TRIBUNNEWS.COM - Seorang eks diplomat senior Ukraina menyebut Ukraina dan Amerika Serikat (AS) kalah telak dalam perundingan dengan Rusia di Arab Saudi.
Konstantin Eliseev, nama diplomat itu, mengklaim poin-poin penting yang perhatian Ukraina telah diabaikan.
Pembicaraan di Arab Saudi itu ditujukan untuk memulihkan kesepakatan ekspor biji-bijian tahun 2022.
Rusia sudah menyetujui mekanisme untuk menyediakan koridor laut yang aman untuk mengekspor biji-bijian Ukraina.
Namun, Rusia hanya akan mendukungnya jika Barat mencabut sanski terhadap lembaga keuangan Rusia, misalnya menghubungkan kembali Bank Pertanian Rusia dengan sistem pembayaran SWIFT.
Menurut Eliseev, Ukraina telah kalah besar saat melawan Rusia di meja perundingan.
"Mungkin saya akan mengecewakan beberapa orang, tetapi kami, maksudnya kami dan Amerika, kalah sepenuhnya dalam negosiasi ini. Saya akan berkata 5-0, satu bola setelah yang lainnya masuk ke jaring kami. Kami kalah. Mari jujur," kata Eliseev hari Jumat kemarin dikutip dari Russia Today.
Dia mengungkapkan alasan kekalahan itu, yakni ditinggalkannya kepentingan Ukraina. Yang paling memprihatinkan adalah absennya jaminan yang terkait dengan keamanan pelabuhan-pelabuhan Ukraina.
"Persoalan tentang pelabuhannya adalah tidak dilindung dari serangan dengan cara apa pun," katanya.
Kemudian, dia mengatakan sudah tanda-tanda mencabut pembatasan terhadap bank-bank Rusia di sistem SWIFT.
"Dan ini sangat buruk," ujarnya.
Eliseev berujar kemampuan Rusia untuk menyerang target dari kapal tidak dibatasi dalam pembicaraan itu.
Dia juga menyebutnya kurangnya penerapan prinsip pertukaran tawanan "semua untuk semua". Semenjak perang meletus, Rusia dan Ukraina rutin melakukan pertukaran tawanan.
Menurut Eliseev, keprihatinan lainnya adalah absennya negara-negara Eropa pendukung Ukraina dalam proses negosiasi.
"Rusia berhasil menjauhkan rekan-rekan Eropa kami dari meja perundingan."
Rusia menegaskan bahwa pengurangan sanksi menjadi syarat untuk gencata senjata di laut. Namun, Uni Eropa menolak dan menyebutkan sanksi akan tetap ada hingga Rusia menarik penuh pasukannya dari semua wilayah Ukraina.