CSIS: IHSG Anjlok hingga Pemerintah Bermasalah Bisa Sulitkan Danantara Cari Dana
kumparanBISNIS February 25, 2025 06:00 PM
Pemerintah baru saja meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Dengan aset yang dikelola sekitar Rp 14 ribu triliun, lembaga ini diharapkan bisa menarik investasi yang banyak ke dalam negeri sehingga ekonomi tumbuh.
Sayangnya, sejak peluncuran Danantara pada Senin (24/2), IHSG justru merosot. Pada penutupan perdagangan Selasa (25/2), IHSG ditutup anjlok 162,513 poin (2,41 persen) ke posisi 6.587,087.
Pengamat ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan, mengungkap kondisi ini bisa menyulitkan Danantara mencari pendanaan dari luar negeri.
“Menjadi wajar misalnya dalam beberapa hari terakhir ataupun saat ini, kalau kita lihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) itu turun drastis dan itu akan menyulitkan pengelolaan Danantara ketika dia mau mencari pendanaan dari luar negeri,” kata Deni dalam Media Briefing CSIS di Auditorium CSIS, Jakarta Pusat pada Selasa (25/2).
Kantor Danatara. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Danatara. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Meski demikian, penurunan IHSG menurutnya bukan dititikberatkan oleh pengaruh peluncuran Danantara. Ada sentimen eksternal juga yang mempengaruhi seperti investor asing yang tarik uangnya dari pasar modal Indonesia selama beberapa pekan terakhir.
Faktor lain adalah kabinet yang dibentuk Presiden Prabowo Indonesia. Orang-orang yang baru diangkat menjadi pejabat seperti staf khusus juga menjadi kontroversi yang bisa mempengaruhi IHSG.
“Saya enggak bisa bilang ini karena Danantara, cuma keberadaan Danantara dengan kontroversi governance-nya, pengangkatan (pengurusnya) itu sedikit banget mempengaruhi sentimen pasar bahwa gimana sih prospek ke depan dari pengelolaan BUMN ini apakah dia akan punya potensi profitabilitas yang lebih tinggi atau enggak,” ujarnya.
Ia juga memaparkan Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) berbeda dengan kebanyakan SWF lain di dunia. Model yang digunakan Danantara adalah model konsolidasi di mana SWF tidak berasal dari kelebihan dana tapi merupakan hasil konsolidasi dari aset-aset negara dalam bentuk BUMN.
“Kalau kebanyakan SWF di dunia itu dananya adalah sisa dari devisa lebih atau sisa dari pendapatan lebih negara yang sayang kalau dibiarkan. Sehingga untuk perlu untuk diinvestasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,” kata Deni.
Ia melihat Danantara berbeda karena SWF di luar biasanya bersifat lebih komersil sementara Danantara ditujukan untuk mengoptimalkan aset negara sehingga koordinasinya lebih baik, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mendukung program pemerintah.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.