TRIBUNNEWS.COM, PALOPO - Kasus pembunuhan Feni Ere di Palopo, Sulawesi Selatan, pelan namun pasti menemukan titik terang.
Hal ini setelah aparat kepolisian mengamankan terduga pelaku.
Dua pacar Feni Era sempat ditangkap, namun ternyata dia bukan pelakunya.
Terduga pelaku aslinya akhirnya terungkap.
Keberhasilan polisi menangkap terduga pelaku itu disampaikan Kapolres Palopo, AKBP Safi’i Nafsikin.
Kapolres Palopo, AKBP Safi’i Nafsikin meyakini pelaku cuma satu orang yaitu Ahmad alias AH.
“Pelakunya tunggal Ahmad alias AH,” ujarnya pada sesi jumpa pers di Mapolres Palopo pada Jumat (21/3/2025).
Ahmad alias AH membunuh Feni Ere pada 25 Januari 2024.
Ahmad alias AH adalah kepala tukang yang sedang mengerjakan kanopi rumah.
Terduga pelaku mengerjakan kanopi rumah pada November 2023.
Rumah itu ditempati Feni Ere.
Hal itu diungkap ayah Feni Ere, Parman.
Parman mengaku mengenal pelaku tersebut.
“Terduga pelaku ini adalah kepala tukang yang kerja kanopi di rumah ini,” kata Parman.
Untuk diketahui, Feni Ere menghilang sejak Januari 2024.
Hal ini diketahui setelah menghebohkan masyarakat Palopo karena adanya penemuan kerangka mayat di Battang Barat Palopo.
Kerangka mayat tersebut diserahkan ke keluarga Feni Ere karena adanya kemiripan kerangka dengan fisik Feni Ere.
Selama menangani kasus ini, aparat kepolisian sudah memeriksa 22 saksi.
Saksi yang diperiksa tersebut adalah orang-orang dekat Feni Ere serta orang yang bertemu korban sebelum dinyatakan hilang.
Sekuriti yang pertama kali menemukan mobil Feni Ere di Kota Makassar juga telah diperiksa oleh pihak kepolisian.
Mengingat kasus ini sudah berlarut-larut maka muncul desakan untuk pengusutan kasus.
Salah satu di antaranya dari Aliansi Mahasiswa Rakyat (Amara) for Feni Ere lakukan aksi damai di depan Mapolres Palopo, Minggu (16/3/2025) malam.
Aksi damai berlangsung sekira dua jam menampilkan teatrikal kasus Feni Ere.
Dalam teatrikal tersebut, ratusan lilin dinyalakan oleh demonstran.
Seorang gadis berperan sebagai korban atau Feni Ere dalam teatrikal tersebut.
Gadis tersebut mengenakan pakaian berwarna putih dengan bercak darah dan mulut terlilit kain.
Tiga orang mahasiswa berperan sebagai keluarga Feni Ere dan melaporkan hilangnya korban ke pihak kepolisian.
Ketiganya terus berkata ‘tolong cari anak kami, dia hilang, tolong kami pak polisi’.
Ada beberapa mahasiswa yang berperan sebagai oknum polisi pada teatrikal itu.
Oknum polisi itu menjawab permintaan keluarga korban dengan kalimat ‘tidak hilang ji anakmu, besar mi, pergi ji sama pacarnya itu’.
Oknum polisi tersebut juga terlihat dikendalikan menggunakan uang oleh pria yang berperan sebagai pelaku.
Massa aksi pun terus meneriakkan kalimat ‘tidak bayar, tidak ditindak lanjuti kasusnya’.