BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Penghematan anggaran belanja bisa menjadi langkah positif, bila dilakukan secara tepat sasaran dan diterapkan dengan baik.
Namun, menurut Pengamat Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin, perlu diingat dan diantisipasi potensi dampak negatifnya, terutama pada sektor swasta.
“Efisiensi anggaran perjalanan dinas memang diperlukan, agar alokasi belanja benar-benar sesuai dengan kebutuhan daerah maupun pemerintah pusat,” ujarnya.
Tetapi, dikatakannya, di daerah yang sektor swastanya masih bergantung pada kegiatan pemerintah, kebijakan ini dapat menimbulkan dampak ganda.
Misalnya hotel dan rumah makan di daerah, yang pendapatannya bergantung pada kegiatan pemerintah. Mereka pasti akan terkena imbas.
Selain potensi penurunan pendapatan, hal ini juga dapat berimplikasi pada tenaga kerja, seperti berkurangnya take-home pay. Bila situasinya memburuk, dampaknya bisa terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.
“Karena itu penting adanya upaya mitigasi, agar dampak-dampak negatif tersebut bisa diminimalisasi,” tuturnya.
Diketahui bersama, bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG), saat ini menjadi perhatian.
“Program tersebut saat ini rasanya kurang tepat dijalankan, di tengah keterbatasan anggaran dan sumber daya yang dimiliki pemerintah,” katanya.
”Bukan program itu tidak baik, tetapi kemampuan kita secara finansial masih sangat terbatas,” imbuhnya.
Ditanbahkannya, progam MBG lahir dari janji politik, bukan hasil dari riset yang matang. Ratusan triliun anggaran seharusnya digunakan secara efisien untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia kita.
Ke depan pemerintah bisa lebih fokus pada pengembangan sektor pendidikan, seperti menyediakan akses pendidikan gratis dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, pemerataan fasilitas pendidikan, serta meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen.
Kini utang negara semakin besar, sehingga kita harus cermat dalam mengatur alokasi belanja.
Di tengah beban hutang negara yang semakin tinggi, pemerintah harus bijak dalam menentukan prioritas belanja.
Efisiensi anggaran yang diterapkan dengan strategi tepat akan memberikan manfaat besar, sementara kebijakan yang kurang terarah justru bisa menimbulkan masalah baru.
“Dalam situasi seperti ini, kita harus pintar-pintar mengelola sumber daya yang ada. Fokus pada sektor yang mendukung pertumbuhan jangka panjang, seperti pendidikan, adalah langkah yang lebih bijak,” pungkasnya. (mel)