Jelaskan Peran PNI terhadap Pergerakan Kemerdekaan Indonesia
Moh. Habib Asyhad March 15, 2025 01:34 PM

Artikel ini akan jelaskan peran PNI terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari kelahiran hingga kehancuran.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Salah satu hal yang mengangkat nama Sukarno adalah Partai Nasional Indonesia alias PNI. Bung Karno mendirikan partai ini pada 4 Juli 1927 di Bandung.

Artikel ini akan jelaskan peran PNI terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari kelahiran hingga kehancuran.

Bisa dibilang, PNI adalah salah satu partai politik tertua yang ada di Indonesia. Pernah diketuai olehTjipto Mangoenkoesoemo, Sartono, Iskak Tjokroadisurjo, dan Sunaryo.

PNI, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, lahir sebagai organisasi untuk mengekspreksikan rasa nasionalisme Indonesia pada masa pra kemerdekaan. Semua berawal pada 4 Juli 1927, ketika Bung Karno membentuk sebuah gerakan yang dinamakan Persatuan Nasional Indonesia.

Lalu pada Mei 1928, terjadi perubahan nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tujuan adanya organisasi ini adalah kemandirian ekonomi dan politik untuk kepulauan Indonesia. PNI sendiri dibentuk didasarkan pada gagasan untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda.

Pada akhir Desember 1929, PNI memiliki sebanyak 10.000 anggota. Hal ini kemudian membuat para pihak berwenang merasa khawatir, sehingga Sukarno dan tujuh pemimpin partai lainnya ditangkap pada Desember 1929. Mereka diadili karena dianggap mengancam ketertiban umum.

Karena itulahPNI pun dibubarkan pada 25 April 1931. Sampai akhirnya, pada 19 Agustus 1945, Sukarno yang baru saja dilantik menjadi Presiden dalam rapat bersama PPKI mengusulkan untuk membentuk negara partai sebagai media bagi rakyat dalam mendukung pemerintah.

PPKI kemudian mendirikan partai negara yang dinamai Partai Nasional Indonesia, diambil dari nama partai pra-perang Sukarno.

Nama-nama beken yang pernah menjadi tokoh PNI di antaranyaTjipto Mangunkusumo, Sartono, Iskaw Tjokrohadisuryo, Sunaryo, Sukarno, Moh. Hatta, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, Maskun Sumadiredja, Amir Sjarifuddin, Wilopo, Hardi Suwiryo, Ali Sastroamidjojo, Djuanda Kartawidjaja, Mohammad Isnaeni, Supeni, Sanusi Hardjadinata, Sarmidi Mangunsarkoro, dan lain-lain.

1929: PNI dianggap membahayakan Belanda karena menyebarkan ajaran-ajaran pergerakan kemerdekaan sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah penangkapan. Perintah tersebut diberikan pada 24 Desember 1929 dan penangkapan baru dilakukan tanggal 29 Desember 1929 terhadap para tokoh PNI di Yogyakarta.

Mereka adalah Sukarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata, dan Maskun Sumadiredja.

1930: Para tokoh diadili pada 18 Agustus 1930. Setelahnya mereka dimasukkan ke penjara Sukamiskin, Bandung.

1931: Pimpinan PNI, Sukarno, diganti oleh Sartono. Kemudian Sartono membubarkan PNI dan membentuk Partindo pada 25 April 1931. Namun, hal tersebut ditolak oleh Moh. Hatta, sehingga dibentuk kembali PNI-Baru atau Pendidikan Nasional Indonesia.

1955: PNI memenangkan pemilu 1955

1973: PNI bergabung dengan empat peserta pemilu 1971 dan terbentuk Partai Demokrasi Indonesia

1999: PNI menjadi peserta pemilu 1999.

2002: PNI berubah nama menjadi PNI Marhaenisme dipimpin oleh Sukmawati Soekarnoputri, anak dari Sukarno.

Peran PNI dalam kemerdekaan Indonesia

Bentuk perjuangan Partai Nasional Indonesia adalah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), non-kooperatif, dan marhaenisme (berorientasi pada kerakyatan). Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka terlepas dari segala penjajahan yang ada.

Lewat PNI, mereka yakin jika Indonesia merdeka dan terlepas dari penjajah, struktur sosial masyarakat akan kembali damai dan tentram. Untuk bisa mencapai tujuan tersebut, maka PNI perlu berdiri sendiri, percaya pada diri sendiri, dan tidak bekerja sama dengan pemerintahan kolonial Belanda.

