TIMESINDONESIA, BANJAR – Misteri penyebab kematian R (17), pelajar kelas XI SMAN 2 Kota Banjar yang merupakan warga Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis masih menyisakan tabir yang belum terungkap.
Tiga hari setelah peristiwa nahas dimana R nekad mengakhiri hidupnya dengan loncat ke Sungai Citanduy, jasadnya ditemukan terapung di area jembatan Plengkung Wanareja Jawa Tengah.
R dinyatakan meninggal dengan kondisi jasadnya yang sudah tak dikenali akibat terlalu lama berada di air. Basarnas bersama tim BPBD dari 3 Kabupaten/Kota yang berjibaku dalam pencarian jasad korban akhirnya menghantarkannya ke Instalansi Pemulasaraan Jenazah di RSUD Kota Banjar.
Duka mendalam tergambar dari raut wajah keluarga yang melakukan pendampingan selama proses pemeriksaan identifikasi oleh tim Inafis Polres Banjar maupun dokter Forensik IPJ.
Di sisi lain, isu terkait perundungan yang menyebabkan pelajar berbadan tinggi dan berwajah tampan ini terus menyeruak. Salah satu isu yang menguat, aksi perundungan (bullying) dilakukan salah satu pembimbing di kegiatan ekstrakurikuler yang digeluti R.
Media sosial Apid Awaludin, seorang anggota Wanoja Jajaka Budaya Jawa Barat 2024 menjadi sasaran empuk para warganet yang mendengar selentingan tentang perundungan yang dilakukannya kepada R.
Alhasil, Apid yang juga berstatus PPPK ini terpaksa memprivatkan medsosnya untuk menghindari serangan warganet yang menurutnya sangat mengganggu privasinya.
Kepada TIMES Indonesia, Apid mengaku tidak pernah melakukan perundungan atau pembulian terhadap R.
"Saya mengenal R kurang dari satu bulan ini dan awalnya saya tahu R itu karena yang bersangkutan ikutan Mojang Jajaka SMAN 2 dimana saya diundang sebagai salah satu jurinya," tutur Apid, Jumat (14/3/2025).
Dari perkenalannya itu, Apid mengaku sudah dua kali jalan bareng R dan terakhir buka bersama pada hari Senin, (10/3/2025) atau tepatnya sehari sebelum R mengakhiri hidupnya.
"Kita sempat saling curhat dan disitu kita bicara baik-baik, tidak ada perundungan atau penekanan apapun. Bahkan saya sempat chat dia saat pulang supaya mengabari saya kalau sudah sampai rumah," ungkap Apid.
Apidpun menunjukan rangkaian chat keakrabannya dengan R yang pada akhirnya tak di respon oleh R saat diminta berkabar jika sudah sampai rumah hingga akhirnya chatt Apid hanya ceklis satu.
"Hingga akhirnya saya menerima telepon dari temennya R dan ternyata yang bicara ibunya R. Beliau langsung marah-marah dan menyalahkan saya. Nanya ke saya, saya nyuruh R ngapain? Begitu.." kisah Apid.
Saat itu juga, Apid menerima kabar bahwa R lompat ke Sungai Citanduy sehingga menuntun langkahnya ke TKP untuk melihat fakta yang sebenarnya sekaligus menemui keluarga R.
"Saya berniat menjelaskan makanya saya berani datang ke TKP ketemu orangtuanya. Karena saya merasa gak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkannya," tutur Apid.
Sayangnya, niat Apid untuk menjelaskan tak terwujud karena orangtua R kadung tak terima bahkan sempat terpancing emosi namun berhasil di tahan oleh Polisi dan warga di TKP.
"Hingga saat ini, saya tak paham dengan tuduhan pembulian atau tekanan yang telah saya lakukan hingga R nekad mengakhiri hidupnya," gumam Apid.
Keluarga R hingga saat ini belum berkenan memberikan keterangan apapun dikarenakan masih dalam suasana berkabung.
"Keluarga masih berduka. Tapi informasi yang saya terima, mereka sudah menyerahkan ke pihak kepolisian untuk penyebab kematian putranya tersebut," ungkap Apri, salah satu perangkat Desa Baregbeg kepada Times Indonesia.
Kasat Reskrim Polres Banjar, Iptu Heru, saat dikomfirmasi menyebut belum menerima laporan terkait hal tersebut.
"Nanti kami cek di jajaran Polsek Langensari," pungkasnya. (*)