Suhu Udara Jalur Gaza 10 Derajat Celcius, Bayi-bayi Meninggal Akibat Hipotermia
Wahyu Gilang Putranto February 27, 2025 03:31 AM

TRIBUNNEWS.COM - Suhu udara di Jalur Gaza telah menurun drastis dalam beberapa hari terakhir hingga mencapai di bawah 10 derajat Celsius pada malam hari.

Sedikitnya enam bayi baru lahir meninggal dunia akibat hipotermia dalam dua minggu terakhir, VOA melaporkan.

Dr Ahmed al-Farah, Kepala Departemen Anak-Anak di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, melaporkan pada Selasa (25/2/2025), seorang bayi perempuan berusia dua bulan meninggal akibat penurunan suhu yang tajam di tenda pengungsi.

"Bayi tersebut tidak memiliki riwayat penyakit atau masalah kesehatan sebelumnya," ungkap Dr al-Farah.

Ayah bayi tersebut, Yusuf al-Shinbari, menemukan bayinya sudah tidak bernapas dan membeku di tengah malam.

Selain itu, Dr al-Farah mencatat bahwa dua bayi lainnya sedang dirawat di rumah sakit karena radang dingin, dengan salah satunya berada di ruang perawatan intensif.

Dr Saeed Salah dari Rumah Sakit Patients Friends di Kota Gaza melaporkan lima bayi lainnya yang berusia satu bulan atau lebih muda juga meninggal akibat kedinginan dalam dua minggu terakhir.

"Sebagian besar dari mereka tinggal di kamp pengungsi dan sekolah yang dijadikan tempat penampungan.

"Suhu yang sangat dingin dan tidak adanya alat penghangat memperburuk kondisi mereka," jelasnya.

Pemerintah Gaza mencatat setidaknya 15 kematian akibat hipotermia, semuanya melibatkan anak-anak.

Permohonan Bantuan

Dikutip dari AP News, tidak ada aliran listrik di Gaza sejak beberapa hari pertama perang, dan bahan bakar untuk generator sangat langka.

Ratusan ribu orang yang tinggal di tenda pengungsian dan reruntuhan gedung yang rusak akibat perang antara Israel dan Hamas kini terpapar suhu ekstrem.

Banyak keluarga terpaksa bertahan di atas pasir lembap atau reruntuhan beton tanpa perlindungan dari cuaca ekstrem.

Pejabat kesehatan di Gaza meminta bantuan lebih lanjut, termasuk rumah mobil untuk menampung lebih dari 280.000 keluarga yang kehilangan tempat tinggal dan bahan bakar untuk pemanas.

Gencatan senjata yang ditandatangani oleh Israel dan Hamas memberi harapan untuk penyelesaian sementara, namun kedua belah pihak masih saling menuduh melakukan pelanggaran.

Hamas mengkritik Israel karena menghalangi masuknya bantuan, termasuk rumah mobil, yang disebutnya sebagai kebijakan kriminal.

Israel belum memberikan komentar terkait laporan kematian bayi tersebut.

Sementara itu, pegiat bantuan internasional mengonfirmasi bahwa meskipun ada tantangan logistik, bantuan tetap masuk ke Gaza.

Namun, mereka menekankan bahwa lebih banyak bantuan masih diperlukan untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terus berlangsung.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.