Geger Patung Penyu 'Kardus' Rp 15 M di Sukabumi Rusak, Rekanan Proyek Beri Klarifikasi
Ayu Wulansari K March 06, 2025 08:34 PM

Grid.ID - Patung penyu di alun-alun Sukabumi yang digadang-gadang telan dana Rp 15 miliar, rusak. Publik dibuat geger lantaran dari video yang beredar, terlihat bahwa patung tersebut hanya terbuat dari kardus. Atas hal ini, rekanan proyek pembangunan patung tersebut pun buka suara.

Pihak rekanan proyek pembangunan patung penyu Alun-alun Gadobangkong, Imran Firdaus, akhirnya buka suara terkait dana dan material pembuatan patung tersebut. Imran membantah patung tersebut menelan biaya Rp 15 miliar.

Ia menyebut bahwa biaya pembuatan patung tersebut hanya Rp 30 juta, bukan Rp 15 miliar seperti yang diberitakan.

"Sehubungan dengan isu bahwa ornamen penyu di Alun-Alun Gadobangkong dibangun dengan anggaran miliaran rupiah, kami tegaskan bahwa biaya pembuatannya hanya sekitar Rp 30 juta, sesuai dengan spesifikasi proyek yang telah ditetapkan," ujar Imran, dikutip dari TribunJabar, Kamis (6/3/2025).

Sementara untuk material patung, Imran juga membantah patung penyu tersebut terbuat dari kardus. Ia menjelaskan bahwa material utama patung itu adalah resin dan fiberglass.

Terkait video yang memperlihatkan material kardus, ia mengklaim bahwa kardus tersebut hanyalah sebagai alat bantu untuk mencetak patung dan bukan menjadi struktur utama patung penyu.

Material yang digunakan adalah resin dan fiberglass karena bahan tersebut dinilai tahan terhadap cuaca dan suhu.

"Ornamen ini dibuat menggunakan resin dan fiberglass, material yang umum digunakan untuk patung dan ornamen luar ruangan karena daya tahannya terhadap cuaca ekstrem," jelas Imran.

"Terkait kardus dan bambu yang terlihat dalam video yang beredar, kami tegaskan bahwa material tersebut bukanlah bagian dari struktur utama ornamen, melainkan hanya alat bantu dalam proses cetakan awal untuk membentuk kura-kura dari bahan atau material resin dan fiberglass sebelum dikeringkan dan diperkuat. Jadi itu hanya media cetak metode pembuatan ornamen kura-kura," imbuhnya.

Lebih lanjut Imran juga menegaskan jika patung tersebut terbuat dari kardus, tentunya patung tersebut sudah rusak dari dulu, terlebih patung penyu tersebut dipajang di tepi pantaisehingga terpapar cuaca ekstrem.

"Secara logis, jika ornamen ini benar-benar terbuat dari kardus, tidak mungkin bisa bertahan lebih dari satu tahun menghadapi hujan lebat, panas terik, dan kondisi pesisir yang ekstrem," lanjut Imran.

Selain itu, Imran juga menyayangkan sikap pengunjung yang tidak hati-hati sehingga membuat patung tersebut cepat rusak. Ia mengklaim bahwa penyu ini cepat rusak karena sering dinaiki oleh pengunjung.

"Kami juga mengingatkan bahwa ornamen ini bukan untuk dinaiki oleh pengunjung. Sayangnya, banyak pengunjung yang memanjat dan berswafoto di atas ornamen ini, sehingga menyebabkan tekanan berlebih yang mempercepat kerusakan," ungkapnya.

Imran juga berpesan agar semua pengunjung dapat bersama-sama menjaga dan merawat fasilitas yang ada di Alun-alun Gadobangkong.

"Kesadaran masyarakat, baik dari dalam maupun luar daerah sangat diperlukan untuk menjaga dan merawat fasilitas yang ada di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Alun-alun Gadobangkong agar tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang," ucap Imran.

Tak hanya faktor pengunjung, Imran juga mengklaim bahwa faktor alam yang tidak bisa dihindari juga menjadi penyebab utama kerusakan ornamen penyu. Menurutnya, Alun-alun Gadobangkong tidak dirancang untuk menahan ombak secara langsung.

"Namun, perlu dipahami bahwa konstruksi ini tidak dirancang untuk menghadapi ombak secara langsung, karena untuk menghadapi gelombang besar dibutuhkan pemecah ombak," lanjutnya.

Apalagi, belum lama ini terjadi bencana gelombang pasang setinggi 2,5 hingga 3 meter yang menghantam wilayah tersebut, termasuk Alun-alun Gadobangkong pada Maret 2024 lalu, sehingga menyebabkan kerusakan bertahap dan mengikis struktur beton.

Imran pun berharap agar pemerintah daerah segera bergerak untuk membuat pemecah ombak sebagai solusi jangka panjang.

"Kami menegaskan bahwa kerusakan ini bukan karena kesalahan konstruksi, melainkan akibat faktor alam yang tidak bisa dihindari. Kami berharap pemerintah daerah dapat mempertimbangkan pembangunan pemecah ombak sebagai solusi jangka panjang untuk mengurangi dampak abrasi dan gelombang tinggi di kawasan ini," katanya.

Dedi Mulyadi Minta Audit

Dilansir dari Kompas.com, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi angkat bicara terkait viralnya patung penyu 'kardus' di Alun-alun Gadobangkong, Sukabumi yang rusak. Ia meminta agar semua yang terlibat dalam pembuatan patung tersebut diaudit.

"Mengenai ramainya patung penyu yang isinya kardus, saya tidak akan memberikan komentar terlalu panjang. Saya sudah meminta inspektorat provinsi Jawa Barat untuk turun ke lapangan mengaudit proyek tersebut," ungkap Dedi Mulyadi lewat akun Instagramnya @dedimulyadi71, Kamis (6/3/2025).

Selanjutnya, Dedi Mulyadi akan menunggu proses audit hingga selesai dan akan menentukan tindakan yang tepat untuk proses selanjutnya. Selain itu, pihaknya juga akan segera mengumumkan hasilnya agar masyarakat bisa mendapatkan kepastian terkait hal ini.

"Saya akan senantiasa berbuat objektif bagi kepentingan masyarakat dan akan senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip akuntabilitas. Untuk itu mohon sabar, kita menunggu hasil auditnya dan bagi saya hasil audit itu menjadi landasan untuk melakukan langkah-langkah berikutnya," lanjutnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, patung penyu yang diduga terbuat dari kardusmembuat heboh media sosial. Dari video yang diunggah di Instagram pada Selasa (4/3/2025), seorang warga terlihat mengupas bagian luar patung yang sebelumnya sudah bolong.

Setelah kulitnya terkupas, terlihat lapisan luar patung tersebut terbuat dari karton cokelat atau kardus. Selain itu juga terlihat rangka bambu di dalamnya yang berfungsi sebagai struktur patung penyu.

"Masya Allah ini pembuatan kura-kura," ujar perekam video dengan nada heran.

Akibat video tersebut, netizen memberikan reaksi keras. Mereka pun mempertanyakan transparansi anggaran dan kualitas dari patung penyu tersebut.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.