TRIBUNNEWS.COM - Partai Hizbullah di Lebanon mengucapkan selamat jalan kepada mendiang Sekretaris Jenderalnya, Hassan Nasrallah, dan kepala eksekutifnya, Hashem Safieddine, yang tewas dalam serangan Israel tahun lalu.
Pemakaman Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine digelar di Beirut, Lebanon, pada Minggu (23/2/2025).
Upacara pemakaman tersebut dimulai pukul 01.00 siang waktu setempat di Camille Chamoun Sports City di Beirut selatan.
Upacara dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran, kemudian diikuti dengan pemutaran lagu kebangsaan Lebanon dan lagu kebangsaan Hizbullah, sebelum jenazah dibawa ke tengah pelayat untuk memberikan penghormatan terakhir.
Gambar raksasa Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine digantung di sekitar lokasi dan ribuan kursi ditambahkan ke area tempat berlangsungnya acara.
Setidaknya perwakilan dari 79 negara juga menghadiri pemakaman Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine, termasuk tokoh-tokoh tingkat tinggi dari Iran Irak, Yaman, Kuwait, Bahrain, dan Tunisia.
Setelah upacara, para pelayat berjalan ke tempat pemakaman Hassan Nasrallah yang baru dibuat, yang terletak di sebidang tanah di antara dua jalan menuju Bandara Internasional Rafik Hariri.
Sedangkan, jenazah Hashem Safieddine dijadwalkan dimakamkan pada hari Senin (24/2/2025) di kampung halamannya di Deir Qanoun al-Nahr di Lebanon selatan.
Sekretaris Jenderal Hizbullah saat ini, Naim Qassem, mengatakan upacara pemakaman Hashem Safieddine akan diadakan sebagai “Sekretaris Jenderal” karena ia terpilih untuk menggantikan Hassan Nasrallah sebelum ia terbunuh dalam serangan Israel.
Pemakaman itu merupakan acara publik pertama bagi Hizbullah sejak konfrontasi terbuka antara partai tersebut dan Israel, yang berakhir dengan gencatan senjata pada 27 November 2024.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem meminta para pendukungnya untuk berpartisipasi secara luas dalam upacara tersebut.
“Kami ingin menjadikan pemakaman ini sebagai perwujudan dukungan dan penegasan garis dan pendekatan, dan kami akan menegakkan kepala kami," kata Naim Qassem kepada pendukungnya, Minggu.
Ribuan pelayat menghadiri upacara pemakaman Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine sambil membawa bendera Hizbullah dan poster kedua tokoh tersebut.
Dalam video yang dirilis Hizbullah memperlihatkan para pelayat menangis ketika peti jenazah Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine dibawa menuju tempat pemakaman.
“Dengan gugurnya Syahidnya Syaikh Perlawanan dan Syaikh Jihad, kami, arak-arakan Irak, khususnya arak-arakan Lembaga Amal Ansar al-Imam, datang untuk berbagi kesedihan dengan saudara-saudara kami di Lebanon, dan untuk melayani para pelayat dan orang-orang yang berduka," kata Baqir al-Jabiri yang datang dari Irak.
Sementara itu, Ayoub, seorang warga Palestina dari Beirut mengungkapkan rasa terima kasih dan kesedihannya.
"Kami datang hari ini untuk menegaskan kehadiran dan kesetiaan kami, dan untuk menyatakan bahwa kami akan tetap mengikuti jejaknya, melanjutkan jalannya. Kami sangat berterima kasih kepada rakyat Lebanon, dan kepada rakyat selatan yang tidak berkompromi dengan pihak kanan," katanya.
Jamil Muhammad Ahmad, yang datang dari Yaman, berbicara dengan penuh semangat dan amarah.
“Kami datang untuk menguburkan Tuan Para Syuhada dan Tuan Bangsa. Jika bukan karena tindakan tegas, seluruh rakyat Yaman pasti sudah ada di sini. Orang ini adalah pendukung orang Arab dan Muslim. Ia memberikan segalanya untuk mendukung kebenaran, mendukung rakyat Gaza, dan mengibarkan panji Islam di sana," kata Jamil Muhammad Ahmad kepada Al Jazeera.
Sebelumnya, Hassan Nasrallah dikonfirmasi tewas dalam serangan Israel menggunakan berton-ton bahan peledak di markas bawah tanahnya di kawasan Haret Hreik, pinggiran selatan Beirut pada 27 September 2024.
Jenazah Hassan Nasrallah yang ditemukan setelah serangan itu kemudian disimpan, sambil Hizbullah menyiapkan upacara pemakaman besar untuknya yang digelar kemarin.
Sedangkan Hashem Safieddine tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut pada 3 Oktober 2024.
Pada 8 Oktober 2023, Hizbullah terlibat konfrontasi dengan Israel setelah mereka mendeklarasikan solidaritas untuk Palestina dan mulai menyerang posisi Israel melalui perbatasannya di selatan.
(Yunita Rahmayanti)