Ternyata Ini Latar Belakang Ifan Seventeen, Sosok yang Baru Saja Ditunjuk Prabowo sebagai Direktur Utara PFN
Moh. Habib Asyhad March 13, 2025 03:34 PM

Siapa sosok di balik PFN sekarang? Dialah Ifan Seventeen yang sebelumnya lebih dikenal sebagai penyanyi dan vokalis sebuah band.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ifan Seventeen alias Riefian Fajarsyah ditunjuk pemerintah sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Nasional (Persero) alias PFN. Kabar itu dibenarkan oleh Juru Bicara Kementerian BUMN Putri Violla.

Tak pelak, keputusan itu mendapat sorotan dari publik. Banyak yang meragukan kapasitas Ifan Seventeen, yang dikenal sebagai musikus, dalam mengurusi dunia perfilman.

Tapi menurut Putri, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, penunjukan Ifan bukan tanpa alasan. Tak hanya terkenal sebagai musikus, Ifan juga memiliki pengalaman sebagai produser film.

"Sebenarnya kalau kita lihat kiprahnya, Ifan bukan cuma di dunia musik saja. Dia sudah punya pengalaman jadi produser, sehingga kemudian bisa menjadi direksi," jelas Putri.

Tak hanya itu, pertimbangan lainnya, Kementerian BUMN juga tengah mendorong regenerasi kepemimpinan di perusahaan pelat merah dengan mengangkat pemimpin muda. Ifan sendiri sekarang berusia 41 tahun, lahir 16 Maret 1983.

Dengan usianya yang masih relatif muda, diharapkan dia bisa membawa inovasi baru di industri perfilman nasional. Harapan Kementerian BUMN untuk PFN Kementerian BUMN berharap dengan kepemimpinan baru ini, PT PFN dapat berkembang lebih pesat.

Langkah ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendukung industri kreatif melalui BUMN. “Kita harapkan bisa membawa perkembangan baru untuk PFN. Kita berikan kesempatan kepada pemimpin muda untuk menunjukkan gebrakannya,” tambah Putri.

Dia juga menantikan inovasi dan strategi baru yang akan dibawa Ifan Seventeen dalam memimpin PFN. “Kita lihat nanti dengan kreativitasnya, pengalamannya, dan background-nya, apa gebrakannya yang bisa dibuat untuk PFN. Kita tunggu saja pembuktiannya,” pungkasnya.

PFN adalah BUMN yang bergerak di bidang industri perfilman. Lembaga ini juga merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari situs resmi PFN, Produksi Film Negara (PFN) adalah BUMN yang bergerak di bidang industri audiovisual. Saat ini PFN bertransformasi menjadi perusahaan pembiayaan film.

Hal tersebut selaras dengan komitmen PFN untuk mengembangkan ekosistem berkualitas demi kemajuan industri perfilman dan konten Indonesia. PFN punya tiga misi utama:

1. Mengelola pembiayaan film dan konten untuk Pemerintah (Kementerian/Lembaga), BUMN, dan sektor Swasta (Manage Fund).

2. Mengelola talenta film dan konten yang mendorong kemampuan daya kreatif dan inovasi di film dan konten (Development People).

3. Mengorkestrasi ekosistem film dan konten untuk kemajuan industri perfilman Indonesia (Orchestrator Film & Content)..

Sebelum menjadi PFN, perusahaan tersebut mengalami tiga fase. Mulai dari Era Belanda, Era Jepang dan Lahirnya Berita Film Indonesia.

Sejarah PFN dimulai dengan berdirinya Java Pacific Film (JPF) pada tahun 1934. Didirikan oleh Albert Balnik, JPF berhasil memproduksi beberapa film, salah satunya adalah film yang berjudul “Pareh.”

Film tersebut menarik perhatian di Belanda dan diakui sebagai salah satu karya sinematik terbaik Hindia Belanda kala itu.

Pada 1936, JPF kemudian berubah menjadi Algemeen Nederlandsch Indisch Film Syndicaat (ANIF) atau Sindikat Umum Film Hindia Belanda.

ANIF memproduksi salah satu film yang terkenal pada saat itu berjudul “Terang Bulan”. Film tersebut berhasil meraih kesuksesan besar hingga di tingkat internasional di tahun 1937. Pada 1943, Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang mengambil alih ANIF dan mengubah ANIF menjadi NIPPON Eiga Sha atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai Perusahaan Film Jepang.

Hal ini dilakukan oleh otoritas Jepang untuk memperkuat konten film bertema propaganda selama pendudukan Jepang di Indonesia. Nippon Eiga Sha memberikan peran yang cukup signifikan kepada Raden Mas Soetarto, seorang pribumi yang menjadi wakil pimpinan Nippon Eiga Sha.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PT PFN) didirikan sebagai Berita Film Indonesia (BFI) pada 6 Oktober 1945 oleh R.M Soetarto.

Pendirian BFI disaksikan oleh Menteri Penerangan Amir SYarifuddin dan BFI resmi bergabung menjadi lembaga di bawah Kementerian Penerangan.

Pada 1950, Kementerian Penerangan mengubah bentuk BFI menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) lalu berganti menjadi Perusahaan Film Negara (PFN). Kementerian Penerangan melalui SK Menteri Penerangan Nomor 55B/MENPEN/1957 memutuskan untuk menjadikan PFN sebagai Pusat Produksi Film Negara (PPFN) pada tanggal 16 Agustus 1975.

Melalui SK tersebut, PPFN bergabung di bawah Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film (RTF) Departemen Penerangan sebagai Unit Pelaksana Teknis). PFN menjadi Badan Usaha Milik Negara PFN kemudian resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1988 pada tanggal 7 Mei 1988.

