BANJARMASINPOST.CO.ID - Dalam rimba Kalimantan Timur membentang hamparan hijau Taman Nasional Kutai (TNK), sebuah kawasan hutan pelestarian yang menyimpan kekayaan flora dan fauna.
Lebih dari sekadar hutan hujan tropis biasa, TNK adalah rumah bagi spesies-spesies endemik yang dilindungi, lanskap alam dan saksi bisu sejarah panjang ekosistem Kalimantan. Di antara keanekaragaman hayati yang mempesona itu, berdiri kokoh dan megah pohon ulin raksasa yang diperkirakan telah berusia lebih dari seribu tahun. Pohon itu menjadi ikon dan daya tarik tersendiri bagi pecinta alam.
Ulin (Eusideroxylon zwageri), sang kayu besi dari Kalimantan, memang bukan sekadar pohon biasa. Tumbuh lambat dengan laju pertumbuhan diameter yang nyaris tak terasa, keberadaan di hutan dataran rendah hingga perbukitan itu adalah penanda kematangan dan keutuhan ekosistem.
Perjalanan menyusuri Jungle Park Sangkima, salah satu zona wisata alam di kawasan TNK, menawarkan pengalaman trekking menarik. Pada sepekan libur Lebaran 2025, sudah sekitar ratusan pengunjung yang menjajal jalur-jalur setapaknya. Dimulai dari loket tiket, peta trekking membimbing para petualang menyusuri hijaunya hutan hujan tropis yang rimbun dan menyejukkan.
Suara gemericik air sungai Sangkima dan anak-anak sungainya menemani langkah para pejalan kaki. Jembatan-jembatan kayu ulin yang melintang di atas aliran air menambah keseruan petualangan, memberikan sentuhan seru di tengah belantara.
Udara segar yang dipenuhi aroma tanah dan dedaunan menjadi penyegar di tengah aktivitas fisik. Namun, puncak dari pengalaman bertualang ini tak lain adalah tatapan mata langsung dengan sang ulin raksasa.
Pohon ulin yang ditemukan pada tahun 1993 dengan diameter 2,42 meter itu, berdasarkan pengukuran terakhir di tahun 2023 telah mencapai diameter 2,52 meter. Pertumbuhan yang lambat ini justru menjadi bukti akan usianya yang diperkirakan telah melampaui satu milenium.
Berdiri tegak dengan batang yang kokoh dan menjulang tinggi, pohon ini seolah menjadi monumen hidup, menyaksikan perubahan zaman dan dinamika hutan Kutai selama berabad-abad. Keberadaannya memberikan kesan mendalam bagi setiap pengunjung, membangkitkan rasa kagum atas kebesaran alam dan pentingnya menjaga warisan yang tak ternilai ini.
Jalur trekking di Jungle Park Sangkima dengan total panjang lima kilometer menawarkan variasi yang menarik. Tanjakan Meranti yang menantang menguji fisik, sementara Jembatan Sling yang bergoyang memberikan sensasi petualangan yang berbeda.
Tempat-tempat rehat yang tersebar di sepanjang jalur menjadi oase bagi para pengunjung untuk beristirahat, menikmati bekal, dan menyerap keindahan hutan lebih lama.
Tak jauh dari sana, sebuah rumah pohon berdiri kokoh, menawarkan perspektif yang berbeda dalam menikmati panorama hutan dari ketinggian.
Dari rumah pohon, hamparan hijau hutan Kutai terlihat begitu luas dan memukau, mengingatkan akan pentingnya menjaga paru-paru dunia ini.
“Sejarah kawasan Taman Nasional Kutai ini menarik dan menunjukkan bagaimana kesadaran akan pentingnya konservasi itu tumbuh dan berkembang,” kata Budi Isnaini, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Sangatta selaku pengelola TNK. (antara)