Tradisi Kupatan Pekauman, Warisan Lebaran Khas Gresik dengan Suguhan Lontong Cap Gomeh
Haurrohman April 08, 2025 02:31 AM

TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Gresik - Setiap tujuh hari setelah Hari Raya Idulfitri, suasana di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik menjadi semarak. Ratusan warga ke jalan-jalan kampung untuk mengikuti tradisi Kupatan Pekauman, sebuah perayaan khas yang telah mengakar sebagai warisan budaya lokal.

Dari anak-anak hingga orang dewasa, seluruh warga saling bersilaturahmi dengan cara yang unik. Rumah-rumah dibuka lebar, menyambut siapa pun yang datang untuk bersalaman, bermaaf-maafan, dan menikmati sajian khas yang hanya muncul setahun sekali ini.

Tak hanya warga lokal, perayaan ini juga menarik perhatian masyarakat dari luar kelurahan. Banyak yang datang hanya untuk merasakan hangatnya suasana dan kelezatan kuliner yang dihidangkan hampir di setiap rumah.

Salah satu ciri khas yang tak pernah absen dalam tradisi ini adalah sajian lontong cap gomeh. Makanan ini menjadi simbol kebersamaan sekaligus menu utama dalam setiap kunjungan ke rumah-rumah warga.

Di sepanjang gang-gang kecil, suasana semakin meriah dengan hiasan ornamen ketupat, spot foto bertema Kupatan Pekauman, serta lampion damar kurung—ikon khas Gresik. Momen ini pun banyak diabadikan dalam bentuk foto dan video oleh para pengunjung maupun warga.

Pada tahun 2025, tradisi Kupatan Pekauman jatuh pada 8 Syawal, atau bertepatan dengan tanggal 7 April.

Menurut salah satu warga Pekauman, Nur Fathonah (42), tradisi ini telah berlangsung turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Ia menjelaskan setelah merayakan Idulfitri, warga Pekauman biasanya menjalankan puasa Syawal selama enam hari, sebelum akhirnya merayakan Lebaran Ketupat pada hari ketujuh.

“Ini sudah dimulai dari nenek moyang. Sudah menjadi tradisi turun-temurun, dan hanya di Pekauman yang merayakan seperti ini. Lebaran ketupat di Pekauman ini adalah ciri khas, dirayakan setiap tanggal 7 Syawal,” tutur Fathonah.

Ia menambahkan, meski lontong cap gomeh adalah menu tradisional utama, kini variasi makanan semakin beragam.

“Agar lebih praktis, orang-orang kadang mengganti dengan menu yang lebih mudah seperti lontong, bakso, atau sate,” jelasnya.

Jumlah porsi yang disiapkan pun bervariasi, tergantung kemampuan masing-masing tuan rumah. “Kalau saya pribadi menyediakan sekitar 300 porsi,” tambahnya.

Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani—yang akrab disapa Gus Yani—juga turut hadir dalam perayaan tahun ini. 

Ia menjelaskan tradisi Kupatan Pekauman diperkirakan sudah berlangsung lebih dari satu abad, bahkan mungkin dua abad, dan digagas oleh seorang tokoh agama setempat, Kiai Baka.

“Tradisi ini dimulai sejak tanggal 2 Syawal, warga menjalani puasa enam hari, lalu hari ketujuh baru dirayakan secara meriah. Hampir semua rumah memasak ketupat dan lodeh,” ungkapnya.

Gus Yani juga menekankan bahwa perayaan ini terbuka untuk siapa saja, termasuk masyarakat dari luar daerah yang ingin mengenal lebih dekat tradisi khas ini.

“Masyarakat dari Wringinanom, Driyorejo, Ujungpangkah, Panceng, silakan datang setelah Maghrib atau Isya. Semua rumah dibuka, dan pengunjung boleh mencicipi masakan ketupat yang disediakan,” katanya.

Kupatan Pekauman bukan sekadar perayaan kuliner atau ajang silaturahmi. Ia menjadi cerminan nilai gotong royong, kebersamaan, dan penghormatan pada tradisi yang masih hidup di tengah masyarakat modern.

(Willy Abraham/TribunJatimTimur.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.