TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengungkapkan, kebijakan dan program pemerintah dapat memberikan daya ungkit cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, sejumlah sektor seperti properti, transportasi, logistik, makanan, minuman, hingga kemasan diproyeksikan akan terdorong kebijakan pemerintah, sehingga dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi nasional.
Tak hanya itu, terdapat juga potensi tambahan likuiditas berkat kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
"Tentu yang berhubungan dengan properti, perumahan, ini kan banyak sekali subsektornya yang berkaitan dengan itu, diperkirakan akan bergerak positif. Kemudian ada sektor makanan minuman serta subsektor turunannya, termasuk sektor transportasi, logistik, packaging, kemasan itu juga akan terpengaruh positif," kata David dalam keterangannya, Senin (24/2/2025).
David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi menyentuh angka 4,8 persen sampai 5 persen pada 2025. Selain keberadaan katalis dari pemerintah, pertumbuhan jumlah penduduk produktif yang rata-rata mencapai 3 persen per tahun berpotensi berdampak positif bagi perekonomian.
Alasannya, karakteristik ekonomi Indonesia adalah consumer driven economy. Artinya, semakin banyak jumlah penduduk dapat mendorong peningkatan konsumsi, dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
"Sektor yang kaitannya dengan consumer driven sector masih akan bagus. Tapi memang akselerasinya ini perlu katalis baru kalau ingin mendorong daya beli masyarakat lebih kuat. Kuncinya adalah FDI (foreign direct investment) masuk ke sektor sektor yang banyak menyerap lapangan kerja terutama manufaktur," ucap dia.
"Kalau bisa masuk ke situ tentunya daya beli masyarakat akan lebih kuat lagi. Tentunya 2025 masih banyak katalis yang saya pikir kita tunggu. Paling tidak tanpa ada katalis itu (pertumbuhan ekonomi) 4,8 persen 5 persen masih bisa kita capai," ujarnya.
Meski optimistis, David mengungkapkan bawa semester 1 2025 masih akan dipenuhi ketidakpastian dan tantangan. David menjelaskan, terdapat sejumlah tantangan pertumbuhan ekonomi indonesia seperti kondisi geopolitik, nilai tukar, hingga kebijakan protektif Presiden AS Donald Trump.
"Uncertainty di globalnya kan masih cukup tinggi ya, tapi tetap ada beberapa katalis membuat kita juga optimis. Misalnya ya, ada kebijakan pemerintah kan yang cukup," ujar David.
Sejalan dengan itu, Head of Research BCA Sekuritas Andre Benas turut menyampaikan optimismenya khususnya terkait pasar modal.
Menurut dia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat rebound ke level 7.000-an yakni di kisaran 7.200 7.700. Andre Benas menilai sektor perbankan masih akan menjadi pendorong IHSG pada 2025.
"Kalau ditanya sektornya pasti ya kalau kita ekspektasi pertumbuhan yang paling bagus saat ini masih didorong oleh financial services, yaitu bank," tutur Andre.