Makna Halalbihalal, Tradisi Indonesia saat Lebaran Idul Fitri
Bobby Wiratama March 31, 2025 02:34 PM

TRIBUNNEWS.COM - Halal bihalal adalah tradisi yang sangat lekat dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia.

Setiap tahunnya, saat umat Islam merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan, acara halal bihalal menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaan tersebut.

Meskipun asal-usul istilah ini dapat bervariasi, makna yang terkandung dalam tradisi ini sangat mendalam, mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan sosial yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Melalui halal bihalal, umat Islam diberi kesempatan untuk saling memaafkan, mempererat silaturahmi, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Lebih dari itu, halal bihalal juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga persatuan, meningkatkan toleransi sosial, dan menumbuhkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan.

Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang mendalam dan menjadi salah satu bagian yang sangat penting dalam budaya Indonesia.

Makna Halal Bihalal

Halal bihalal tidak dapat diterjemahkan secara harfiah dari setiap kata, yaitu "halal", "bi", dan "halal".

Kata "halal" berasal dari kata Arab "halla", yang memiliki tiga makna, yaitu:

  1. "halal al-habi" (benang kusut yang terurai kembali)
  2. "halla al-maa" (air keruh yang diendapkan)
  3. "halla as-syai" (sesuatu yang dibolehkan atau disucikan)

Dari ketiga makna tersebut, dapat disimpulkan bahwa halal bihalal memiliki makna sebagai proses membersihkan atau menghalalkan kembali kesalahan-kesalahan yang terjadi, seolah-olah segala kekusutan atau kekeruhan menjadi hilang dan kembali dalam keadaan semula, yaitu suci dan bersih.

Tradisi Halal Bihalal Sejak Masa Mangkunegara I

Tradisi serupa dengan halal bihalal sudah ada sejak zaman Mangkunegara I, yang lebih dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Pada masa itu, untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya, setelah salat Idul Fitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara bersamaan di balai istana.

Dalam pertemuan tersebut, dilakukan tradisi sungkem atau saling memaafkan, di mana semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa ini kemudian diadopsi oleh organisasi-organisasi Islam dengan istilah halal bihalal.

(Widya)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.