TRIBUNNEWS.COM - Polisi menemukan obat jamur dan tuberkulosis (TBC) saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di kamar sebuah hotel di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang menjadi lokasi ditemukannya jasad jurnalis asal Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Situr Wijaya.
Berdasarkan foto yang diterima Tribunnews.com, ada pula obat maag serta sabun pembersih muka di kamar hotel yang disewa korban.
Dalam foto tersebut, tampak obat maag yang ditemukan sudah tidak lengkap. Selain itu, obat merek Rifampicin yang merupakan obat TBC juga diduga telah dikonsumsi oleh korban.
Sementara menurut keterangan dari Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, hasil autopsi yang telah dilakukan menunjukkan adanya infeksi pada paru-paru korban.
Ade Ary mengatakan infeksi tersebut diduga merupakan penyakit tuberkulosis (TBC).
"Berdasarkan hasil autopsi sementara, terdapat indikasi adanya infeksi pada paru-paru (dugaan dokter yakni penyakit TBC)," ujar Ade Ary dalam keterangan tertulis, Minggu (6/4/2025).
Ade Ary mengatakan hasil autopsi sementara itu akan dipastikan lagi lewat pemeriksaan lanjutan.
"Guna memastikannya, menunggu hasil pemeriksaan toksikologi dan histopatologi," jelasnya.
Selain itu, hasil autopsi juga menunjukkan adanya perlengketan hebat di paru-paru kanan korban yang menandakan adanya infeksi paru-paru.
"Paru-paru kanan terdapat perlengketan hebat pada hampir seluruh permukaannya ke dinding dada (tanda adanya infeksi paru)" kata Ade Ary.
Tak cuma itu, ditemukan pula luka lecet di bibir yang diduga akibat kekerasan tumpul.
Namun, Ade Ary menjelaskan luka tersebut diduga bukan akibat penganiayaan tetapi karena jatuh ke lantai.
"Luka lecet pada bibir akibat kekerasan tumpul (diduga karena jatuh membentur lantai," katanya.
Sementara, terkait memar pada bagian tubuh diduga akibat lebam mayat.
Selain itu, Ade Ary juga mengungkapkan tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan pada jasad Situr Wijaya.
"Tidak ada tanda-tanda kekerasan baik luka jeratan maupun luka sayatan. Adanya memar pada bagian tubuh akibat lebam mayat," jelasnya.
Ade Ary juga menjelaskan tewasnya Situr diperkirakan terjadi pada Jumat (4/4/2025) sekira pukul 04.00 WIB-20.00 WIB.
"Perkiraan waktu kematian antara 8 jam sampai dengan 24 jam sebelum pemeriksaan luar (4 April 2025 pukul 04.00 WIB sampai dengan 4 April 2025 pukul 20.00 WIB)," katanya.
Sebelumnya, Ade Ary juga mengungkap soal rekaman CCTV yang menyorot langsung ke arah kamar hotel yang dimasuki oleh Situr Wijaya.
Ade Ary menuturkan dalam rekaman CCTV tersebut, kamar Situr Wijaya tidak pernah dimasuki oleh orang lain hingga jasadnya ditemukan.
Di sisi lain, dia mengatakan korban sempat terlihat bersama saksi berinisial V pada Kamis (3/4/2025) di hotel tersebut.
"Berdasarkan analisa CCTV, sejak saksi V bersama korban saat masih hidup pada tanggal 3 April 2025, pukul 18.50 WIB sampai dengan mayat korban ditemukan, tidak ada orang lain yang memasuki kamar korban dan korban juga tidak terpantau keluar kamar," kata Ade Ary dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews.com, Minggu (6/4/2025).
Ketika dikonfirmasi terkait sosok V tersebut, Ade Ary tidak menjelaskan secara gamblang.
Dia hanya mengungkapkan bahwa saksi berjenis kelamin perempuan.
"(Saksi) seorang perempuan," tuturnya.
(Yohanes Liestyo Poerwoto)