Bone Emas dengan Kekuatan Pangan Nasional
GH News March 12, 2025 09:06 PM

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kabupaten Bone, yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki potensi luar biasa dalam sektor pertanian dan perikanan. Dengan luas wilayah 4.559 km² dan kondisi geografis yang mendukung, Bone mampu menjadi salah satu daerah penopang ketahanan pangan nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bone untuk meningkatkan produksi dan distribusi pangan, khususnya di bawah kepemimpinan Bupati Andi Asman Sulaiman, S.Sos., M.M. Dengan prinsip pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian, Bone berpeluang mencapai status "Bone Emas" sebagai lumbung pangan utama Indonesia.

Kabupaten Bone terletak di bagian timur Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis, Bone berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng di utara, Kabupaten Sinjai dan Gowa di selatan, Kabupaten Maros, Pangkep, dan Barru di barat, serta Teluk Bone di timur. Dengan kondisi ini, Bone memiliki akses yang baik ke berbagai jalur distribusi pangan, baik ke pasar domestik maupun internasional.

Potensi komoditas Bone sangat beragam dan tersebar di berbagai kecamatan. Komoditas unggulan meliputi:

Padi (Sawah dan Ladang): Luas lahan sawah mencapai 88.449 hektar, sedangkan ladang sekitar 120.524 hektar. Kecamatan seperti Libureng, Bengo, dan Dua Boccoe menjadi pusat produksi padi.

Jagung: Komoditas ini diusahakan di hampir seluruh kecamatan, dengan produksi tinggi di Kecamatan Awangpone, Tellusiattinge, dan Ponre.

Kakao: Menjadi komoditas perkebunan unggulan dengan produksi tahunan mencapai lebih dari 17 juta kg.

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian: Beberapa kecamatan di Bone memiliki produksi kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Perikanan dan Kelautan: Kabupaten Bone memiliki garis pantai sepanjang 138 km dengan luas tambak air payau 15.244 hektar. Produk utama meliputi bandeng, udang, kepiting bakau, dan rumput laut.

Untuk mencapai status "Bone Emas", ada tiga prinsip utama yang harus diterapkan dalam pengelolaan sektor pertanian dan perikanan.

Pengwilayahan Komoditas

Salah satu langkah utama dalam meningkatkan efisiensi pertanian adalah pengwilayahan komoditas, yaitu menetapkan kecamatan atau desa tertentu sebagai pusat produksi komoditas spesifik.

Dengan strategi ini, produksi bisa lebih terfokus dan terorganisir, sehingga memudahkan pengelolaan sumber daya, teknologi pertanian, dan distribusi hasil panen. Pengwilayahan ini juga mempermudah intervensi pemerintah dalam bentuk bantuan bibit, pupuk, serta pelatihan petani.

Padi: Kecamatan Libureng, Bengo, Dua Boccoe, Tellu Siattinge, Kahu, dan Ajangale memiliki lahan sawah yang luas. Desa seperti Mallinrung dan Watang Palakka menjadi contoh sukses dalam menerapkan pertanian padi intensif.

Jagung: Kecamatan Ponre, Kahu, Cina, Lamuru, dan Mare adalah daerah utama penghasil jagung. Desa di wilayah ini mulai mengembangkan program pertanian terpadu untuk meningkatkan produktivitas.

Kakao: Kecamatan Patimpeng, Kahu, dan Cenrana memiliki perkebunan kakao yang luas, dengan beberapa desa yang menjadi pusat produksi seperti Desa Patimpeng dan Desa Cumpiga.

Kacang-Kacangan: Kecamatan Libureng, Amali, dan Barebbo menghasilkan kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau dalam jumlah besar.

Perikanan: Kecamatan Sibulue, Cenrana, dan Tonra memiliki potensi besar dalam sektor perikanan, baik budidaya air tawar maupun tambak payau. Desa seperti Lappa Cinrana dan Bajoe memiliki tambak udang dan bandeng yang luas.

Petik, Olah, Jual

Selama ini, banyak hasil pertanian Bone dijual dalam bentuk bahan mentah, yang menyebabkan nilai tambah yang dihasilkan kurang maksimal. Prinsip "Petik, Olah, Jual" bertujuan untuk meningkatkan industrialisasi sektor pertanian dengan mendorong pembangunan pabrik pengolahan hasil panen di dekat sentra produksi.

Dengan cara ini, petani tidak hanya bergantung pada penjualan bahan mentah tetapi juga mendapatkan keuntungan dari produk olahan seperti beras premium, tepung jagung, cokelat, dan hasil olahan ikan serta rumput laut.

Beras Premium: Sentra penggilingan beras di Kecamatan Libureng dan Ajangale mulai mengembangkan pengolahan beras organik.

Industri Jagung: Pengolahan jagung menjadi pakan ternak telah dikembangkan di Kecamatan Cina dan Mare.

Olahan Kakao: Pabrik pengolahan cokelat rakyat mulai berkembang di Kecamatan Patimpeng dan Cenrana.

Produk Perikanan: Usaha olahan bandeng dan udang berkembang pesat di Kecamatan Sibulue dan Cenrana.

Perubahan Pola Pikir dan Kepemimpinan Andi Asman Sulaiman

Salah satu tantangan utama dalam pembangunan sektor pertanian adalah pola pikir petani yang masih tradisional. Perlu adanya modernisasi sistem pertanian dengan mengadopsi teknologi pertanian 4.0, termasuk penggunaan alat mesin pertanian, sistem irigasi modern, dan teknik pemupukan berbasis data.

Selain itu, edukasi terhadap petani mengenai pemasaran digital, akses permodalan, serta manajemen pertanian harus terus ditingkatkan agar mereka dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

Bupati Kabupaten Bone, Andi Asman Sulaiman, S.Sos., M.M., telah menunjukkan dedikasi dan inovasi yang signifikan dalam sektor pertanian. Beberapa inisiatif dan program yang telah dijalankan di bawah kepemimpinan beliau antara lain:

Program "Layar Hatiku": Berhasil mengurangi desa rawan pangan dari 61 desa pada tahun 2020 menjadi 18 desa pada tahun 2021.

Program "Istana Sayur": Memberdayakan perempuan melalui pertanian pekarangan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

Strategi menghadapi perubahan iklim: Dengan penerapan teknologi pertanian yang adaptif, Bone tetap mempertahankan produktivitas tinggi meskipun menghadapi tantangan iklim ekstrem.

Program Mandiri Benih: Menyediakan benih unggul gratis bagi petani, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor benih.

Peningkatan Produksi Padi melalui IP400: Menargetkan empat kali panen dalam setahun untuk meningkatkan hasil pertanian secara signifikan.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha, mimpi "Bone Emas" sebagai kekuatan pangan nasional bukanlah sesuatu yang mustahil, melainkan visi yang dapat segera terwujud.

Peran aktif kepemimpinan yang proaktif dan inovatif seperti yang telah dilakukan oleh Bupati Andi Asman Sulaiman menjadi pilar utama dalam percepatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Bone.

***

*) Oleh : Muhammad Aras Prabowo, Pengamat Ekonomi UNUSIA, Ketua Program Studi Akuntansi UNUSIA dan Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.