TRIBUNNEWS.COM - Sutradara film dokumenter asal Palestina, Hamdan Ballal, dilaporkan hilang setelah mengalami serangan brutal dari pemukim Israel di desa Susya, selatan Hebron, Tepi Barat, pada Senin (24/3/2025) malam.
Menurut laporan Middle East Eye, Ballal dipukuli secara brutal sebelum akhirnya ditangkap oleh tentara Israel saat sedang dalam ambulans menuju rumah sakit.
Keberadaannya hingga kini masih belum diketahui.
Yuval Abraham, sesama sutradara pemenang Oscar untuk film No Other Land, mengungkapkan melalui platform X bahwa Ballal diserang oleh kelompok pemukim bertopeng.
Rekaman video yang dibagikan Abraham menunjukkan para pemukim menghancurkan mobil aktivis dengan batu.
"Hamdan dipukuli habis-habisan sebelum tentara Israel membawanya pergi dari ambulans. Kami tidak tahu di mana dia sekarang," tulis Abraham dalam unggahannya.
Serangan ini juga melibatkan lima aktivis Yahudi-Amerika yang tengah melakukan proyek perlawanan damai di Masafer Yatta, lokasi syuting No Other Land.
Mereka turut menjadi korban kekerasan ketika berusaha melindungi warga Palestina.
Basel Adra, subjek dalam dokumenter tersebut, menggambarkan kondisi mengerikan setelah serangan terjadi.
“Saya berdiri bersama Karam, putra Hamdan yang berusia tujuh tahun, di dekat genangan darah ayahnya. Hamdan hilang setelah diculik tentara dalam keadaan terluka,” ujarnya.
Hamdan Ballal Al-Huraini lahir pada tahun 1989 di desa Susiya, Tepi Barat.
Sebelum terjun ke dunia perfilman, ia aktif sebagai petani, fotografer, dan advokat hak asasi manusia.
Ballal merupakan anggota inisiatif Humans of Masafer Yatta, yang mendokumentasikan kisah-kisah warga Palestina di bawah pendudukan Israel.
Karier perfilmannya dimulai dengan proyek dokumenter No Other Land, yang ia sutradarai bersama Basel Adra, Yuval Abraham, dan Rachel Szor.
Film ini diproduksi antara tahun 2019 hingga 2023 dan menggambarkan perjuangan komunitas Palestina di Masafer Yatta menghadapi pemindahan paksa.
Film ini pertama kali ditayangkan di Festival Film Internasional Berlin ke-74 (Berlinale) tahun 2024 dan memenangkan penghargaan Berlinale Documentary Award serta Panorama Audience Award untuk film dokumenter terbaik.
Selain itu, No Other Land juga meraih penghargaan Best Documentary dalam British Academy Film Awards ke-78 dan Best Director dari International Documentary Association tahun 2024.
Menurut data Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sepanjang tahun 2025 telah terjadi setidaknya 220 serangan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Bentuk kekerasan yang dilakukan mencakup pembakaran properti, pengrusakan lahan pertanian, hingga pembunuhan.
Aktivis AS Alex Chabbott yang baru-baru ini dideportasi mengatakan bahwa militer Israel kerap membiarkan pemukim bertindak brutal tanpa konsekuensi hukum.
“Kami melihat empat pria Palestina diikat dengan zip-tie begitu kencang hingga tangan mereka membiru,” ungkapnya kepada *Middle East Eye*.
Meskipun mantan Presiden AS Joe Biden sempat menjatuhkan sanksi terhadap pemukim pelaku kekerasan, kebijakan itu kemudian dicabut oleh Presiden Donald Trump.
Pusat Non-Kekerasan Yahudi menegaskan bahwa pelaku serangan terhadap warga Palestina jarang diadili.
“Keluarga Palestina hidup tanpa perlindungan. Pemukim bisa merusak properti mereka kapan saja, dan militer hanya menjadi penonton,” tambah Chabbott.
Keberadaan Hamdan Ballal Masih Misterius
Hingga saat ini, belum ada informasi mengenai keberadaan Hamdan Ballal.
Kasus ini kembali menyoroti eskalasi kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat, yang semakin meningkat tanpa adanya langkah serius dari otoritas Israel maupun tekanan yang cukup dari komunitas internasional.
- Nama: Hamdan Ballal Al-Huraini
- Tempat, Tanggal Lahir: Susiya, Tepi Barat, 1989
- Profesi: Sutradara, fotografer, aktivis hak asasi manusia, petani
- Karya Terkenal: No Other Land (2024)
- Penghargaan: Berlinale Documentary Award, Panorama Audience Award, Best Documentary (BAFTA ke-78)
- Aktivisme: Anggota Humans of Masafer Yatta, relawan B’Tselem
- Peristiwa Terkini: Hilang setelah diserang pemukim Israel di desa Susya, 24 Maret 2025
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)