TIMESINDONESIA, MALANG – Komunitas suporter Malang, Common Hood, menyadari pentingnya forum edukasi, pengembangan wawasan, serta ruang silaturahmi bagi arek-arek Malang, khususnya mereka yang memiliki ketertarikan lebih terhadap dunia sepak bola.
Berangkat dari kepedulian itu, mereka menggelar bedah buku "Ketika Tuhan Meninggalkan Kita" karya Adityo Fajar, seorang pengamat sepak bola, di Kedai Rupa Duta, Kota Malang, Jumat (22/3/2025).
Dalam diskusi ini, Fajar sejak awal menekankan bahwa kata "Tuhan" dalam judul bukunya tidak dimaksudkan dalam pengertian teologis.
Ia lebih merujuk pada konteks bagaimana masyarakat di beberapa negara, seperti Napoli (Italia) dan Buenos Aires (Argentina), memberikan julukan Dios kepada sosok Diego Maradona.
Kata tersebut dalam bahasa Spanyol dapat berarti dewa atau Tuhan, yang dalam dunia sepak bola mencerminkan status legendaris sang pemain.
Pengunjung membaca buku di lapak baca yang disediakan oleh salah satu media partner acara, Area Baca Selasa. (FOTO: M. Arif Rahman Hakim/TIMES Indonesia)
Fajar mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan yang melatarbelakangi lahirnya buku ini. Salah satu yang paling mendalam adalah janjinya kepada mendiang ibunya untuk suatu saat menulis dan menerbitkan buku hasil karyanya sendiri.
Selain itu, dorongan untuk menulis juga muncul selama masa pandemi Covid-19, ketika ia memiliki lebih banyak waktu luang.
"Saya kira setiap laki-laki harus memenuhi janjinya kepada perempuan yang dia cintai, terutama kepada sosok ibu," ungkapnya.
Proses penulisan buku ini memakan waktu kurang lebih tiga bulan, dari pengumpulan data hingga penyusunan naskah. Akhirnya, pada September 2021, buku tersebut berhasil diterbitkan oleh Social Movement Institute.
Keberhasilan ini sekaligus menjadi bentuk penghormatan bagi sang idola, Diego Maradona, yang berpulang pada tahun sebelumnya.
Kecintaan pada Maradona dan Esensi Sepak Bola
Dalam acara ini, Fajar secara terbuka menyatakan kekagumannya terhadap Maradona, legenda sepak bola Argentina. Ia mengenang bagaimana kecintaan itu bermula ketika sang ayah mengajaknya menonton Piala Dunia 1986 Meksiko—turnamen yang melambungkan nama Maradona sebagai salah satu pesepak bola terbaik sepanjang masa.
Buku "Ketika Tuhan Meninggalkan Kita" merupakan sebuah antologi esai yang berisi sepuluh tulisan mengenai berbagai aspek dalam dunia sepak bola.
Berbagai tema yang diangkat dalam buku ini tidak hanya membahas sisi teknis permainan, tetapi juga menyoroti politik, gejolak sosial-budaya, serta kepentingan ekonomi yang ikut membentuk dinamika sepak bola global.
Bagi Fajar dan anggota Common Hood, sepak bola bukan sekadar permainan 90 menit di atas lapangan. Ada begitu banyak aspek lain yang saling berkaitan dan memengaruhi jalannya olahraga ini.
Sejarah telah menunjukkan bahwa sepak bola kerap menjadi medan pertarungan kepentingan politik, ekonomi, hingga sosial.
Setelah sesi pemaparan materi oleh penulis, diskusi semakin hidup dengan sesi tanya-jawab. Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi dengan melontarkan berbagai pertanyaan kritis seputar isu-isu sepak bola terkini.
"Common Hood hari ini berusaha memberikan ruang dialektika sekaligus wadah untuk memperluas perspektif, terutama bagi kawan-kawan suporter di Malang, agar memahami sepak bola dari sudut pandang yang lebih luas," ujar Marcelino Septianto, koordinator acara.
Melalui forum seperti ini, Common Hood berharap dapat terus menghadirkan ruang edukasi dan diskusi yang bermanfaat bagi para pecinta sepak bola di Malang, serta mendorong suporter untuk lebih memahami olahraga ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai fenomena sosial yang kompleks. (*)