Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) telah meluncurkan Program Pengelolaan Sampah di pesantren.
Untuk tahap pertama program ini telah menjangkau 10 pesantren yang ada di lima provinsi yang ada di Pulau Jawa.
Hasilnya beberapa pesantren telah mendapatkan pelatihan hingga pemberian sarana terkait dengan pengelolaan sampah.
“Menanggulangi masalah lingkungan adalah bagian menyambung semangat juang para kiai dulu. Kalau dahulu melawan penjajah, sekarang salah satunya adalah berjuang mengatasi persoalan lingkungan,” ungkap Direktur P3M KH Sarmidi Husna dari siaran pers, Kamis (6/3/2025).
Untuk itu, lanjut Kiai Sarmidi, P3M memiliki inisiatif mengangkat problem lingkungan di masyarakat dan pesantren dalam programnya.
Kiai Sarmidi kemudian menjelaskan, terkait masalah lingkungan, Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar NU di Cipasung 1994 telah memutuskan bahwa hukum mencemarkan lingkungan baik udara, air atau tanah adalah haram.
“Pelakunya sendiri dapat dianggap kriminal (jinayat). Keputusan selanjutnya adalah karena hukum pencemaran lingkungan sudah haram dan pelakunya kriminal, maka kalau ada kerusakan lingkungan, maka yang harus memperbaiki/ganti rugi kerusakan adalah pelaku pencemaran itu,” jelasnya.
Persoalan sampah di lingkungan pesantren, sudah menjadi problem bersama.
Selain itu, persoalan sampah ini sudah mulai menimbulkan bahaya (mudarat). Berdasarkan kaidah, addhararu yuzalu (bahaya itu harus dihilangkan).
Keharusan menghilangkan bahaya/mudharat diperlukan upaya yang sungguhsungguh untuk menghilangkannya. Upaya yang sungguhsungguh inilah bagian dari jihad. Karena jihad itu tidak hanya perang saja. Menghilangkan bahaya itu bagian dari jihad
Menurutnya program pengelolaan sampah di pesantren salah satunya adalah terbentuknya tim Pengelola Sampah di pesantren dan desa berjumlah 75 orang.
“Mereka telah dilatih untuk mampu menjadi pengelola yang memiliki pemahaman , pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pengelolaan sampah,” ungkap Kiai Sarmidi.
Selain itu juga munculnya sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan di pesantren.
“Dan yang tidak kalah penting adalah adanya infrastruktur seperti rumah Sampah dan rumah Kompos serta fasilitas pendukungnya seperti tempat sampah terpilah dan lainlain,” tambahnya.
Kiai Sarmidi menambahkan P3M telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait dengan pengelolaan sampah ini.
“Kami telah melakukan berbagai kegiatan mulai bulan Oktober 2024. Diantara kegiatan tersebut adalah workshop, FGD di sepuluh pesantren, kemudian mindstreaming dan penyerahan bantuan berupa alat angkut sampah hingga tablet untuk membantu pengelolaan sampah. Acara tersebut total semuanya diikuti sebanyak 1400 orang,” ujarnya.
Sementara itu Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia menyatakan bahwa pihaknya akan fokus pada edukasi pemilahan sampah dan daur ulang kemasan PET.
"Kami ingin menciptakan ekosistem daur ulang yang melibatkan santri, pesantren, dan masyarakat sekitar, sekaligus mendukung target kami untuk mengumpulkan 100 persen kemasan pada tahun 2030," katanya.
Selain itu, lanjut Karina, Indonesia menyebut masalah lingkungan seperti sampah itu sebetulnya bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja. “ Persoalan ini tanggung jawab semua insan. Bukan tanggung jawab perusahaan atau pemangku kebijakan saja,” ungkapnya.
Menurut Karina pesantren mempunyai peran sebagai pemimpin dan menjadi role model bagi masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan masalah lingkungan ini.
“Pesantren dalam menyambung juang adalah sebagai katalisator. Pesantren bisa menjadi pemimpin dalam perubahan mengurangi dampak persoalan lingkungan yang ada saat ini,” ungkapnya.
Dengan tagline “GELAR BUMI” (Gerakan Santri Lestarikan Bumi), program pengelolaan sampah ini menjangkau antara lain 10 pesantren yaitu Pesantren Nur El Falah, Serang, Pesantren Buntet, Cirebon. Kemudian Pesantren Al Muhajirin, Purwakarta, Pesantren Al Ittihad Poncol Semarang, Pesantren Pesantren Al Anwar 2 Sarang Rembang, Pesantren API Tegalrejo Magelang.
Selain itu juga pesantren Pesantren Al Miftah Mlangi Yogyakarta, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al Muhajirin III Tambak Beras, Jombang dan Pesantren Al Fattah Siman Lamongan.