Hilirisasi Industri Tembaga Dinilai Perlu Dukungan Infrastruktur hingga Regulasi
Febri Prasetyo March 15, 2025 01:34 PM

TRIBUNNEWS.COM - Hilirisasi industri di sektor tembaga dinilai memerlukan dukungan dari berbagai sektor untuk meningkatkan nilai tambah dan menjadi daya tarik investasi.

Hal itu diungkapkan peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus.

Menurutnya, hilirisasi tembaga punya potensi besar untuk mendukung ketahanan energi dan industri nasional. 

“Langkah yang telah diambil pelaku industri, termasuk MIND ID, sudah cukup strategis dalam mendukung hilirisasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (15/3/2025).

Namun, Ahmad menekankan agar daya saing produk hilirisasi bisa optimal di pasar global, dibutuhkan dukungan dari berbagai sektor. 

Seperti infrastruktur yang memadai, regulasi yang kondusif, serta ketersediaan energi yang stabil.

"Misalnya, pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas yang lebih baik,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, menyoroti tantangan utama dalam hilirisasi.

Yaitu membangun industri hilir yang mampu menghasilkan produk akhir (end product). 

Ia mengatakan, keberadaan Danantara sebagai Badan Pengelola Investasi (BPI) yang baru terbentuk dapat menjadi salah satu solusi dalam mengembangkan industri hilir tembaga. 

“Danantara telah terbentuk dan MIND ID merupakan bagian darinya."

"Keberadaan Badan Pengelola Investasi tersebut memberi peluang untuk membangun perusahaan baru yang khusus bergerak di bidang hilir untuk menghasilkan produk akhir yang berkualitas. Hal ini akan sangat menghemat devisa negara,” jelas Rizal.

Mengutip data dari Badan Geologi 2023, Rizal menyebut cadangan tembaga Indonesia mengalami penurunan dari 28 juta ton pada 2020 menjadi 20,3 juta ton.

Sementara total cadangan bijih tercatat mencapai 3 miliar ton. 

“Berdasarkan data Badan Geologi, sebaran sumber daya tembaga ini banyak tersebar di Nusa Tenggara, Papua, Kalimantan, dan Sumatera."

"Sehingga diperlukan penguasaan wilayah pertambangan oleh MIND ID untuk dapat menjadi key player dalam industri tembaga,” tutup Rizal.

Pemerintah Percepat Hilirisasi

Diketahui, pemerintah menyatakan terus mempercepat hilirisasi industri nasional guna meningkatkan ketahanan energi, menciptakan lapangan kerja, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pada pertemuan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (3/3/2025), disepakati 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan total investasi mencapai USD40 miliar.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa proyek-proyek ini mencakup berbagai sektor strategis.

Termasuk sektor minyak dan gas, pertambangan, pertanian, hingga kelautan.

“Kami telah memutuskan tahap pertama hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar USD618 miliar, untuk di tahun 2025 yang tadi kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek pada tahap pertama yang total investasinya kurang lebih sekitar USD40 miliar."

"Dan tadi kita sudah melakukan pembahasan secara detail termasuk di dalamnya adalah nama-nama proyek investasi apa saja yang akan kita lakukan,” ujar Bahlil dalam keterangan pers.

(Tribunnews.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.