TRIBUNNEWS.COM - Polres Asahan, Polda Sumatera Utara (Sumut), masih menyelidiki kasus kematian siswa SMA bernama Pandu Brata Siregar (18) yang diduga menjadi korban penganiayaan polisi.
Tim khusus pun dibentuk Polres Asahan untuk melakukan pendalaman kasus siswa SMA tewas setelah ditendang oknum polisi ini.
Kaur Bin Ops Satuan Reserse Kriminal Polres Asahan, Iptu Ahmadi menjelaskan bahwa dalam tim khusus yang dibentuk Kapolres Asahan terbagi menjadi dua tim, yakni tim Reskrim dan tim Propam.
"Kapolres sudah mengeluarkan surat perintah (sprint) terhadap adanya dugaan yang seperti baru-baru ini viral. Kapolres bentuk dua unit, kami dari tim Reskrim menyelidiki pengungkapan dari kematiannya," kata Ahmadi, Jumat (14/3/2025), dilansir dari Tribun-Medan.com.
Menurut Ahmadi, tim khusus tersebut telah mulai bekerja dan kini sedang melakukan pendalaman terhadap keterangan dari para saksi.
"Kami ini dibentuk untuk mencari kebenaran. Kami tidak ada libatkan dari Polsek Simpang Empat karena kasus ini ada di sana. Ini murni tim internal dari Polres," ungkap Ahmadi.
"Saat ini rekan kami masih mengambil keterangan rekan Pandu di sekolah, dan saat ini sebagian ada di Polsek Simpang Empat, dan ada di Universitas Asahan untuk menyelidiki seluruh yang bersangkutan dengan kasus ini," sambungnya.
Ahmadi berharap masyarakat bersabar karena saat ini timnya masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.
"Karena kami saat ini belum bisa mengambil kesimpulan, kami masih menunggu," tutur Ahmadi.
Ahmadi juga mengungkapkan bahwa Polres Asahan berencana akan melakukan ekshumasi atau membongkar makam korban untuk mengetahui apa penyebab kematiannya secara forensik.
"Sampai saat ini, keluarga korban belum memberikan persetujuan dengan alasan menunggu rembuk keluarga. Namun, apabila keluarga tidak berkenan, kami akan melakukan ekshumasi sendiri dengan tindakan hukum kami," jelas Ahmadi.
Ahmadi mengatakan bahwa proses ekshumasi ini penting untuk mengungkap kasus ini.
Pasalnya, penyebab pasti kematian korban bisa diketahui setelah dilakukan ekshumasi.
"Dari jasad korban ini akan dilakukan autopsi, sehingga nanti dapat terang benderang penyebab kematiannya. Percayakan kepada kami, Polsek Simpang Empat tidak kami libatkan karena mereka yang terlibat dalam perkara ini," terangnya.
Kejadian berawal ketika Pandu menonton balap lari pada Minggu (9/3/2025) malam, yang kemudian aksi tersebut dibubarkan oleh petugas kepolisian.
Menurut salah seorang kerabat Pandu yang tak ingin disebutkan namanya, korban sempat mengaku ditendang sebanyak dua kali oleh oknum polisi.
"Jadi awalnya dia ini nonton balap lari sama teman-temannya, di dekat PT Sintong. Kemudian, ada polisi dua sepeda motor ngejar bubarkan balap itu. Karena kewalahan, mereka satu sepeda motor tarik lima," ujar keluarga korban tersebut, Selasa (11/3/2025), dilansir dari Tribun-Medan.com.
Kemudian terjadilah aksi kejar-kejaran antara diduga polisi dengan sepeda motor yang ditumpangi oleh korban.
"Setelah dikejar, satu orang lompat kemudian lari. Lepas dari kejaran polisi. Saat korban yang lompat, terjatuh dan pengakuan korban saat itu langsung ditendang sebanyak dua kali," bebernya.
Setelah diamankan, korban sempat dibawa ke Polsek Simpang Empat dan dijemput dan dibawa berobat.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, diagnosa dari dokter itu ada yang bocor bagian dalamnya. Kalau tidak salah lambungnya," paparnya.
Disebutkan bahwa ada beberapa luka lain di bagian kepala dan wajah korban.
Keluarga pun berunding terkait rencana melaporkan kejadian ini ke Propam Polres Asahan.
"Korban ini anak yatim piatu. Saat ini sudah dalam proses pemakaman, laporan ini kami masih pertimbangkan apakah akan membuat laporan karena masalah biaya juga," sebutnya.
Sebelumnya, Polres Asahan menyatakan bahwa Pandu positif narkoba.
Kasi Humas Polres Asahan, Iptu Anwar Sanusi menyebut bahwa saat diamankan, Pandu sempat menjalani tes urine karena menurut polisi, gerak-gerik korban mencurigakan.
"Saat diamankan, Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat curiga gerak-gerik yang bersangkutan, dan melakukan tes urine, dan ternyata positif," ungkap Anwar, Rabu (12/3/2025), dilansir dari Tribun-Medan.com.
Mendengar pernyataan tersebut, keluarga korban mengaku apa yang disampaikan Anwar tersebut adalah fitnah.
Menurut keluarga korban, Pandu termasuk anak yang memiliki pola hidup sehat dan tidak pernah menyentuh hal-hal yang aneh.
"Fitnah, itu tidak benar. Karena saya setiap hari dengan korban. Saya tau persis kehidupan dia (korban). Jangankan sabu, rokok pun tidak," kata kerabat korban yang ingin identitasnya di rahasiakan.
"Dia ini mau masuk TNI. Dia juga bukan anak yang nakal, saya tau dia juga pelari, dia berprestasi. Terbukti, setiap dia ikuti lomba, dia selalu juara. Di mana dia narkobanya?" lanjutnya.
Ungkap hal serupa, rekan korban sekaligus saksi mata juga mengaku bahwa ia sempat menemani korban di Polsek Simpang Empat saat sedang diambil tes urinenya.
Diungkapkannya bahwa tes urine yang dilakukan oleh unit Reskrim Polsek Simpang Empat terhadap korban itu sempat negatif dan diulang sebanyak dua kali.
"Saya tau, dua kali dia ini di tes. Pertama negatif, kemudian yang kedua samar-samar. Kami keluar duduk di depan ruangan Kanit Intel, kemudian dia dipanggil masuk dan dinyatakan positif narkoba," beber siswa kelas 12 SMA tersebut.
(Nina Yuniar) (Tribun-Medan.com/Alif Al Qadri Harahap)