TRIBUNNEWS.COM – Media terkenal Israel mengklaim Hamas dilanda kepanikan karena banyak pejuangnya ditargetkan dan tewas.
Israel Hayom, nama media itu, menyebut dalam 24 terakhir ada banyak pejuang Hamas yang tewas dibunuh Israel.
Menurut narasumber dari pihak Hamas yang didapatkan media itu, para pejuang Hamas masuk dalam daftar target Israel setelah mereka “menggunakan ponsel dan akun media sosial”.
Imbasnya, aparat keamanan Hamas meminta semua anggota Hamas berhenti menggunakan ponsel dan internet untuk sementara waktu.
Di samping itu, mereka juga disebut diperintahkan untuk mengabaikan media Israel.
Sejumlah pejabat Hamas dilaporkan tewas karena serangan Israel baru-baru ini. Dua di antaranya adalah Raed Raghban (panglima senior Brigade Rafah) dan Jamil Al Wadiya (panglima Brigade Sajaiya).
Wadiya dilaporkan menjadi panglima keempat di batalion Hamas yang tewas dibunuh Israel sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Militer Israel mengaku melanjutkan operasi darat di Gaza tengah dan selatan pada hari Rabu.
Reuters melaporkan operasi darat itu dilanjutkan sehari setelah lebih dari 400 warga palestina tewas akibat serangan udara Israel.
Menurut militer Israel, operasi itu memperluas kontrol Israel atas Koridor Netzarim yang membelah Gaza menjadi dua bagian.
Adapun Hamas mengatakan operasi darat Israel dan masuknya pasukan Israel ke koridor itu merupakan pelanggaran “baru dan berbahaya” terhadap perjanjian gencatan senjata dua bulan.
Juru bicara Hamas, Abdel Latif Al Qanoua, mengatakan pihaknya akan menyambut baik usul apa pun sepanjang usul itu didasarkan pada negosiasi tahap kedua gencatan dan penghentian perang secara permanen.
Pada hari yang sama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan salah satu stafnya tewas karena serangan di Kota Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan itu dilakukan Israel, tetapi Israel membantahnya.
Sekjen PBB Antonio Guterres meminta adanya penyelidikan penuh atas semua serangan terhadap staf PBB.
Sementara itu, keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk meneruskan perang telah memicu protes di Israel.
Saat ini masih ada 59 sandera di Gaza, sebanyak 24 dari jumlah itu diyakini masih hidup.
Para keluarga sandera mengecam Netanyahu. Mereka menuding dia menggunakan perang untuk tujuan politik.
Hamas diklaim berkata kepada para juru penengah bahwa pihaknya bersedia menerima usul apa pun perihal pembebasan sandera Israel.
Namun, usul itu harus menyertakan satu syarat, yakni gencatan senjata di Jalur Gaza dilanjutkan.
Klaim tersebut disampaikan oleh media Al Araby Al Jadeed, sebuah media Qatar berbasis di Inggris, pada hari Kamis ini, (20/3/2025).
Sementara itu, seorang narasumber dari Hamas mengklaim pihaknya tidak menolak usul dari Steve Witkoff, utusan Amerika Serikat (AS), mengenai gencatan senjata.
Menurut dia, Hamas akan menerima usul itu apabila mengarah kepada kelanjutan gencatan senjata.
Akan tetapi, Al Araby Al Jadeed mengatakan Witkoff menyangkalnya dan mengejutkan Hamas.
Narasumber dari Mesir mengindikasikan bahwa delegasi Israel berkunjung ke Kota Kairo selama beberapa jam pada hari Rabu.
Di sisi lain, delegasi Hamas mungkin tiba di Kairo sehari kemudian untuk berdiskusi dengan para pejabat Mesir.
Adapun Mesir dilaporkan menyodorkan usul baru tentang gencatan senjata pada hari Selasa. Usul itu meliputi pembebasan sandera berkewarganegaraan AS-Israel bernama Edan Alexander dan pemulangan lima jasad sandera.
(*)