Kolaborasi Indonesia-Palestina Bangun Kembali Rumah Sakit di Gaza
GH News January 31, 2025 11:07 AM
JAKARTA - Qudwah Indonesia menggelar Kolaborasi Indonesia Palestina Internasional Forum 2025 dengan tujuan memperkuat kerja sama dalam membantu rakyat Palestina, khususnya dalam pembangunan kembali fasilitas kesehatan di Gaza.

Acara ini dihadiri 30 dari 50 lembaga amil zakat dan fundraiser yang diundang serta melibatkan perwakilan dari empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Turki, dan Yaman.



Forum menghadirkan berbagai lembaga kemanusiaan dan organisasi penting, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), Qudwah Indonesia, Medics World Wide, Yayasan Indonesia Amanah Dermawan (YIAD), Hand of Charity of Berhad, dan ATAA.

Direktur Qudwah Indonesia Lukman Hakim menuturkan pembangunan rumah sakit di Gaza menjadi prioritas karena banyak rumah sakit di wilayah tersebut telah berhenti beroperasi akibat serangan Israel. Salah satu proyek utama yakni pembangunan kembali Rumah Sakit Abu Yusuf Annajar yang mengalami kerusakan parah.

Rumah sakit ini terletak di Rafah dan merupakan institusi medis utama di daerah kepadatan penduduk yang tinggi mencapai 250 ribu jiwa.

Lukman mengatakan, pembangunan kembali rumah sakit ini membutuhkan biaya Rp20 miliar. "Insyaallah dengan kolaborasi berbagai lembaga nasional dan internasional dalam waktu 6-12 bulan bisa dibangun kembali rumah sakit ini," ucapnya.

Ketua MUI Pusat Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Prof Sudarmoto menyatakan pembangunan kembali rumah sakit ini bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga menjaga fungsi sejarahnya.

“Sekarang tinggal menghitung kebutuhan dananya. Saya akan menyampaikan hal ini kepada MPR/DPR agar pemerintah juga turut berkontribusi. Jangan sampai hanya lembaga amil zakat yang membantu, sementara pemerintah hanya memberikan apresiasi,” ujarnya.

Dia juga berencana membawa proyek ini ke dalam forum Konferensi Asia-Afrika mendatang agar mendapatkan dukungan lebih luas.

Dr Zaid Al Qirem dari Medics World Wide menyoroti krisis kesehatan di Gaza. Lebih dari 90% rumah sakit tidak bisa beroperasi normal, bahkan ambulans sering menjadi sasaran serangan.

“Fasilitas kesehatan dibombardir penjajah, tak ada tempat aman untuk bertahan. Akibatnya, banyak korban luka yang terancam kehilangan nyawa karena layanan medis tidak bisa diberikan secara maksimal,” ujarnya.

Dia menilai saat ini waktu yang tepat membangun kembali rumah sakit, apalagi masih ada gencatan senjata. “Meski kita belum tahu apakah ini akan permanen atau tidak, kita harus segera bertindak. Dengan kerja sama ini, diharapkan hambatan distribusi dan pembangunan dapat diselesaikan,” katanya.

Dia juga mengajak kaum muslimin dan masyarakat Indonesia ikut berkontribusi dalam pembangunan Rumah Sakit Abu Yusuf Annajar sebagai langkah nyata mendukung kemanusiaan di Palestina.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.