Oleh: Yanuarius Briano Bahagia, calon Imam Projo Keuskupan Ruteng
Ketahanan pangan dunia saat ini menghadapi tantangan serius akibat berbagai faktor seperti perubahan iklim, konflik antarnegara, dan ketidakstabilan ekonomi.
Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sekitar 282 juta orang di dunia mengalami kekurangan pangan pada tahun 2023, meningkat sebanyak 24 juta dibandingkan tahun sebelumnya (Antara, 2024).
Situasi ini menunjukkan bahwa krisis pangan telah menjadi persoalan global yang membutuhkan perhatian dan solusi nyata.
Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab utama ketidakstabilan pangan.
Cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan badai merusak lahan pertanian dan menurunkan hasil panen di banyak negara.
Kondisi ini menyebabkan ketersediaan pangan berkurang dan harga makanan meningkat.
Selain itu, konflik bersenjata seperti perang di Ukraina juga memperparah situasi.
Rusia dan Ukraina, yang merupakan produsen utama gandum dunia, mengalami gangguan dalam jalur distribusi akibat perang, sehingga menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga pangan di pasar global (Antara Jambi, 2022).
Masalah ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat.
Kenaikan harga bahan pokok dan kelangkaan pangan membuat banyak orang kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini juga dapat memperburuk ketidakstabilan sosial dan politik, terutama di negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada impor bahan pangan.
Jika situasi ini terus berlanjut tanpa penyelesaian yang tepat, dampaknya bisa meluas hingga memicu ketegangan sosial dan krisis kemanusiaan.
Untuk mengatasi masalah ini, para pemimpin dunia harus bertindak cepat dan tegas.
Pemerintah perlu memberikan dukungan kepada petani melalui penyediaan benih unggul, pupuk, dan teknologi pertanian yang dapat meningkatkan hasil panen.
Jalur distribusi pangan juga harus diperbaiki agar pasokan makanan dapat terdistribusi dengan cepat dan merata.
Saya yakin bahwa dengan adanya kerja sama antar pemimpin negara, negara-negara yang mengalami kesulitan dapat saling menopang dan memperkuat ketahanan pangan bersama.
Negara-negara maju harus menunjukkan solidaritas dengan berbagi teknologi dan sumber daya untuk membantu negara-negara yang terdampak.
Sebagai solusi nyata, para pemimpin negara perlu turun langsung ke lapangan untuk memahami penyebab utama dari krisis ini dan menerapkan kebijakan yang tepat.
Dengan keterlibatan langsung, kebijakan yang diambil akan lebih sesuai dengan kondisi di lapangan dan mampu menyelesaikan krisis secara efektif dan berkelanjutan.
Pendekatan ini akan memberikan dampak positif dalam menciptakan ketahanan pangan yang stabil dan merata di seluruh dunia.
Ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan kerja sama global.
Jika para pemimpin dunia mampu bersatu dan mengambil langkah nyata, krisis ini bisa diatasi.
Ketahanan pangan tidak hanya menyangkut ketersediaan makanan, tetapi juga tentang keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.