Peneliti di Indonesia Minim, UNESCO Dorong Pembuatan Lingkungan Ramah untuk Mahasiswa Riset
Bobby Wiratama February 25, 2025 05:31 AM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia masih menghadapi tantangan besar terkait dengan jumlah peneliti. 

Berdasarkan data dari UNESCO, pada tahun 2018, Indonesia hanya memiliki sekitar 110 peneliti per satu juta penduduk. 

Jumlah ini jauh di bawah rata-rata dunia yang mencapai 1.198 peneliti per satu juta penduduk. 

Pada tingkat Asia, Indonesia juga tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia (503 peneliti per satu juta penduduk), Singapura (509 peneliti per satu juta penduduk), dan Jepang (6.000 peneliti per satu juta penduduk).

"Perguruan tinggi tidak dapat melakukan ini sendiri, mereka memiliki mahasiswa yang merupakan aset terbesar mereka,”  kata Maki Katsuno-Hayashikawa selaku Direktur (D-1) Kantor UNESCO di Jakarta melalui keterangan tertulis, Senin (24/2/2025).

Hal tersebut diungkapkan oleh Maki pada podcast live on-stage, “Unlocking Potential” yang digelar oleh Tanoto Foundation Indonesia. 

Maki menyebutkan, lewat kerja sama dengan perguruan tinggi, UNESCO ingin menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif bagi mahasiswa untuk mengambil tindakan termasuk melalui riset atau penelitian.  

Mahasiswa memiliki peran penting sebagai pemberi masukan penelitian dan pengajaran di lembaga perguruan tinggi. 

Keterlibatan sektor swasta juga dinilai penting dalam mendukung perguruan tinggi, karena tidak semua perguruan tinggi memiliki sumber daya penelitian yang sama. 

Maki membahas tentang pentingnya peran mentorship terutama pada peneliti muda, yang dapat bekerja secara vertikal dan horizontal.

“Mentorship bukan hanya pendampingan antara orang yang sudah berpengalaman dan belum. Pendampingan juga bisa terjadi antara orang sebaya, karena mereka memiliki ilmu, pengalaman, kepentingan, dan ambisi yang berbeda,” kata Maki.

Penelitian sebagai pembelajaran seumur hidup juga menjadi fokus perbincangan. Dirinya menjelaskan bahwa penelitian tidak lepas pada isu tertentu saja seperti politik, lingkungan, atau kesehatan. 

Namun lebih dari itu, penelitian juga dapat membantu memperluas wawasan dan pengertian tentang dunia khususnya untuk para peneliti muda.

“Pada YAR dan TSRA, pengetahuan juga didapat melalui proses penelitian itu sendiri, karena peserta harus mempelajari metodologi penelitian dan menerapkan penelitian, menafsirkan temuan, dan implementasi temuan agar benar-benar dapat bermanfaat,” ujar Maki.

Maki menambahkan bahwa peneliti memiliki kontribusi besar yang dapat mengubah dunia dengan kekuatan penelitian.

Acara ini juga dipandu oleh Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma.

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.