Untuk menjawab tantangan kesenjangan talenta digital di Indonesia, Red Hat menghadirkan inisiatif Red Hat Academy dan Red Hat Talent Network yang dirancang untuk mencetak sekaligus menyalurkan profesional bersertifikat langsung ke ekosistem industri teknologi.
Kedua inisiatif ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan sembilan juta talenta digital yang diperkirakan dibutuhkan Indonesia pada 2030, sekaligus mempercepat penyerapan lulusan bersertifikasi ke industri teknologi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI memproyeksikan kekurangan sekitar 9 juta talenta digital pada tahun 2030. Bahkan menurut Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2024, kebutuhan talenta digital di tanah air pada 2030 mencapai 12 juta orang, mengungguli proyeksi sebelumnya dari McKinsey dan World Economic Forum. Artinya setiap tahun dibutuhkan sekitar 450 ribu talenta yang juga mencakup tenaga ahli TI dengan keahlian open source, cloud, dan DevOps. “Kesenjangan ini harus diatasi sekarang agar transformasi Industri 4.0 di Indonesia tidak tertinggal,” ujar Vony Tjiu, Country Manager Red Hat Indonesia.
Sejak diluncurkan, Red Hat Academy sendiri telah bermitra dengan 200 institusi pendidikan, mulai universitas negeri/swasta hingga SMK di kota besar dan daerah. Beberapa di antaranya adalah Telkom University, UIN Jakarta, Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya, Politeknik Negeri Padang, SMK Adiwerna Tegal, SMKN 1 Kejobong Purbalingga, dan lain-lain.
Kurikulum resmi Red Hat diintegrasikan ke dalam mata kuliah wajib dan pilihan, memberikan pelatihan hands‑on pada:
- Administrasi Sistem Linux & Virtualisasi
- Cloud Computing & Containerization
- DevOps, Middleware, dan Otomasi Infrastruktur
Dalam acara temu media yang berlangsung di Jakarta, kemarin (16/4), Vony memaparkan bahwa hingga kuartal pertama 2025, lebih dari 7.500 peserta telah mengikuti pelatihan gratis dan meraih sertifikasi Red Hat. Vony menambahkan bahwa dari seluruh peserta yang mengikuti sertifikasi baru-baru ini, siswa SMK merupakan yang terbanyak lulus. “Menurut kami, hal tersebut benar‑benar memperlihatkan sebuah semangat dan energi yang patut kita acungi jempol,” tegas Vony, menyoroti antusiasme peserta dari sekolah vokasi.
Sebagai kelanjutan dari Red Hat Academy, Red Hats juga memfasilitasi pertemuan langsung antara lulusan bersertifikat dengan pelanggan dan mitra bisnis Red Hat melalui Red Hat Talent Network. Platform ini bukan bursa kerja umum, melainkan database terverifikasi yang membantu perusahaan menyeleksi kandidat sesuai kebutuhan skill set mereka.
“Sebenarnya tujuannya adalah membantu para business partner dan juga customer Red Hat yang kerap mengalami kesulitan mencari talenta yang mereka butuhkan. Dan melalui talent network ini, Red Hat memastikan talenta-talenta (dari Red Hat Academy) disalurkan secara tepat dan lebih cepat,” jelas Vony.
Ia menambahkan bahwa saat ini sudah ada sepuluh jebolan Red Hat Academy yang berhasil on-board dan bekerja, baik itu di customer ataupun di mitra bisnis Red Hat.
Pada akhirnya inisiatif Red Hat terkait talenta digital ini diharapkan dapat secara langsung membantu peserta menjadi lebih siap kerja (employable), sehingga membuka kesempatan lapangan kerja baru bagi lulusan bersertifikasi. Selanjutnya dengan menyiapkan talenta digital yang terampil dan tersertifikasi, Red Hat juga berharap dapat membantu mengatasi kesenjangan keterampilan di bidang teknologi digital, meningkatkan daya saing, dan menumbuhkan inovasi di ekosistem teknologi di tanah air yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.