Hari Berkabung Nasional di Myanmar setelah Gempa 2000 Korban Meninggal
timtribunsolo April 01, 2025 03:32 PM

TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Myanmar baru-baru ini mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari setelah negara mereka diguncang oleh gempa bumi yang dahsyat dengan kekuatan 7,7 magnitudo.

Pengumuman ini disampaikan pada Senin, 31 Maret 2015, dan mencerminkan kesedihan mendalam yang dialami oleh masyarakat Myanmar akibat bencana tersebut.

Apa Penyebab Pengumuman Hari Berkabung Nasional?

Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter melanda Myanmar bagian tengah pada hari Jumat, menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Dalam keterangan resmi dari media pemerintah Myanmar, MRTV, dijelaskan bahwa bendera nasional akan dikibarkan setengah tiang selama masa berkabung sebagai bentuk penghormatan kepada para korban tewas.

Bagaimana Upaya Evakuasi Dilakukan?

Untuk mempercepat proses evakuasi, Pemimpin junta Myanmar, Min Aung Hlaing, menyatakan bahwa mereka telah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.

Pembicaraan ini bertujuan untuk membahas dampak bencana serta upaya penyelamatan dan bantuan yang dibutuhkan.

Di saat yang sama, berbagai negara, termasuk Rusia, India, China, Thailand, dan Uni Emirat Arab (UEA), serta PBB, telah mengirimkan tim khusus untuk membantu pencarian dan penyelamatan, serta memberikan bantuan kemanusiaan.

Berapa Jumlah Korban Tewas Terkini?

Menurut laporan terbaru dari Dewan Administrasi Negara Myanmar, jumlah korban tewas akibat gempa bumi ini terus meningkat.

Setidaknya 2.056 orang telah dipastikan tewas, dengan lebih dari 3.900 orang terluka, dan hampir 300 orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Pemerintah Myanmar juga memperkirakan bahwa angka ini mungkin akan terus bertambah.

Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) memperkirakan jumlah korban tewas dapat melampaui 10.000 orang, terutama mengingat bahwa operasi pencarian dan penyelamatan berjalan tidak optimal.

Pemakaman ratusan korban diperkirakan akan dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2025.

Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah telah meluncurkan permohonan darurat untuk mengumpulkan lebih dari 100 juta dollar (setara Rp 16 triliun) guna membantu para korban.

Apa Tantangan dalam Proses Penyelamatan?

Tim penyelamat di Myanmar tidak hanya menghadapi tantangan dari kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa, tetapi juga dari cuaca panas yang menyulitkan upaya mereka.

Suhu di Myanmar diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius, yang membuat petugas penyelamat cepat kelelahan dan mempercepat proses pembusukan tubuh korban, sehingga menyulitkan identifikasi.

72 jam pertama setelah gempa bumi secara umum dianggap sebagai "jendela emas" untuk mencapai korban yang mungkin masih hidup di bawah reruntuhan.

Namun, setelah periode ini berlalu, peluang untuk bertahan hidup tanpa sumber air berkurang drastis.

Dalam salah satu insiden tragis, tim penyelamat mengira telah menyelamatkan seorang perempuan hamil yang terperangkap di bawah reruntuhan selama lebih dari 55 jam.

Namun, setelah melakukan amputasi pada kakinya untuk mengeluarkannya, perempuan tersebut dinyatakan meninggal dunia.

Salah satu petugas medis menyatakan, "Kami mencoba segalanya untuk menyelamatkannya," namun perempuan itu telah kehilangan terlalu banyak darah akibat prosedur tersebut.

Bencana gempa bumi di Myanmar telah menyebabkan dampak yang sangat besar, baik dari segi korban jiwa maupun kerusakan.

Dengan pengumuman hari berkabung nasional, negara tersebut berusaha menghormati para korban dan memperkuat solidaritas di antara warganya dalam menghadapi masa sulit ini.

Upaya internasional untuk memberikan bantuan serta tantangan yang dihadapi oleh tim penyelamat akan menjadi fokus utama dalam minggu-minggu mendatang.

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.