Beruntungnya, PNI lambat laun mulai maju dan terkenal. Propaganda-propaganda yang disuarakan oleh PNI, baik lewat lisan atau tulisan berhasil mempengaruhi rakyat Indonesia.

Dengan memasang program pengorganisasian sebanyak-banyaknya, serta didorong pula dengan semangat persatuan, PNI melaju cepat sebagai partai politik yang mendapat dukungan dari banyak anggota.

Selain itu, berkat bakat yang dimiliki Sukarno yang dapat memahami rakyat biasa dan menyampaikan gagasan-gagasan politik dengan bahasa mudah dipahami, menjadi salah satu faktor masyarakat bersedia mendukung PNI.

Besarnya pengaruh PNI di Indonesia pun membuat Belanda khawatir gerakan mereka akan mengancam keberadaan pemerintah kolonial Belanda di Nusantara. Pemerintah Belanda menilai PNI dapat mengancam stabilitas sosial dan politik Hindia Belanda.

Karena itulah pemerintah Belanda menindak tegas setiap tokoh di balik berkembangnya PNI. Pada 24 Desember 1929, Bung Karno beserta tokoh PNI lainnya pun ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda. Sukarno dan beberapa anggota lainnya pun dinyatakan bersalah oleh pengadilan.

Sukarno dihukum empat tahun penjara. Berdasarkan pertimbangan yang ada, dalam kongres luar biasa ke-2 di Jakarta, diambil keputusan untuk membubarkan PNI pada 25 April 1931. Kendati begitu, setelah Indonesia merdeka, PNI kembali dihidupkan dan terus eksis hingga tahun 2000-an.

Dibubarkan pada 1931

Sebagaimana disebut di awal, pergerakan-pergerakan PNI rupanya membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda khawatir. Karena itulah, pemerintah terus mengawasi perkembangan partai yang didirikan Bung Karno ini.

Meskipun terus diawasi, PNI nyatanya tetap tumbuh pesat.Gubernur jenderal Hindia Belanda pun terpaksa memperingatkan para pemimpin PNI untuk mengendalikan retorika dan propaganda mereka. Peringatan itu disampaikan saat gubernur jenderal membuka sidang Dewan Rakyat pada 15 Mei 1928.

Pada Juli 1929, pemerintah Belanda mengeluarkan peringatan kedua setelah para pemimpin PNI terus mengabaikan peringatan pertama.

Bahkan di akhir 1929 mulai muncul rumor yang menyebut bahwa PNI berencana melakukan kudeta pada awal 1930. Pada 24 Desember 1929, pemerintah menggeledah rumah-rumah dan menahan para pemimpin PNI, seperti Sukarno, Maskun Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata sebagai tanggapan atas provokasi tersebut.

Bahkan, Sukarno langsung ditahan sekembalinya dari Surakarta untuk menghadiri konferensi PPPKI yang saat itu masih berada di Yogyakarta. Pengadilan Landraad Bandung baru mengadili kasus Sukarno dkk pada 18 Agustus 1930, 9 bulan setelah mereka ditahan.

Tidak ada bukti adanya rencana pemberontakan dari PNI, tetapi hakim telah menghukum mereka karena dituding ikut pada suatu perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan dan menghasut rakyat. Pergerakan PNI dianggap sebagai pemberontakan.

Pengadilan Negeri Bandung menjatuhkan hukuman penjara kepada Sukarno, Gatot Mangkuprojo, Maskun, dan Supriadinata, selama masing-masing empat tahun, dua tahun, satu tahun delapan bulan, dan satu tahun tiga bulan. Putusan itu diumumkan pengadilan pada 17 April 1931.

Hukuman terhadap para pemimpin PNI mengirimkan pesan bahwa siapa pun yang berperilaku seperti mereka dapat dikenai tuntutan pidana dan ancaman penjara. Oleh karena itu, orang-orang yang tetap setiap mengikuti pergerakan PNI akan menghadapi bahaya.

Akhirnya, pada 1931, PNI resmi dibubarkan oleh pengurus besar, demi melindungi keselamatan seluruh anggota dan pendukungnya. Meskipun berusia singkat, PNI memiliki dampak luar biasa dalam pergerakan nasional Indonesia.

Itulah artikel yang jelaskan peran PNI terhadap pergerakan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari kelahiran hingga kehancuran. Semoga bermanfaat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.