BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang diusulkan Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) Muhidin diklaim berhasil mengurangi intensitas hujan di wilayah tersebut.
OMC yang dilaksanakan pada 29-30 Januari 2025 ini menunjukkan hasil positif dalam menekan potensi banjir di beberapa daerah rawan.
“Alhamdulillah, usulan Pak Gubernur direspons cepat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Hasilnya, sejak OMC dilakukan, intensitas hujan di Kalsel cenderung menurun,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Bambang Dedi, Minggu (2/2/2025).
Bambang menjelaskan, OMC merupakan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, khususnya banjir akibat curah hujan tinggi.
Prosesnya dilakukan dengan penyemaian garam dan kapur tohor di awan-awan potensial agar hujan turun sebelum awan mencapai wilayah rawan banjir.
OMC kali ini difokuskan pada awan-awan di wilayah pesisir selatan Kalsel, dengan tujuan mengurangi potensi hujan lebat di daratan.
“Berdasarkan analisis BMKG, operasi ini cukup efektif meski belum mencakup seluruh wilayah Kalsel. Namun dampaknya signifikan untuk mengurangi risiko banjir,” tambah Bambang, peraih Anugerah ASN Award 2024 Kalsel.
Meski demikian, Bambang menilai durasi OMC yang singkat membuat hasilnya belum optimal.
“Idealnya, OMC dilakukan lebih lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” paparnya.
Di sisi lain, Gubernur Muhidin juga telah mengajukan permohonan kepada BNPB agar OMC kembali dilaksanakan pada 8-9 Februari 2025.
Hal ini untuk mendukung kelancaran peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Kalsel, yang rencananya akan dihadiri Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah pejabat negara.
“OMC bukan untuk menghilangkan hujan, melainkan mengendalikan intensitasnya,” jelas Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB, Agus Riyanto.
Menurutnya, OMC dilakukan dengan teknik redistribusi curah hujan ke area yang lebih aman seperti laut.
“Kami menaburkan satu ton garam dan kapur tohor di awan-awan di atas laut untuk mempercepat proses hujan sebelum mencapai daratan. Garam mempercepat turunnya hujan, sementara kapur tohor membantu membuyarkan awan,” terangnya saat meninjau OMC di Bandara Syamsudin Noor.
Agus menambahkan, efektivitas OMC ini mencapai 70 persen, dan BMKG telah membentuk unit khusus untuk mengelola teknologi ini.
“Teknologi ini terbukti masih relevan untuk mitigasi bencana di Indonesia,” pungkasnya. (msr)