Menteri Pertahanan Israel Ancam Caplok Sebagian Jalur Gaza, IDF Perluas Agresi Darat Hingga ke Rafah
Hasiolan Eko P Gultom March 21, 2025 07:35 PM

Menteri Pertahanan Israel Ancam Caplok Sebagian Jalur Gaza, IDF Perluas Agresi Darat Hingga ke Rafah

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz mengancam akan mencaplok sebagian Jalur Gaza jika Hamas menolak membebaskan sandera Israel yang tersisa di tangan mereka di Gaza.

Dalam pernyataan pada Jumat (21/3/2025), Israel Katz mengatakan ia memerintahkan Pasukan Pendudukan Israel (IOF) untuk “merebut lebih banyak wilayah” di Gaza saat perintah evakuasi diluncurkan untuk warga Palestina di daerah tersebut.

“Jika organisasi Hamas terus menolak untuk membebaskan para sandera, saya menginstruksikan IDF untuk merebut wilayah tambahan, mengevakuasi penduduk, dan memperluas zona keamanan di sekitar Gaza untuk melindungi masyarakat Israel dan tentara IDF, melalui penguasaan permanen wilayah tersebut oleh Israel,” kata Katz.

“Selama Hamas terus menolak, ia akan kehilangan semakin banyak tanah yang akan ditambahkan ke Israel,” lanjutnya.

PASUKAN PERTAHANAN ISRAEL - Foto yang diambil dari laman resmi IDF tanggal 12 Maret 2025 memperlihatkan beberapa tentara Israel saat beroperasi. IDF dilaporkan kekurangan tentara.
PASUKAN PERTAHANAN ISRAEL - Foto yang diambil dari laman resmi IDF tanggal 12 Maret 2025 memperlihatkan beberapa tentara Israel saat beroperasi. IDF dilaporkan kekurangan tentara. (IDF)

Perluas Agresi Darat

Pasukan Israel pada Kamis (20/3/2025) malam mengumumkan telah memperluas operasi darat di Jalur Gaza hingga mencakup wilayah Rafah di ujung selatan Gaza.

Sementara pesawat tempur Angkatan Udara Isrel (IAF) melancarkan pemboman intensif di wilayah utara, dalam kelanjutan perang pemusnahan yang telah berlangsung sejak Selasa dan sejauh ini telah menelan korban 590 jiwa.

"Dalam beberapa jam terakhir, pasukan telah melancarkan operasi darat di wilayah Shabura, Rafah," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

IDF menambahkan bahwa operasinya juga berlanjut "di utara dan tengah" daerah kantong Palestina tersebut.

 Baca juga: Rudal Gaza dan Yaman Bersahutan di Langit Tel Aviv, Jubir Qassam Serukan Perlawanan Total ke Israel

Sementara itu, pesawat tempur Zionis membom beberapa target di kota Beit Lahia, sebelah utara Jalur Gaza, bertepatan dengan penembakan artileri gencar di kota itu, yang sebelumnya hari ini menjadi saksi operasi darat di sepanjang poros pantai.

Israel mengumumkan bahwa tentaranya telah melancarkan operasi darat terbatas di Jalur Gaza pada hari Rabu.

Militer mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau operasi darat ini bertujuan untuk memperluas zona pertahanan dan membangun garis (membelah) antara utara dan selatan Jalur Gaza.

Ratusan Martir dan Korban Luka

Seiring meningkatnya agresi IDF, sumber-sumber medis mengungkapkan kematian 110 warga Palestina dan beberapa lainnya cedera.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Khalil al-Daqran mengatakan jumlah korban tewas dan cedera sejak dimulainya kembali perang telah mencapai 590, dengan lebih dari 1.000 orang terluka, menurut Al Jazeera.

Al-Daqran menambahkan kalau beberapa korban mengalami luka di kepala dan dada, atau amputasi pada anggota tubuh bagian atas dan bawah, dan mencatat masih ada orang-orang yang terluka di bawah reruntuhan.

Dalam perkembangan agresi IDF pada Kamis, Israel mengebom dua rumah di kota Al-Fakhari, dan sebuah gudang untuk mendistribusikan bantuan pangan di daerah Ma'an di sebelah timur Khan Yunis di Jalur Gaza selatan.

Mereka juga menargetkan sebuah rumah di lingkungan Al-Salam, sebelah selatan Khan Yunis.

Petugas pertahanan sipil menghadapi kesulitan yang signifikan dalam mencari orang hilang karena runtuhnya bangunan, yang membutuhkan peralatan berat untuk memindahkan atap yang runtuh dan mengevakuasi mereka yang terjebak.

Di Abasan, sebelah timur Khan Yunis, pasukan Israel melancarkan serangan udara dan menembaki rumah-rumah di daerah tersebut. 

Pasukan pertahanan sipil berhasil mengeluarkan bayi, Ayla Abu Daqqa, dari bawah reruntuhan rumah keluarganya di Abasan al-Kabira, setelah menjadi sasaran penembakan Israel pada dini hari tadi.

"Pengeboman itu mengakibatkan kematian orang tuanya dan seluruh keluarganya, meninggalkan bayi itu sendirian untuk melarikan diri dari bawah reruntuhan rumah yang hancur total," tulis laporan Khaberni.

Di sebelah utara, warga dan kru ambulans mengangkut jenazah lebih dari 50 korban tewas ke Rumah Sakit Indonesia setelah penggerebekan di Beit Lahia dini hari tadi.

Puluhan lainnya terluka, dan tim medis menghadapi kesulitan luar biasa dalam merawat korban luka karena kurangnya sumber daya medis.

Situasi Bencana di Rumah Sakit

Di bidang kesehatan, juru bicara Pertahanan Sipil di Jalur Gaza Mahmoud Basal mengatakan bahwa Pertahanan Sipil dan sistem medis menderita kekurangan pasokan dan peralatan medis yang parah.

Ia menyerukan  masyarakat internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk mengambil tindakan segera guna melindungi warga sipil dan menyelamatkan situasi kesehatan di Jalur Gaza.

Dr. Marwan Al-Hams, direktur rumah sakit lapangan di Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza, melaporkan bahwa kondisi rumah sakit setelah dimulainya kembali perang menjadi lebih buruk. Al-Hamas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk segera campur tangan guna mengakhiri penderitaan di Jalur Gaza.

Pada gilirannya, Dr. Marwan Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza utara, menggambarkan situasi di Gaza sebagai bencana, dan mengatakan bahwa Jalur Gaza utara sedang menjadi sasaran genosida.

Pada tingkat kemanusiaan, krisis kemanusiaan makin parah dengan dimulainya kembali perang, penutupan penyeberangan yang terus berlanjut, dan kegagalan dalam menyediakan pasokan makanan dan bantuan untuk menjangkau penduduk.

Di banyak daerah di Jalur Gaza, warga mengantre berjam-jam di depan toko roti yang tersisa untuk mendapatkan sepotong roti.

"Pengungsian juga terjadi lagi, dengan banyak penduduk terpaksa meninggalkan daerah sasaran untuk mencari tempat aman," kata ulasan Khaberni.

Israel mengumumkan dimulainya kembali operasi militernya di Gaza dengan dalih menekan Hamas agar memberikan konsesi terkait tahanan, setelah pemerintahan Benjamin Netanyahu menolak untuk pindah ke tahap kedua perjanjian gencatan senjata.

Dari akhir Oktober 2023 hingga perjanjian mulai berlaku, Israel melakukan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk invasi darat ke Jalur Gaza yang terkepung dan hancur.

 

(oln/khbrn/*)
 
 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.