TIMESINDONESIA, SLEMAN – Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tengah menyusun rencana induk pengembangan pariwisata berbasis "Trail of Industrialisation". Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman, Kus Endarto, mengungkapkan bahwa konsep ini akan diterapkan di tiga wilayah utama yaitu Sleman Timur, Barat, dan Utara. Setiap wilayah akan memiliki kapanewon atau kecamatan yang menjadi pusat pengembangan pariwisata berbasis sejarah industrialisasi.
Menurut Kus, konsep "Trail of Industrialisation" akan menghubungkan berbagai peninggalan sejarah yang mencerminkan perkembangan industri di Sleman. Pada sisi Sleman Timur, konsep ini meliputi Kapanewon Kalasan, Prambanan, dan Berbah. Wilayah ini akan fokus pada eksplorasi candi dan sejarah peradaban. Prambanan berbatasan langsung dengan Klaten, Jawa Tengah, sementara Berbah dekat dengan Bantul dan Kalasan bersebelahan dengan Depok.
Kemudian, sisi Sleman Barat akan dikembangkan di kawasan kawasan Tempel, Seyegan, dan Minggir. Tempel berbatasan dengan Kabupaten Magelang, sementara Minggir berbatasan dengan Kulon Progo dan Seyegan berdekatan dengan pusat kota Sleman. Wilayah ini akan menonjolkan potensi pertanian serta sistem irigasi Van Der Wick.
Sedangkan Sleman utara terdiri dari Kapanewon Cangkringan dan Pakem, dengan titik awal dari Museum Gunung Merapi ke arah atas. Fokus utama di wilayah ini adalah narasi sejarah, termasuk peristiwa Komisi Tiga Negara (KTN) pada 1948.
Dampak Positif Exit Tol terhadap Pariwisata
Kus menambahkan bahwa pengembangan ini juga didorong oleh keberadaan exit tol di berbagai wilayah Sleman. Keberadaan infrastruktur tersebut membuka peluang besar untuk meningkatkan daya tarik wisata berbasis potensi lokal.
Sementara itu, Kepala Dispar Sleman, Ishadi Zayid, menegaskan bahwa pengembangan pariwisata Sleman akan berlandaskan pada konsep community-based tourism dengan memanfaatkan keberadaan desa wisata. Hal ini diharapkan dapat menarik wisatawan untuk tidak sekadar melintas, tetapi juga singgah dan menikmati berbagai destinasi yang ada di Sleman.
“Exit tol yang ada di sisi timur dan barat Sleman bisa menjadi tantangan sekaligus peluang. Oleh karena itu, perlu strategi agar wisatawan tidak hanya lewat, tetapi juga tertarik untuk berkunjung,” ujar Ishadi, Kamis (27/3/2025).
Dengan strategi pengembangan berbasis sejarah industrialisasi ini, Sleman optimistis dapat meningkatkan daya tarik wisatanya dan memperkuat posisinya sebagai salah satu destinasi unggulan di Yogyakarta. (*)