Inflasi Maret 2025 Diproyeksi Lebih Rendah, Daya Beli Masyarakat Tertekan
kumparanBISNIS April 01, 2025 10:20 AM
Inflasi pada Maret 2025 diproyeksi rendah meski ada momen Ramadan dan Lebaran. Turunnya daya beli masyarakat menjadi salah satu penyumbang rendahnya inflasi Maret 2025.
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, memprediksi inflasi berada dalam kisaran 0,28 hingga 0,33 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan periode Februari ke Maret 2024 yang tercatat sebesar 0,52 persen.
Sementara itu, secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi diperkirakan mengalami kontraksi, yakni berkisar -0,28 hingga -0,3 persen, jauh lebih rendah dari Maret 2024 yang inflasi mencapai 3,05 persen.
“Inflasi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Februari ke Maret 2024 lalu 0,52 persen, mtm,” kata Yusuf kepada kumparan, Senin (31/3).
Perbesar
Pedagang menata cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (7/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Yusuf memproyeksi inflasi Maret 2025 didasarkan pada tren pergerakan inflasi sepanjang 2024. Ia mencatat bahwa meskipun terdapat kenaikan harga pada beberapa komoditas, inflasi tetap terkendali akibat berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah dalam mengendalikan harga.
Pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan harga, seperti aneka bawang, aneka cabai, daging sapi, dan minyak goreng curah. Namun, harga beras medium, telur ayam ras, dan daging ayam ras diperkirakan relatif stabil. Dengan demikian, kelompok ini diproyeksikan menjadi salah satu pendorong utama inflasi pada Maret 2025.
Sebaliknya, kelompok pakaian dan alas kaki diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor utama yang memengaruhi hal ini adalah program Belanja di Indonesia Aja (BINA) Lebaran 2025 yang menawarkan diskon hingga 70 persen di lebih dari 600 pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia. Program ini berlangsung dari 14 hingga 30 Maret 2025 dan diyakini dapat menekan inflasi di sektor tersebut.
Di sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, inflasi diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2024. Hal ini disebabkan oleh kenaikan tarif air bersih yang diberlakukan oleh Perumda Tirta Patriot di Bekasi mulai 1 Maret 2025.
Sementara itu, sektor transportasi diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan Maret 2024. Yusuf Rendy menyebutkan beberapa kebijakan pemerintah yang berkontribusi pada perlambatan ini, di antaranya penurunan harga BBM diesel non-subsidi.
Kemudian, diskon tarif pesawat domestik kelas ekonomi sebesar 13-14 persen untuk periode mudik Lebaran 2025, berlaku untuk tiket yang dibeli pada 1 Maret hingga 7 April 2025, dengan periode penerbangan antara 24 Maret hingga 7 April 2025. Serta diskon tarif jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera sebesar 20 persen untuk periode arus mudik (24-28 Maret) dan arus balik (3-5 April serta 8-10 April 2025).
Meski inflasi terkendali, daya beli masyarakat diprediksi tetap melemah. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyebut situasi ekonomi yang kurang kondusif dan kondisi keuangan masyarakat yang buruk menjadi faktor utama perlambatan konsumsi selama periode Lebaran.
"Tabungan masyarakat menipis, sementara pinjaman online (pinjol) meningkat. Kekhawatiran akan meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) juga membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam berbelanja," ujarnya.
Menurut Wijayanto, inflasi Maret 2025 secara tahunan diperkirakan berada di kisaran 1,5 hingga 1,8 persen. Ini menunjukkan, meskipun ada penurunan inflasi dibandingkan periode sebelumnya, tekanan terhadap daya beli masih kuat.
“Inflasi dan daya beli selama lebaran akan menurun, akibat situasi ekonomi yang kurang kondusif dan kondisi keuangan masyarakat yang buruk. Inflasi Maret 2025 year on year berada dikisaran 1,5-1,8 persen,” katanya.