Raksasa teknologi Amerika seperti Tesla dan Nvidia berlomba membuat robot humanoid bagi ekonomi masa depan. Namun, analis memperingatkan AS berisiko kalah bersaing dengan China di dunia robotika.
Robot humanoid, mesin bertenaga AI yang dirancang menyerupai manusia dalam penampilan dan gerakan, diharapkan menyediakan berbagai manfaat, seperti mengisi pekerjaan di sektor industri dan jasa.
Jensen Huang CEO Nvidia, awal bulan ini mengumumkan portofolio teknologi baru untuk pengembangan robot humanoid. Adapun proyek robot Tesla, Optimus, tampaknya memimpin di AS. Elon Musk mengumumkan rencana produksi sekitar 5.000 unit tahun ini.
Rencana Musk mungkin unggul atas pesaing AS seperti Apptronik dan Boston Dynamics, tapi menghadapi persaingan ketat China. Unitree Robotics di Hangzhou bulan lalu menjual dua robot humanoid di JD.com. Sementara startup di Shanghai, Agibot, juga dikenal sebagai Zhiyuan Robotics, punya target memproduksi 5.000 robot tahun ini.
Ketika perusahaan kendaraan listrik China seperti BYD mulai melampaui pertumbuhan Tesla, ahli mengatakan dinamika serupa dapat terjadi di robotika humanoid. "China berpotensi meniru dampak disruptifnya dari industri EV di bidang humanoid," kata Reyk Knuhtsen, analis di SemiAnalysis yang dikutip detikINET dari CNBC.
Morgan Stanley memperkirakan ongkos pembuatan robot humanoid saat ini berkisar USD 10.000 hingga USD 300.000 per unit. Namun, perusahaan China sudah mengalahkan pesaing AS dalam harga berkat skala ekonomi dan manufaktur yang unggul.
Misalnya, Unitree merilis robot humanoid G1 dengan harga awal USD 16.000. Sebagai perbandingan, Morgan Stanley memperkirakan harga robot Optimus Gen2 Tesla bisa mencapai USD 20.000, tapi hanya jika perusahaan meningkatkan skala, memperpendek siklus penelitian dan pengembanganm dan memakai komponen hemat dari China.
Bahkan ada tanda-tanda perkembangan robotika China jauh lebih maju. Catatan penelitian Morgan Stanley menemukan China telah memimpin dalam pengajuan paten yang menyebut "humanoid" selama lima tahun terakhir, dengan 5.688 paten dibanding 1.483 dari Amerika Serikat.
Pemain besar seperti Xiaomi dan pembuat kendaraan listrik, seperti BYD, Chery, dan Xpeng, juga terlibat robot humanoid. "Penelitian kami menunjukkan China terus menunjukkan kemajuan paling mengesankan dalam robotika humanoid di mana startup diuntungkan rantai pasokan mapan, peluang adopsi lokal, dan dukungan kuat pemerintah," kata catatan itu.
Beijing memang makin mendukung bidang robotika. Tahun 2023, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi mengeluarkan pedoman yang menyerukan produksi robot dalam skala besar tahun 2025.
Menurut Ming Hsun Lee dari BofA Global Research, China melihat robot humanoid industri penting karena potensinya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja. "Saya pikir dalam jangka pendek, tiga hingga empat tahun, kita akan melihat robot humanoid awalnya diterapkan di jalur produksi dan dalam jangka menengah, kita akan melihat mereka bertahap menyebar ke industri jasa," katanya.