Oleh: KH Husin Naparin Lc MA, Ketua MUI Provinsi Kalsel
BANJARMASINPOST.CO.ID - KURANG lebih sepekan sudah kita berada di bulan Ramadan 1446 H. Penting bagi kita untuk mengoreksi segala aktivitas yang telah dilewati. Baik ibadahnya, muamalah hingga mu’asyarah dengan orang lain.
Apakah kualitas ibadah selama Ramadan ini terus meningkat atau malah menurun. Apakah pergaulan kita sehari-hari dengan sesama bertambah baik atau justru menjadi kurang baik, bahkan menimbulkan permusuhan dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu berpuasa, sesungguhnya puasa adalah ibadah yang tidak ada persamaan nilainya.” (Hadits riwayat Nasa’i dari Ibnu Huzaimah).
Rugilah orang yang berpuasa yang hanya mendapatkan lapar dan haus, kantuk dan lelah saja. Tanpa memperdulikan nilai pahala yang semestinya ia dapat selama berpuasa di bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda “Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali lapar. Berapa banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak mendapatkan apapun dari bangun malamnya kecuali keletihan berjaga malam.” (Hadits riwayat Ibnu Majah dari Abi Hurairah).
Mengenai hadis di atas para ulama menyebutkan tiga penafsiran yang berbeda. Pertama, hadis ini menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa pada siang hari, lalu berbuka dengan makanan haram. Semua pahala puasanya hilang karena dosa memakan yang haram lebih besar.
Kedua, hadis ini menyatakan orang berpuasa tetapi tidak menjauhkan diri dari maksiat dan dosa. Mereka beranggapan bahwa dosa-dosa juga akan diampuni pada bulan puasa. Padahal tidak demikian.
Ketiga, hadis ini menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa, namun mereka terjerumus dalam fitnah ghibah yaitu membicarakan keburukan orang lain.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa seseorang bertanya kepada Nabi SAW, “Apakah yang menyebabkan puasa rusak?”. Beliau menjawab: “Berdusta dan membicarakan keburukan orang lain”.
Kita harus faham bahwa berpuasa merupakan latihan keseimbangan yang menuntut manusia agar bisa berhubungan baik dengan Allah SWT dan juga kepada sesamanya.
Jangan beranggapan bahwa amal ibadah kita akan diterima bahkan segala pahala ibadah kita akan musnah di hari kiamat kelak manakala masih ada di antara kita yang masih saling menyakiti orang lain.
Rasulullah bersabda: “Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan muflis (orang yang bangkrut)?”. Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda”.
Sabda Nabi: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku datang dihari kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat.
Dia datang pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini.
Maka kepada orang tempat dia bersalah itu / diberikan pula amal baiknya. Dan kepada orang ini diberikan pula amal baiknya.
Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka (HR. Muslim)
Banyak nian Nabi SAW mengingatkan kepada kita pentingnya menjaga puasa agar mendapat pahala sempurna. Sungguh merugilah kita jika dengan lelah berpuasa namun tak mendapatkan pahala apa-apa. Hai yang berpuasa, puasakah Anda?. (*)