Perubahan ini bermaksud agar PFN dapat menjalankan aktivitas secara mandiri berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan sembari misi perusahaan juga bisa berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan Nasional.

Perubahan PFN dari Perum menjadi Perseroan Pada tanggal 12 Oktober 2023, telah dilakukan penandatanganan Akta Pendirian PT Produksi Film Negara (Persero) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta.

Hal ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2023 yang terbit pada tanggal 10 Agustus 2023, Tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Produksi Film Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) yang telah ditandatangani oleh Bapak Presiden Joko Widodo.

Perubahan ini dalam rangka persiapan akusisi oleh Danareksa.

PFN mengunggah beberapa hasil kerjasama mereka dengan beberapa judul film, event, serta program televisi. Mereka menyimpan beberapa arsip juga di halaman film klasik yang isinya berbagai film perjuangan, termasuk Pelangi di Nusa Laut (1992), Surat Untuk Bidadari (1992), Operasi Trisula (1986), Djakarta 66(1986). Ada juga film klasik Penumpasan Pengkhianatan G 30S PKI.

Tidak cuma film yang bernada propaganda, PFN juga paling dikenal karena serial "Si Unyil" yang tayang di TVRI sejak 1981. Kesuksesan PFN lewat boneka "Si Unyil" bahkan masih bisa dirasakan sampai era modern setelah tayang di salah satu televisi swasta hingga 2024.

Latar belakang Ifan Seventeen

Ifan Seventeen memiliki nama asli Riefian Fajarsyah. Dia tercatat lahir di Yogyakarta pada 16 Maret 1983 dan memiliki saudara kembar bernama Riedhan Fajarsyah.

Meski begitu, Ifan lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di Jakarta. Dia menempuh studi di SD Kasih Ananda Jakarta (1989-1995) dan SMP Labschool Jakarta (1995-1998).

Ifan mulai bermusik saat berada di bangku SMA Negeri 3 Pontianak (1998-2001). Kala itu, dia sering mengikuti lomba menyanyi, bahkan menjuarai festival vokal terbaik antarpelajar dalam negeri pada 2001.

Dia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2001-2005. Ifan berkarier profesional sebagai musisi usai bergabung dengan band Seventeen asal Yogyakarta yang berdiri pada 1999.

Dia lolos audisi menyanyi yang diadakan grup tersebut pada 2008. Pria yang saat itu baru berusia 25 tahun menggantikan vokalis sebelumnya, Doni.

Lalu, dia bermusik bersama Bani (bass), Yudhi, dan Herman (gitar). Dalam kehidupan pribadinya, Ifan menikah dengan dokter Ghea Astrid Gayatri pada 2006.

Pernikahan itu kandas pada 2012. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan. Pada 2016, Ifan menikahi model Dylan Sahara. Namun, sang istri meninggal akhir Desember 2018 bersama anggota band Seventeen lainnya dalam bencana tsunami yang melanda Tanjung Lesung, Banten, saat grup itu sedang manggung.

Setelah peristiwa tragis tersebut, Ifan yang selamat kemudian menikahi seorang model dan bintang iklan bernama Citra Monica pada 29 Mei 2021.

Nama Ifan mulai dikenal publik saat band Seventeen merilis album Lelaki Hebat pada 2008. Bersama band tersebut, dia mengeluarkan album lainnya, seperti Dunia Yang Indah (2011), Sang Juara (2013), dan Pantang Mundur (2016).

Setelah tiga personel bandnya meninggal dunia pada 2018, Ifan masih memakai nama Seventeen. Dia juga terus membantu anak-anak mendiang rekannya dan berbagi royalti.

Namun, diberitakan Kompas TV (19/11/2020), Ifan Seventeen menyampaikan keputusan tidak lagi menjadi vokalis Seventeen. Dia memilih fokus bersolo karier.

"Alhamdulillah setelah melewati beberapa shalat istikharah dan juga dikarenakan ada pihak yang merasa dirugikan dengan dipakainya nama band Seventeen, aku dengan ini menyatakan untuk melepaskan diri dari vokalis Seventeen sebagai sebuah band," katanya saat itu.

Meski begitu, Ifan tetap membuat film dokumenter perjalanan karier band Seventeen bertajuk Kemarin yang rilis pada 3 Desember 2020. Dia juga membantah bahwa band Seventeen sudah bubar.

Kemudian, dia resmi menjalani debutnya sebagai solois dengan album bertajuk 17 pada 17 Oktober 2023.

Ifan kemudian memutuskan terjun ke dunia politik. Dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) DI Yogyakarta melalui Partai Gerindra pada 2014.

Sayangnya, dia gagal lolos ke parlemen. Ifan kembali mengikuti Pemilu 2019 sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk dapil Kalimantan Barat. Meski meraih suara terbanyak kedua, dia tetap gagal melaju ke Senayan.

Meski tidak aktif berpolitik, Ifan kerap menunjukkan dukungan ke Prabowo Subianto sejak masih kampanye. Bahkan, dia berkolaborasi dengan ajudan Prabowo, Rizky Irmansyah, untuk menciptakan lagu perjuangan.

Lagu berjudul "Pernah di Sana" itu didedikasikan untuk sosok Prabowo Subianto. "Alhamdulillah ya Allah, di awal tahun 2025 bisa bertemu dengan presiden ke-8 Republik Indonesia, bahkan bernyanyi di depan beliau, lagu yang memang terinspirasi dari beliau juga," tulis Ifan melalui akun Instagram pribadinya, @ifanseventeen, pada 8 Januari silam.

Ifan juga menunjukkan kedekatannya dengan Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dalam beberapa unggahannya di media sosial. Kini, Ifan masih aktif di media sosial sebagai musisi.

Dia kerap membuat menyanyikan ulang sebuah lagu yang diunggah ke akun Instagram dan kanal YouTube miliknya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.