TRIBUNJATIM.COM - Berbagai lembaga, dinas dan instansi pemerintahan saat ini tengah melakukan efisiensi untuk menekan biaya.
Efisiensi tersebut diperuntukkan membantu pemerintah dalam melaksanakan Program Makan Bergizi Gratis.
Beberapa pegawai instansi dan lembaga pemerintahan ternyata sangat merasakan dampak efisiensi.
Seperti misalnya saja pengalaman yang tengah dijalani oleh kontributor TVRI bernama Abdi Wijaya Pranata.
Abdi Wijaya Pranata, kontributor TVRI Bengkulu, adalah seorang wartawan yang giat bertugas di pos kriminal, menjadikannya gesit bergerak dari pos kepolisian, kejaksaan, hingga rumah sakit.
Ia sudah mengetahui bahwa TVRI melakukan efisiensi yang berimbas pada pendapatannya.
Di TVRI Bengkulu, mujurnya, tidak ada kebijakan merumahkan para kontributor, hanya pengurangan jumlah berita dan honor.
"Dahulu saat belum efisiensi, saya bisa per bulan terima honor berita Rp 3 juta. Namun, karena efisiensi, saya terima honor hanya Rp 400.000 per bulan. Kebijakan baru, honor berita jadi Rp 25.000. Seminggu empat berita. Itu pengumuman baru sore kemarin saya terima," ujar Aab, sapaan akrabnya, saat ditemui Kompas.com di sela-sela liputannya, Rabu (12/2/2025), seperti dikutip TribunJatim.com.
Meskipun pendapatan bulanannya merosot tajam, Aab menyatakan tetap bertahan di TVRI Bengkulu menunggu kondisi membaik.
"Saya sudah tiga tahun di TVRI Bengkulu. Bekerja di TVRI saya bangga, menjadikan saya mandiri. Kabar efisiensi memang mengejutkan kami," jelasnya.
Dahulu, sebelum bergabung di TVRI, Aab hidup dengan orangtua angkatnya yang bekerja di bengkel dan pembuatan papan bunga.
"Saat sebelum di TVRI, saya masih bergantung pada orangtua angkat. Di TVRI, saya bisa mandiri. Namun, imbas efisiensi sepertinya saya kembali bergantung pada orangtua angkat, bantu di bengkel dan buat papan bunga," jelasnya.
Tiga tahun di TVRI Bengkulu, Aab mengaku bangga bisa hidup mandiri hingga menguliahkan adiknya yang menempuh pendidikan S1 di Universitas Bengkulu.
"Saat ini adik saya semester VIII sudah skripsi, saya kuliahkan dia dari hasil kerja di TVRI. Namun, kalau terkena efisiensi, saya tidak tahu bagaimana nasib kuliah adik saya," ujarnya.
Selama ini, Aab menceritakan, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia mengandalkan pendapatan dari kerja di bengkel dan pembuatan papan bunga.
Selanjutnya, seluruh honor kontributor TVRI Bengkulu ia berikan pada adiknya untuk biaya kuliah.
"Dengan imbas efisiensi, semua seperti berantakan. Kuliah adik saya terancam," keluhnya.
Ia juga mengisahkan, ada beberapa teman kontributor TVRI Bengkulu yang baru beberapa bulan bergabung, memiliki semangat tinggi, tetapi harus kandas akibat efisiensi.
"Ada kontributor muda yang baru bergabung di TVRI. Saking semangat bekerja, mereka beli peralatan kerja secara kredit, namun efisiensi menyebabkan mereka tak mampu bayar cicilan kredit peralatan kerja," kisahnya.
Menurut Aab, ia akan sekuatnya bertahan di TVRI Bengkulu serta berharap perubahan nasib para kontributor kembali normal.
"Kami berharap kebijakan pemerintah segera berpihak pada nasib kami," demikian Aab.
Hasil efisiensi yang digagas pemerintah itu mulai direalisasikan oleh Presiden Prabowo.
Presiden RI Prabowo Subianto menyinggung soal efisiensi anggaran yang dia lakukan dengan terbitnya Inpres No 1 Tahun 2025 dalam pidatonya saat hadir di Kongres XVIII Muslimat NU di Jatim Expo, Senin (10/2/2025).
“Saya melakukan penghematan. Saya ingin pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu, yang mubazir yang jadi alasan untuk nyolong, saya ingin dihentikan, dibersihkan,” tegas Presiden Prabowo.
Dalam pelasaan kebijakan ini dia menyebut cukup banyak yang melawan dan menentang kebijakannya.
Termasuk dalam jajaran birokrasinya. Bahkan perlawanan itu muncul dari mereka yang merasa sudah kebal hukum dan merasa sudah menjadi raja kecil.
“Saya mau hemat uang, uang itu untuk rakyat untuk memberi makan anak-anak rakyat. Kita ini punya 330 ribu sekolah. Saya ingin memperbaiki semua sekolah Indonesia,” tegas Prabowo.
Dalam waktu terakhir ia meminta jajarannya untuk menengok kondisi sekolah yang ada di daerah pelosok di Indonesia. Dan ia menemukan banyak yang kondisinya kurang layak.
“Anggaran perbaikan sekolah hanya cukup untuk 20 ribu sekolah. Berapa tahun kita mau selesaikan. Karena itu perjalanan dinas, perjalanan luar negeri harus dikurangi,” ujarnya.
Ia tidak ingin perjalanan dinas, meeting alasan FGD yang kurang jelas manfaatnya terus dilakukan. Lebih baik dialihkan untuk program yang berimbas langsung pada rakyat.
“Yang perlu ke luar negeri hanya untuk yang memang tugas. Tugas belajar boleh. Atas nama negara boleh. Jangan tugas yang dicari-cari, untuk jalan-jalan. Kalau mau jalan-jalan pakai uang sendiri,” tegasnya.
Presiden RI Prabowo Subianto resmi membuka Kongres XVIII Muslimat NU yang digelar di Jatim Expo Kota Surabaya, Senin (10/2/2025), siang.
Lengkap hadir bersama Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka dan sejumlah menteri negara, Kapolri, Panglima TNI, serta Rais Aam PBNU, Ketua Umum PBNU dan juga Sekjen PBNU, Presiden Prabowo membuka kongres serta memberikan pengarahan di hadapan 7.000 jamaah Muslimat yang hadir dari penjuru daerah di Indonesia.
Tidak hanya itu, kongres ini juga dihadiri banyak menteri negara seperti Menteri Agama, Menteri Sosial, Menteri PPPA dan juga sejumlah kepala lembaga.