delman.

Ebro adalah singkatan dari Eerste Bataviasche Rijtuig Onderneming. Kereta ini rodanya empat dan ditarik oleh dua kuda semacam andong.

Kata Sado seperti mungkin sudah anda ketahui datang dari kata Perancis dos-a-dos (punggung lawan punggung) karena kusir dan penumpang duduknya berlawanan arah. Kereta ini rodanya hanya dua.

Sedangkan kereta Deeleman yang kemudian menjadi dilman datangnya dari nama seorang penduduk setempat terkenal yang dulu membuat model kereta beroda dua ini.

Banyak yang dilakukan untuk membuat lalu lintas lebih aman di Jakarta waktu itu. Jembatan sempit diperlebar seperti Jembatan Kramat, Jembatan pintu air, lapangan Harmoni dan Glodok, katanya.

Selain itu di tempat-tempat di mana lalu lintas ramai ada polisi lalu lintas yang berdiri di bawah semacam payung, supaya jangan kepanasan dan kehujanan. Polisi ini diperlengkapi dengan alat listrik yang bisa menyala merah pada waktu malam kalau perlu memberi aba-aba berhenti.

Di beberapa tempat di tengah simpang empat atau tiga, ada setengah bola kaca di jalan yang ditutupi dengan jeruji besi. Pada malam hari lampu akan menyala agar pengemudi mobil atau kereta lebih waspada.

Di beberapa tempat antara lain di jalan ke Tanjung Priok dan Jatinegara, pangkal pohon-pohon besar dikapur putih melintang, sedangkan di pinggir jalan ke Tanjung Priok dipasangi pinggiran putih.

Asyik juga untuk kembali setengah abad. Ternyata ada juga yang bisa bertahan melawan waktu. Tapi ada juga yang sudah punah. Delman sudah tak jelas keberadaannya, sementara taksi gelam masih banyak berkeliaran.

Trem listrik sudah diganti fungsinya oleh bus umum. Ada juga KRL alias kereta api listrik. Jakarta memang nggak ada matinya!

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.