TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Presiden RI periode 2019–2024, Angkie Yudistia, menerima penghargaan dalam kategori “Inclusive Women Leaders With Disabilities” dari Elshinta Award. Penghargaan ini menjadi pencapaian ke-23 dalam kariernya sebagai pejuang inklusivitas di Indonesia.
Bersamaan dengan penghargaan tersebut, Angkie juga hadir sebagai narasumber dalam Sarasehan Menuju Indonesia Emas 2045, yang digelar di Antara Heritage Center, Jakarta, untuk berbagi wawasan tentang peran ekonomi inklusif dalam mewujudkan kesejahteraan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
Angkie menegaskan bahwa ekonomi inklusif bukan sekadar kebijakan sosial, tetapi strategi utama pembangunan nasional.
"Ketika semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, maka kesejahteraan bukan hanya menjadi mimpi, tetapi kenyataan," ujar Angkie dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
Menurutnya, ekonomi inklusif harus memastikan bahwa kelompok rentan—termasuk penyandang disabilitas, perempuan kepala keluarga, dan pekerja informal—memiliki akses setara terhadap peluang ekonomi.
"Kelompok rentan bukan sekadar penerima manfaat, tetapi juga pelaku pembangunan. Kita harus menciptakan ekosistem yang memungkinkan mereka berdaya dan mandiri secara ekonomi," tambahnya.
Angkie juga menyoroti pentingnya peran generasi muda dalam mengakselerasi ekonomi inklusif, terutama melalui inovasi dan teknologi.
"Generasi muda memiliki akses luas ke teknologi dan informasi yang dapat digunakan untuk menciptakan solusi inklusif. Kesadaran sosial yang tinggi di kalangan mereka membuka peluang untuk membangun ekonomi yang lebih berkeadilan," jelasnya.
Menurut Angkie, untuk menjadikan Indonesia Emas 2045 sebagai kenyataan, ekonomi inklusif harus menjadi prioritas nasional.
"Saat kelompok rentan memiliki akses terhadap peluang ekonomi yang setara, mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan memberikan dampak positif bagi masyarakat," lanjutnya.
Dalam membangun ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, Angkie menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi harus merata dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, dia mendorong sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan akses ekonomi yang setara bagi semua.
"Kita harus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi benar-benar inklusif. Pemerintah, dunia usaha, dan komunitas harus bersama-sama menciptakan kebijakan yang berpihak pada ekonomi inklusif," paparnya.
Sebagai seorang Sociopreneur, Angkie juga mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam menciptakan ekosistem yang lebih adil dan berkelanjutan.
"Jangan hanya jadi penonton—jadilah bagian dari pencipta solusi. Gunakan peluang yang ada untuk membangun ekosistem yang lebih inklusif," kata dia.
Sebagai penutup, Angkie menegaskan bahwa Indonesia Emas 2045 hanya bisa terwujud jika kebijakan yang mendorong inklusifitas terhadap kelompok rengan menjadi bagian dari agenda pembangunan nasional salah satunya mewujudkan ekonomi yang inklusi.
"Saya percaya bahwa ekonomi inklusif adalah fondasi utama bagi Indonesia Emas 2045. Ketika setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, kita bukan hanya membangun ekonomi yang lebih kuat, tetapi juga masyarakat yang lebih adil dan sejahtera," pungkasnya.
Dengan penghargaan Inclusive Women Leaders With Disabilities ini, Angkie semakin termotivasi untuk terus memperjuangkan inklusivitas dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan ekonomi nasional.