Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Jadi Pendorong Pemulihan Ekonomi NTT
Oby Lewanmeru February 11, 2025 09:30 PM

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Konsumsi rumah tangga maupun konsumsi menjadi kontributor utama mendorong pemulihan ekonomi Provinsi NTT tahun 2024.

Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati dalam kegiatan Duduk Ba Omong yang mengusung tema “Transformasi Ekonomi NTT yang Mandiri, Maju dan Berkelanjutan” yang berlangsung di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT, Selasa (11/02/2025).

Agus mengatakan, tema yang diusung dalam kegiatan tersebut dipilih untuk menggambarkan visi bersama dengan sinergi pemerintah Provinsi NTT, BI NTT, Kadin, para pakar dan semua masyarakat. 

“Ini bukan saja sekadar  visi tapi semangat kita bersama utk terus membangun NTT lebih sejahtera,” kata Agus.

Agus menyebut, pemulihan ekonomi NTT tumbuh 3,73 dan meningkat dibandingkan sebelumnya yaitu 3,47 persen.


“Konsumsi masih menjadi kontributor utama baik rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Namun hal ini juga dibarengi dengan peningkatan kinerja sekto-sektor mobilitas pariwisata dan aktivitas,” kata Agus

Agus menjelaskan, perkembangan terkait dengan perekonomian NTT mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat NTT terjaga dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi di tengah  keterbatasan yang mempengaruhi kelemahan investasi dan ekspor.

“Peningkatan daya beli ini seiring dengan peningkatan perkembangan kredit konsumsi. Yang mana, PDRB per kapita tahun 2024 mampu meningkat menjadi 24,3 juta per tahun dari 23 juta per tahun pada tahun 2023,” ungkap Agus.

Menurut Agus, peningkatan PDRB per kapita itu sebagai bentuk optimisme pendapatan masyarakat yang tercermin dari peningkatan tabungan dan konsumsi yang akan mampu menggerakkan roda ekonomi.

“Di tengah keterbatasan yang ada, kredit konsumsi masih mampu dalam meningkatkan perekonomian NTT tahun 2024,” kata Agus.

Sementara itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur terpilih Melkiades Laka Lena menyebutkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi provinsi berbasis kepulauan perlu dengan memperbesar belanja publik.

"Jika kita salah belanja, maka ekonomi akan sulit bergerak, dan sebaliknya jika dilakukan dengan baik, maka perekonomian akan terdorong ke arah yang lebih baik, yang salah satunya dengan memperbesar belanja publik," ujar Melki.

Menurut Melki, sekitar 80 persen perputaran ekonomi di NTT digerakkan oleh belanja pemerintah, sementara 20 persen berasal dari sektor swasta. Yang mana, hal itu berbanding terbalik dengan porsi di tingkat nasional.

"Kalau kita bandingkan di nasional, ekonomi lebih banyak ditopang oleh swasta, sehingga kondisi ini membuat pengelola anggaran pemerintah menjadi faktor penentu utama dalam perkembangan ekonomi daerah," ujar Melki.

Melki juga menyebut, kondisi ekonomi global saat ini sedang mengalami turbulensi yang dapat berdampak pada ekonomi nasional dan daerah.

“Kebijakan pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah pusat, mencapai ratusan triliun rupiah. Karena itu, diharapkan dapat dialokasikan lebih efektif untuk program yang benar-benar berdampak bagi masyarakat,” ungkap Agus.

Melki menambahkan, pentingnya hilirisasi produk lokal agar nilai tambah ekonomi dapat dinikmati di daerah.

“Bahan mentah dari NTT tidak akan lagi dijual keluar dalam bentuk mentah, melainkan diolah di dalam daerah,” ujarnya. (cr20)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.