WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Musisi senior Rieka Roslan mengutarakan keluh kesahnya, yang jadi pendorong aktif perjuangkan royalti komposer.
Sebab di media sosial sejumlah netizen menilai Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI) terlalu terburu-buru dalam mengurus persoalan royalti musik.
Terutama ketika muncul konsep direct lisence yang pembayarannya dilakukan oleh penyanyi ke komposernya langsung.
Sebelumnya, Rieka menekankan pentingnya melihat situasi ini dengan kepala dingin dan niat untuk memperbaiki sistem yang ada.
“Jadi sebenarnya coba yuk sama-sama dinginkan kepalanya supaya kita sama-sama mempembaharui lah," ujar Rieka Roslan di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Jumat (18/4/2025).
"Sebetulnya kalau sistem yang sekarang udah jalan bagus tuh nggak akan pernah ada terjadi seperti ini,” sambungnya.
Sembari tertawa, Rieka mengatakan tuntutan kehidupan sehari-hari menjadi faktor utama kenapa para komposer butuh kepastian soal royalti.
“Nah kenapa AKSI dibilang ‘kenapa sih kok buru-buru amat ada apa?’ Nggak ada apa-apa sih, cuma ada tagihan listrik gue, bayar sekolah anak, sama rumah sakit, sama asuransi segala macam tiap bulan,” kata Rieka sambil tertawa kecil.
Lebih lanjut, Rieka menyindir balik pihak-pihak yang mempertanyakan urgensi langkah AKSI.
“Jadi maaf kalau ada orang yang ngomong ‘ada apa sih kok buru-buru amat AKSI kayak dikejar-kejar’, tentu dikejar. Apa? Tagihan bulanan," tuturnya
"Andai kalian bekerja tapi bayarannya tidak sesuai dan harus nunggu, apakah akan protes? Buruh aja protes, kami juga buruh loh, buruh musik, clear ya Alhamdulillah,” ungkap Rieka Roslan.
Belakangan ini memang para komposer yang berada di AKSI menggaungkan soal direct lisence dan sebuah platform Digital Direcr Lisence (DDL) untuk pembayaran royalti.
Sayangnya ketika ide itu disampaikan, netizen menilai bahwa para komposer terlalu mengejar uang sehing buru-buru dan ingin segera meresmikan direct lisence.