TIMESINDONESIA, PONTIANAK – Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi kehidupan secara luas. Di bulan ini, semangat kebersamaan, toleransi, dan kepedulian semakin terasa.
Semangat toleransi yang sama bisa kita lihat dalam perayaan Cap Go Meh di seluruh daerah di Indonesia, misalnya di Pontianak dan Singkawang Kalimantan Barat.
Saat perayaan Cap Go Meh tahun 2025 ini, ada momen yang begitu menggugah: arak-arakan Tatung yang berlangsung tiba-tiba berhenti ketika azan berkumandang.
Para peserta yang mayoritas Tionghoa dan beragama Konghucu serta Buddha menunjukkan penghormatan mereka kepada panggilan ibadah sholat terhadap umat Islam.
Tak hanya itu, perayaan ini juga diikuti oleh banyak masyarakat dari berbagai agama dan suku, menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan penghalang.
Senada dengan diatas, lampion-lampion yang terpasang saat Cap Go Meh di sepanjang Jalan Gajah Mada Pontianak nantinya akan diganti dengan dekorasi ketupat menjelang Idul Fitri, sebagai simbol toleransi dan keragaman budaya di Kota Pontianak.
Apa yang terjadi saat perayaan Cap Go Meh Pontianak dan Singkawang mencerminkan nilai-nilai yang juga diajarkan dalam Ramadan. Umat Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan meningkatkan kepedulian sosial.
Ramadan juga menjadi waktu di mana kebersamaan semakin kuat, misalnya dalam kegiatan berbuka puasa bersama yang melibatkan teman-teman dari berbagai latar belakang agama.
Di beberapa tempat, pada ramadan tahun lalu terlihat gereja dan vihara bahkan ikut serta dalam aksi sosial Ramadan, seperti membagikan makanan berbuka atau memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Begitu pula saat Natal atau Waisak, umat Islam pun banyak yang berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan oleh komunitas agama lain.
Peristiwa di Pontianak dan Singkawang ini adalah pengingat bahwa toleransi bukan hanya sekadar wacana, tetapi bisa diwujudkan dalam aksi nyata.
Jika dalam perayaan Cap Go Meh umat beragama bisa saling menghormati, mengapa tidak kita lakukan hal yang sama di bulan Ramadan?
Ramadhan adalah momen refleksi keimanan, bukan hanya untuk meningkatkan takwa tetapi juga untuk memperkuat persatuan. Dalam dunia yang semakin terfragmentasi, mari jadikan Ramadan sebagai jembatan kebersamaan,
Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh saudara-saudara kita dalam perayaan Cap Go Meh. Karena sejatinya, perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirayakan dalam semangat persaudaraan.
***
*) Oleh : Dewa Ruci, IAIN Pontianak.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.