Menelusuri Sejarah : 5 Fakta Menarik Candi Sojiwan di Klaten
Shinta Dwi Prasasti February 23, 2025 02:00 PM
Jika Anda berkunjung ke candi Prambanan, sempatkanlah juga untuk melihat candi Sojiwan. Sebuah candi yang berada sekitar 2 km ke selatan dari Jalan Jogja – Solo. Tepatnya di desa Kebondalem Kidul, Prambanan Klaten.
Candi ini menyimpan sejumlah fakta menarik. Apa saja fakta itu? Mari kita simak artikel ini.
1. Salah satu peninggalan masa Mataram Kuno
Para arkeolog menghubungkan keberadaan candi ini dengan prasasti Rukam. Sebuah prasasti yang berasal dari tahun 829 Saka (927 Masehi). Prasasti yang dikeluarkan Raja Balitung berisi tentang pembangunan kembali desa Rukam dan tempat suci. Sebelumnya, desa ini hancur karena letusan gunung berapi.
Penduduk desa Rukam berkewajiban memelihara bangunan suci yang ada di Limwung. Bangunan suci ini adalah bangunan yang dibangun untuk menghormati Rakryan Sanjiwana. Ada beberapa ahli yang menghubungkan Rakryan Sanjiwana dengan Pramodhawardhani, salah satu tokoh penting dalam Mataram Kuno.
Dari sinilah diduga kata Sadjiwan berasal. Nama ini kemudian dilafalkan masyarakat sebagai Sojiwan dan menjadi nama dari kampung atau dusun tempat berdirinya candi tersebut.
2. Dicatat kembali dalam kunjungan Colin Mackenzie pada Januari 1812.
Colin Mackenzie adalah seorang Letnan Kolonel dari Inggris yang bertugas di Jawa pada 1811 – 1813. Salah satu tugas dari Mackenzie adalah sebagai juru survei sejumlah reruntuhan candi di Jawa bagian tengah. Salah satu bagian laporan surveinya adalah sebuah jurnal yang berjudul Narrative of a Journey to Examine The Remains of and Ancient City and Temples at Brambana In Java.
Tulisan ini salah satunya memuat deskripsi awal tentang candi Sojiwan. Catatan tentang candi ini selanjutnya dituliskan oleh Kapten Baker, J.F.G. Brumund, Ijzerman, Verbeek dan N.J. Krom.
3. Dibangun dari susunan batu andesit
Bangunan candi ini terbuat dari batu andesit. Hal yang kerap dijumpai pada candi di kawasan sekitar Prambanan. Penggunaan batu andesit (batu kali) di kawasan ini disebabkan kedekatan lokasi dengan sungai besar. Sungai tersebut adalah sungai Opak yang berhulu di Gunung Merapi. Sungai ini dikenal memiliki banyak batuan besar yang menjadi bahan baku bangunan untuk candi.
4. Berlatar agama Buddha
Candi ini berlatar agama Buddha. Memang sempat terdapat perbedaan dari laporan sebelumnya. J.F.G Brumund menyebut bahwa ada temuan lingga di halaman candi. Namun Ijzerman, dalam bukunya Beschrijving der Oudheden nabij de grens der residenties Soerakarta en Djogdjakarta menuliskan, ada kemungkinan Brumund salah menduga tentang temuan lingga tadi. Ijzerman menyebut temuan lingga itu sebenarnya adalah bagian dari atap candi. Bagian berupa kemuncak dari stupa itu jatuh ke halaman, karena sebagian atap telah runtuh. Pendapat Ijzerman ini juga didukung oleh N.J. Krom dalam bukunya Inleiding tot de Hindoe-Javaansche kunst.
Candi Sojiwan juga dilengkapi dengan sejumlah relief hewan di bagian kaki candinya. Relief hewan ini berupa relief fabel kisah binatang Jataka dan Awadana. Cerita dalam relif tersebut adalah kisah keagamaan Buddha yang mengandung pesan moral untuk diteladani. Keberadaan relief ini semakin memperkuat latar agama dari candi Sojiwan.
5. Dihubungkan dengan keberadaan Candi Kalongan
Keberadaan candi Sojiwan, tidak bisa dilepaskan dari candi Kalongan. Laporan awal dari Mackenzie tidak menyebut nama dari candi ini. Sementara Raffles dalam History of Java (1817) menyebutnya sebagai candi Kebondalem. Kemudian J.F.G. Brumund yang datang pada setelah perang Jawa, menyebutnya sebagai candi Kalongan. Mackenzie dan Brumund masih menjumpai dan memasuki kedua candi tersebut.
Berbeda dengan Ijzerman dan N.J. Krom yang melaporkan pada akhir abad 19 dan awal abad 20, candi candi ini sudah runtuh. Laporan mereka juga menjelaskan perbedaan penamaan, antara Kalongan dan Sadjiwan. Bahwa ada dua nama candi yang digunakan untuk reruntuhan candi tersebut, yaitu Kalongan dan Sadjiwan.
Krom lebih memilih mengikuti pendapat Brandes, yang menggunakan nama Sadjiwan (kini ditulis Sojiwan) untuk bangunan candi yang tersebut. Alasannya adalah bangunan tersebut berdiri di wilayah dusun dengan nama yang sama.
Sementara Candi Kalongan letaknya hanya selisih 80 meter. Posisinya berada di dusun Kalongan dan berada di luar temuan parit yang mengeliling Sojiwan. Saat ini bangunan candi Kalongan sudah tidak diketahui titik pastinya. Berbeda dengan candi Sojiwan yang masih dapat dijumpai dan direkonstruksi lagi.
Nah, uraian fakta di atas membuatmu semakin tertarik berkunjung ke Candi Sojiwan. Mari ikut serta melestarikan warisan budaya kita dengan rajin mengunjunginya.
Rahayu.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.