Jadi Tren Baru ketika Lebaran Datang, Begini Sejarah Angpao Lebaran yang Mengadopsi Budaya Tionghoa
Moh. Habib Asyhad April 01, 2025 05:34 PM

Tradisi angpao Lebaran di Indonesia, alias salam tempel saat Idulfitri, selain meminjam tradisi angpao Imlek juga meminjam tradisi bagi-bagi uang pada zaman abad Pertengahan.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Rasanya bukan rahasia lagi jika tradisi angpao Lebaran salah satunya mengadopsi tradisi angpao Imlek masyarakat Tionghoa. Lalu seperti apa sejarahnya?

Menurut beberapa sumber, tradisi angpao, alias amplop merah berisi uang, berasal dari Tiongkok kuno, khususnya pada masa Dinasti Qing. Wujudnya dulu adalah koin berlubang yang diikat dengan benang merah sebagai jimat untuk mengusir roh jahat.

Mengutip Kompas.com,angpao berasal dari istilah hong bao, bahasa China yang berarti "amplop merah". Menurut laman Chinese New Year, uang dalam amplop merah ini disebut ya sui qian, yang secara harfiah berarti "uang untuk melabuhkan tahun".

Tapi ingat, uang dan amplop merah itu tak sekadar hadiah biasa. Lebih dari itu ia adalahsimbol harapan keberuntungan dan berkah. Para penatua biasanya memberikan angpao kepada anak-anak sebagai tanda doa untuk tahun yang penuh keberuntungan, sedangkan generasi muda memberikan angpao kepada orang tua sebagai ucapan terima kasih dan doa panjang umur.

Yang membuatnya unik,di beberapa wilayah di Cina, tradisi ini juga dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah kepada teman-teman yang belum menikah, sebagai cara untuk "menularkan" keberuntungan.

Sejarah angpao berakar pada legenda kuno. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah tentang makhluk buas bernama Nian.

Setiap malam Tahun Baru, Nian akan keluar dari hutan dan meneror penduduk desa. Untuk melindungi diri, masyarakat mengembangkan cara-cara khusus yang kelah di kemudian hari menjadi bagian dari Festival Musim Semi.

Di Indonesia, festival ini lebih dikenal dengan istilah Imlek. Orangtua memberikan uang kepada anak-anak saat malam Tahun Baru untuk "menyuap" Nian atau roh jahat lainnya agar tidak mengganggu.

Kisah lain yang tak kalah menarik adalah tentang iblis bernama Sui, yang dipercaya datang pada malam Tahun Baru untuk menyentuh kepala anak-anak saat mereka tidur, menyebabkan mereka sakit atau terkena nasib buruk. Sebuah legenda menceritakan tentang orang tua yang memberikan koin kepada anaknya sebagai mainan.

Ketika koin tersebut diletakkan di dekat bantal si anak, cahaya koin yang berkilau membuat Sui takut dan pergi. Sejak saat itu, orangtua mulai membungkus koin dengan kertas merah untuk melindungi anak-anak mereka.

Saat memberikan angpao, ada beberapa aturan dan tradisi yang perlu diperhatikan:

Jangan Terlalu Blak-blakan

Dalam budaya Cina, kesopanan dan sikap lembut sangat dihargai. Hindari memberikan angpao dengan ucapan langsung seperti "Ini uang untukmu". Sebagai gantinya, gunakan ucapan yang penuh doa, seperti:

"Selamat Tahun Baru!"

"Semoga sukses di sekolah!"

"Semoga tahunmu menyenangkan!"

Berikan Secara Langsung

Saat memberikan angpao kepada anak-anak, pastikan orang tua mereka melihatnya. Ini menunjukkan transparansi dan menghormati peran mereka sebagai pengasuh.

Tunjukkan Ketulusan

Jika memberikan angpao kepada orang tua sendiri, sertai dengan ucapan seperti, "Terima kasih atas semua yang telah dilakukan. Semoga sehat dan panjang umur."

Bagi anak-anak dan anggota keluarga yang menerima angpao, ada cara tertentu yang dianggap sopan:

- Mengucapkan Salam Hormat

Sebelum menerima angpao, anak-anak biasanya memberikan salam dengan ucapan seperti "Gong xi fa cai, hong bao na lai" yang berarti "Semoga kekayaan dan kemakmuran atasmu, berikan angpao."

- Melakukan Kowtow

Dalam keluarga tradisional, anak-anak menunjukkan rasa hormat kepada orang tua atau kakek-nenek dengan cara kowtow. Gerakan ini melibatkan berlutut, meletakkan tangan di lantai, lalu menundukkan kepala di antara tangan sebagai tanda penghormatan mendalam.

- Sopan Saat Menerima

Setelah menerima angpao, anak-anak dianjurkan untuk mengucapkan terima kasih dan menyimpan angpao dengan rapi, tidak langsung membukanya di depan pemberi.

Berapa jumlah yang ideal untuk dimasukkan ke dalam angpao? Tidak ada aturan tetap. Biasanya, jumlahnya disesuaikan dengan kedekatan hubungan. Makin dekat, makin besar nominalnya. Angka-angka tertentu seperti 6 dan 8 sering dianggap membawa keberuntungan karena memiliki arti positif dalam budaya Cina.

Seiring perkembangan teknologi, tradisi ini kini berevolusi ke ranah digital. Angpao elektronik memungkinkan orang mengirimkan keberuntungan ke mana saja tanpa perlu bertemu langsung.

Meski bentuknya telah berubah, esensi dari tradisi angpao tetap bertahan hingga kini: simbol berbagi kebahagiaan, keberuntungan, dan harapan baik.

Tradisi yang sudah berlangsung ribuan tahun ini membuktikan betapa kuatnya akar budaya Cina, bahkan di tengah era modern yang serba digital. Angpao terus menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek, baik secara tradisional maupun modern.

Angpao lebaran

Tapi tradisi angpao Imlek ternyata bukan satu-satunya yang mempengaruhi keberadaan tradisi angpao Lebaran. Menurut Cash Matters, sebagaimana dilansir Kompas.com, tradisiberbagi uang Lebaran berasal dari Abad Pertengahan.

Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara mulai membagikan uang, pakaian, atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat pada umumnya saat hari pertama Idul Fitri. Kemudian, pada akhir era Ottoman atau sekitar lima abad kemudian, kegiatan bagi-bagi di hari Lebaran itu kemudian mengalami perubahan, hanya dalam bentuk uang tunai dan dibagikan hanya dalam lingkup keluarga.

Begitulah bagaimana riwayat tradisi angpao Lebaran yang selain meminjam tradisi angpao Imlek juga meminjam tradisi bagi-bagi uang pada masa kekhalifahan Bani Fatimiyah di Afrika Utara.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.