TRIBUNNEWS.COM - Pada Selasa (15/4/2025) malam, sebuah jet tempur Israel secara tidak sengaja menjatuhkan bom di dekat komunitas Nir Yitzhak, yang terletak sekitar dua mil dari perbatasan Gaza.
Insiden ini disebabkan oleh "kerusakan teknis" pada pesawat, menurut keterangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Dalam pernyataan yang dikutip oleh Times of India, IDF menyebutkan bahwa amunisi tersebut jatuh di area terbuka dekat Nir Yitzhak, setelah jet tempur tersebut dalam perjalanan menuju misi di Jalur Gaza.
Jenis bom yang jatuh tidak disebutkan.
Bom tersebut mendarat di zona pertanian milik komunitas Nir Yitzhak.
Meskipun tidak ada korban luka yang dilaporkan, kejadian ini memicu penyelidikan oleh militer Israel.
Seorang juru bicara kibbutz mengonfirmasi bahwa mereka tengah berhubungan dengan pejabat militer untuk mengklarifikasi insiden ini dan mengharapkan "penyelidikan menyeluruh."
IDF sudah memulai investigasi terkait kejadian ini, meskipun tidak ada kerusakan berarti yang dilaporkan.
Nir Yitzhak adalah rumah bagi sekitar 550 penduduk, menurut Biro Pusat Statistik Israel.
Komunitas ini juga menjadi salah satu wilayah yang diserang selama serangan besar oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, meski hampir separuh populasi kini telah kembali.
Meski kejadian ini jarang terjadi, insiden serupa pernah terjadi pada Mei 2023, ketika sebuah jet tempur Israel menjatuhkan amunisi di komunitas tetangga, Yated.
Amunisi tersebut gagal meledak dan kemudian diamankan oleh pasukan Israel.
Pada bulan berikutnya, sebuah tank IDF gagal ditembakkan selama operasi di Gaza selatan dan mendarat di dekat pagar perbatasan, merusak sebuah kendaraan di sisi Israel.
Insiden ini terjadi selama upaya serangan udara di Jalur Gaza, di mana malfungsi teknis menyebabkan amunisi jatuh ke wilayah Israel.
Sedikitnya 35 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir, Al Jazeera melaporkan.
Sebanyak 15 di antaranya, mayoritas wanita dan anak-anak, menjadi korban dalam serangan terhadap tenda-tenda pengungsi di al-Mawasi, wilayah selatan Gaza.
Area tersebut sebelumnya disebut sebagai “zona aman” oleh militer Israel.
Di Kota Gaza bagian utara, jurnalis Palestina Fatima Hassouneh tewas dalam serangan udara yang menghantam rumahnya.
Sebanyak 10 anggota keluarganya juga ikut menjadi korban jiwa dalam serangan tersebut.
Insiden ini menambah panjang daftar jurnalis yang terbunuh selama konflik berlangsung.
Di Yaman, serangan udara Amerika Serikat terus menghantam wilayah yang dikuasai kelompok Houthi.
Media lokal yang dikutip Al Jazeera melaporkan bahwa satu warga sipil tewas dalam serangan di kawasan permukiman ibu kota Sanaa.
Serangan ini memperburuk krisis kemanusiaan di negara tersebut.
Militer Israel dilaporkan menembak mati dua warga Palestina di tenggara Jenin, Tepi Barat yang diduduki.
Salah satu korban berusia 19 tahun.
Tentara Israel juga dilaporkan menahan jenazah mereka, sebagaimana diberitakan oleh Middle East Eye.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan negaranya akan terus memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Kebijakan ini menuai kecaman keras dari kelompok-kelompok hak asasi manusia yang menyebutnya sebagai kejahatan perang.
Katz juga menegaskan bahwa militer Israel akan tetap berada di Gaza, Lebanon, dan Suriah untuk waktu yang tidak ditentukan.
Menurutnya, keberadaan pasukan ini penting untuk memperkuat pengendalian terhadap wilayah yang dianggap strategis bagi keamanan nasional Israel.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)