TIMESINDONESIA, MAGELANG – Menjelang Idul Fitri, warga Magelang dan sekitarnya mengenal tradisi prepegan, yaitu kegiatan berbelanja yang berlangsung dua hingga satu hari sebelum Lebaran. Momentum ini dimanfaatkan masyarakat untuk membeli berbagai keperluan, mulai dari pakaian, perabotan, hingga bahan makanan khas Lebaran.
Salah satu barang yang selalu dicari di masa prepegan adalah selongsong ketupat, wadah berbentuk anyaman janur kelapa yang nantinya diisi beras dan dimasak hingga menjadi ketupat.
Seperti yang dilakukan Ismawan, warga Desa Wuwuharjo, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Pria 33 tahun ini memanfaatkan momen prepegan untuk berjualan selongsong ketupat di Jalan Gatot Soebroto, Jagoan, Kota Magelang, dekat area Akademi Militer.
"Satu ikat isi 10 selongsong saya jual Rp 10.000. Alhamdulillah, dalam sehari dagangan laku dan hasilnya cukup untuk tambahan belanja dapur serta beli baju anak," ujar Ismawan kepada TIMES Indonesia, Minggu (30/3/2025).
Bagi Ismawan, berjualan selongsong ketupat menjadi peluang tahunan yang membawa berkah, meski hanya berlangsung sekali dalam setahun.
"Istilahnya ora ubet ora ngliwet (tidak berusaha, tidak bisa masak nasi)," tuturnya.
Di sepanjang Jalan Gatot Soebroto, para penjual selongsong ketupat tampak berjajar, menawarkan hasil anyaman janur mereka. Sambil menunggu pembeli, Ismawan bersama anak dan adiknya tetap menganyam janur, memastikan stok selongsong ketupat tetap tersedia hingga Lebaran tiba.
Tradisi prepegan di Magelang tidak hanya menciptakan kesibukan pasar yang khas, tetapi juga menjadi ajang berbagi rezeki bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang memanfaatkan momentum ini untuk berjualan.
Bagi warga Magelang, Lebaran tanpa ketupat tentu terasa kurang lengkap, dan prepegan menjadi saat yang tepat untuk mempersiapkan segala kebutuhannya. (*)