BMKG Keluarkan Imbauan Waspada Cuaca Ekstrem di Jabar hingga Yogyakarta
kumparanNEWS February 02, 2025 01:42 AM
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkap terdapat sejumlah faktor atmosfer yang berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.
"Sebagai latar belakang saat ini di sebagian besar wilayah Indonesia masih berada pada kondisi puncak musim hujan yaitu di bulan Januari hingga Februari. Di dalam puncak musim hujan masih pengaruh monsun atau angin yang bertiup dari arah benua Asia semakin menguat, intensitasnya semakin menguat,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers daring, Sabtu (1/2).
Dwikorita menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih berada dalam periode puncak musim hujan, yang diperkuat oleh beberapa fenomena atmosfer, seperti monsun Asia, La Niña lemah, serta gelombang atmosfer ekuator. Selain itu, munculnya bibit siklon tropis di beberapa titik juga menjadi perhatian utama.
"Selain itu, juga masih ada pengaruh Madden-Julian Oscillation (MJO) yang semakin bergerak ke arah Indonesia bagian tengah dan juga adanya pengaruh seruakkan udara dingin dari dataran tinggi di Asia atau dataran tinggi Siberia," ujarnya.
BMKG mendeteksi tiga bibit siklon yang berpotensi memicu cuaca ekstrem di Indonesia, yakni bibit siklon 90S di selatan Nusa Tenggara, bibit siklon 99S di selatan Banten, serta bibit siklon 96P di Teluk Carpentaria, selatan Papua.
Dari ketiganya, siklon 96P di Papua menjadi yang paling diwaspadai karena dapat meningkatkan curah hujan secara signifikan di wilayah tersebut.

Daerah yang Berpotensi Terdampak

BMKG mengidentifikasi beberapa daerah yang berpotensi mengalami hujan lebat hingga ekstrem pada periode 2–7 Februari, antara lain:
  • Wilayah Papua: Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat Daya, Papua Barat.
  • Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT): Kupang dan sekitarnya.
  • Wilayah lainnya: NTB, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, serta Jambi.
Ilustrasi hujan deras. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan deras. Foto: Shutterstock
Selain hujan ekstrem, gelombang tinggi 2,5–4 meter juga berpotensi terjadi di sejumlah perairan, termasuk Samudra Hindia Barat Bengkulu hingga Lampung, Laut Maluku, Laut Halmahera, serta perairan utara Papua.
"Ketinggian gelombang dapat mencapai 2,5 meter hingga 4 meter yang diprediksi akan terjadi di Samudera Hindia Barat Bengkulu hingga Lampung kemudian juga Samudera Hindia Selatan Banten hingga NTT juga di Laut Sahu di perairan Kupang hingga Pulau Rote Laut Maluku, Laut Halmahera juga di perairan Utara Papua Barat Daya hingga Papua di Samudera Pasifik Utara Halmahera," ujarnya.

Waspada Banjir dan Longsor di Wilayah Pegunungan

BMKG mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Beberapa langkah antisipasi yang disarankan antara lain:
  • Mengenali tanda-tanda banjir bandang: Perubahan warna air sungai menjadi keruh atau muncul awan gelap di hulu sungai.
  • Mewaspadai longsor: Munculnya retakan tanah, kemiringan bangunan, atau pintu dan jendela yang sulit dibuka secara tiba-tiba.
  • Menyusun jalur evakuasi: Warga di daerah rawan bencana diimbau untuk segera menjauh jika hujan terus berlangsung.
  • Memantau informasi cuaca: Masyarakat disarankan untuk mengakses aplikasi BMKG guna mendapatkan informasi prakiraan cuaca yang diperbarui setiap tiga jam.
BMKG menegaskan bahwa situasi cuaca saat ini masih sangat dinamis. Oleh karena itu, kesiapsiagaan semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat, dapat mengurangi risiko bencana akibat cuaca ekstrem.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.