TRIBUN-BALI.COM - Pergerakan saham Bank indeks LQ45 saat Indeks Harga Saham Gabungan IHSG) mulai merangkak naik tengah, Rabu (19/3). Ketiga emiten seperti BMRI, BBRI, dan BBTN naik tipis dalam rentang di bawah 1 persen pada sesi 1 hari ini.
Saham BBTN (PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk) ditutup menghijau pada tengah hari ini. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBTN persis di harga penutupan Rp 830 per saham.
Dibandingkan dengan penutupan Selasa (18/3), harga saham BBTN naik 0,61?ri Rp 825. Saham BBTN dibuka sama dengan harga penutupan sehari sebelumnya, tepatnya pada harga Rp 825 per saham.
Mencatatkan harga tertinggi Rp 835 dan harga terendah Rp 815, saham BBTN ditutup naik Rp 5 per saham dalam setengah hari. Ketika dihitung sejak 7 hari yang lalu (12 Maret 2025), harga saham BBTN hari ini turun -2.35 % dibanding harga saat itu (Rp 850).
Sejak setahun lalu (19 Maret 2024) harga saham BBTN turun -38.29?ri harga saat itu (Rp 1.345). Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham BBTN mencapai Rp 14,40 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 174.158 lot.
Kemudian, ada saham BMRI (Bank Mandiri (Persero) Tbk) ditutup setengah hari dengan menghijau. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BMRI persis di harga penutupan Rp 4.560 per saham.
Dibandingkan dengan penutupan Selasa (18/3), harga saham BMRI naik 0,66?ri Rp 4.530. Saham BMRI dibuka sama dengan harga penutupan sehari sebelumnya, tepatnya pada harga Rp 4.530 per saham.
Mencatatkan harga tertinggi Rp 4.600 dan harga terendah Rp 4.440, saham BMRI ditutup naik Rp 30 per saham dalam setengah hari.
Pada saat penutupan tengah hari, harga bid Rp 4.550 per saham. Di lain sisi, harga offer terendah di Rp 4.560 per saham. Kalau dihitung sejak 7 hari yang lalu (12 Maret 2025), harga saham BMRI hari ini turun -6.56 % dibanding harga saat itu (Rp 4.880). Adapun sejak setahun lalu (19 Maret 2024) harga saham BMRI turun -37.32?ri harga saat itu (Rp 7.275). BEI mencatat total nilai transaksi saham BMRI mencapai Rp 641,90 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 1.415.336 lot.
Terarkhir, ada saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) ditutup menghijau pada tengah hari. Saat bursa menutup hari perdagangan, saham BBRI persis di harga penutupan Rp 3.710 per saham.
Dari penutupan Selasa (18/3), harga saham BBRI naik 0,82?ri Rp 3.680. Saham BBRI dibuka di atas harga penutupan sehari sebelumnya, tepatnya pada harga Rp 3.710 per saham. Mencatatkan harga tertinggi Rp 3.780 dan harga terendah Rp 3.680, saham BBRI ditutup naik Rp 30 per saham dalam setengah hari.
Pada saat penutupan, harga bid Rp 3.700 per saham. Di lain sisi, harga offer terendah di Rp 3.710 per saham. Ketika dihitung sejak 7 hari yang lalu (12 Maret 2025), harga saham BBRI hari ini turun -4.63 % dibanding harga saat itu (Rp 3.890). Adapun sejak setahun lalu (19 Maret 2024) harga saham BBRI turun -38.17?ri harga saat itu (Rp 6.000). Pihak BEI mencatat total nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp 720,10 miliar, sedangkan volume saham yang ditransaksikan mencapai 1.936.214 lot.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa emiten dapat melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa perlu memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan ini merupakan stimulus yang diberikan oleh otoritas bursa untuk menjaga stabilitas pasar.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa keputusan ini diambil sebagai respons terhadap kondisi pasar yang mengalami volatilitas signifikan. “Kami mengumumkan kebijakan yang memungkinkan perusahaan melakukan pembelian kembali saham atau buyback tanpa perlu persetujuan RUPS, menyesuaikan dengan kondisi pasar saat ini,” ujar Inarno dalam konferensi pers, Rabu (19/3).
Meskipun tidak memerlukan persetujuan RUPS, Inarno menegaskan bahwa emiten tetap wajib memenuhi ketentuan yang diatur dalam Peraturan OJK (POJK) No. 29/2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka. “Penetapan kondisi pasar yang berfluktuasi dan kebijakan buyback tanpa RUPS ini berlaku hingga enam bulan sejak tanggal diterbitkannya surat OJK pada 18 Maret 2025,” tambahnya.
OJK berharap stimulus ini dapat memberikan sinyal positif kepada pasar, memperkuat kepercayaan investor, serta menunjukkan bahwa emiten di Indonesia memiliki fundamental yang baik. “Kebijakan ini juga diharapkan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam mengambil langkah-langkah strategis guna mengurangi tekanan terhadap harga saham,” tandas Inarno. (kontan)
Status Berfluktuasi Signifikan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memutuskan, emiten bisa melakukan pembelian kembali atau buyback saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai stimulus untuk pasar modal Indonesia.
Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pasar Modal, Derivatif Keuangan dan Bursa Karbon menjelaskan kebijakan ini dikeluarkan dengan pertimbangan perdagangan saham di BEI mengalami tekanan sejak September 2024. Sejak 19 September 2024 mengalami tekanan yang diindikasikan dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 18 Maret 2025 sebesar 1.682 poin atau minus 21,28?ri Highest to Date.
"Berkenaan dengan kondisi tersebut di atas, maka OJK menetapkan status kondisi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g POJK 13/2013 sebagai kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan," jelasnya dalam konferensi pers, Rabu (19/3).
Sesuai pasal 7 POJK 13/2023, dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, Perusahaan Terbuka dapat melakukan pembelian kembali saham tanpa memperoleh persetujuan RUPS.
Pelaksanaan pembelian kembali saham karena kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan juga wajib memenuhi ketentuan POJK Nomor 29 Tahun 2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka. "Sementara itu, penetapan kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan berlaku sampai dengan enam bulan setelah tanggal Surat yang dikeluarkan oleh OJK," kata Inarno.
Di sisi lain, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan hal ini terjadi akibat beberapa sentimen. “Pulihnya kepercayaan pasar tampaknya ditopang dari tanggapan langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa tetap berada di dalam cabinet,” jelas Nico, Rabu (19/3).
Ia menambahkan, kebijakan OJK yang memperboleh emiten untuk melakukan pembelian kembali alias buyback saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga berdampak baik. “Ini akan memberi peluang positif untuk pasar karena meredakan kecemasan dan menstabilkan harga saham emiten yang memiliki fundamental dan tata kelola perusahaan yang baik,” tambah Nico.