TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Iran dengan sanksi, tarif, dan tindakan militer.
Peringatan tersebut, Trump keluarkan setelah Presiden Iran Masud Pezeshkian menolak mengadakan pembicaraan langsung mengenai program nuklir Teheran.
Ancaman Trump terhadap Iran Trump menegaskan, jika Iran tidak menyepakati perundingan, situasi akan memburuk, dilansir AP.
"Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan terjadi pemboman," kata Trump kepada wartawan pada Minggu (30/3/2025) saat terbang ke Washington dari Florida.
"Itu akan menjadi pemboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," lanjutnya.
Selain ancaman militer, Trump mempertimbangkan menerapkan tarif pada negara-negara yang membeli minyak dari Iran sebagai bagian dari strategi "tekanan maksimum."
Penolakan Iran terhadap Perundingan Nuklir Presiden Iran Masud Pezeshkian menolak permintaan AS untuk negosiasi langsung dalam tanggapan tertulis kepada Washington, Reuters melaporkan.
"Meskipun kemungkinan negosiasi langsung telah ditolak, jalan untuk negosiasi tidak langsung masih terbuka," kata Pezeshkian, dikutip dari Radio Free Europe/RadioLiberty.
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei juga telah menolak gagasan perundingan dengan pemerintahan Trump.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan selama kampanye "tekanan maksimum" AS masih berlangsung, Iran tidak akan mengadakan negosiasi langsung.
Kekhawatiran atas Program Nuklir Iran Iran berulang kali menyatakan bahwa program nuklirnya bertujuan damai.
Namun, laporan pengawas nuklir PBB pada Februari menunjukkan bahwa Iran mempercepat produksi uranium yang mendekati tingkat senjata.
Ketegangan semakin meningkat setelah Israel melancarkan pengeboman di Jalur Gaza terhadap Hamas, kelompok yang didukung Iran dan dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa.
Iran juga menghadapi tekanan ekonomi akibat sanksi AS, terutama setelah Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran.
Dampak dan Potensi Eskalasi Pezeshkian menekankan bahwa Iran tidak menolak perundingan, tetapi meminta bukti dari AS bahwa mereka dapat dipercaya.
"Mereka harus membuktikan bahwa mereka dapat membangun kepercayaan," ujarnya.
Dengan kesepakatan nuklir 2015 yang berakhir pada Oktober 2025, dunia internasional hanya memiliki beberapa bulan untuk menentukan langkah selanjutnya sebelum kehilangan kemampuan menerapkan kembali sanksi PBB terhadap Iran.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)