Kepemimpinan Nasional dalam Menghadapi Tantangan Tariff War
GH News April 19, 2025 01:06 PM

TIMESINDONESIA, MALANG – Presiden Amerika Serikat pada tahun 2018 silam, Donald Trump, memulai kebijakan tarif untuk menanggapi praktik perdagangan yang dianggap tidak adil oleh China (Tempo, 2025). Kebijakan tarif ini, yang dikenal dengan istilah tariff war, mempengaruhi berbagai sektor ekonomi global, termasuk Indonesia. 

Perang dagang antara kedua negara besar ini menekankan pentingnya pengaruh kebijakan proteksionis terhadap pasar internasional. Misalnya, tarif yang diberlakukan terhadap barang-barang China, mulai dari produk elektronik hingga barang konsumsi, meningkatkan harga dan memengaruhi daya saing global.

Kebijakan tarif Trump juga dinilai tidak konsisten dan sering kali berubah-ubah sehingga menambah ketidakpastian di pasar global. Misalnya, pada awal Februari 2025, Trump mengumumkan tarif 10% terhadap impor dari China, yang memicu balasan dari China dengan tarif 15% terhadap produk AS (CNBC Indonesia, 2025). 

Kebijakan ini memperburuk ketegangan perdagangan dan menciptakan gangguan lebih lanjut dalam perdagangan global, yang akhirnya memengaruhi ekonomi negara-negara yang bergantung pada impor atau ekspor ke AS dan China.

Pemasalahannya, tariff war ini tidak hanya memengaruhi hubungan perdagangan antara China dan Amerika, tetapi juga merembet ke negara-negara lain yang bergantung pada impor dari kedua negara tersebut, termasuk Indonesia. 

Kebijakan tarif yang mempengaruhi harga barang impor ini berisiko meningkatkan biaya hidup masyarakat Indonesia, yang pada gilirannya memengaruhi daya beli dan perekonomian domestik (Wambrauw, M., & Menufandu, D. N., 2022). 

Analisis dalam tulisan opini ini menunjukkan bahwa kebijakan Trump lebih menitikberatkan pada upaya mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat dengan China. Namun, kebijakan tersebut berdampak pada banyak negara lain, termasuk Indonesia, yang memiliki hubungan perdagangan yang signifikan dengan kedua negara (Hamida, 2022). Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, Indonesia sangat bergantung pada hubungan perdagangan internasional. 

Salah satu contoh konkret adalah impor kacang kedelai dari Amerika Serikat. Sebagai salah satu komoditas utama untuk industri makanan, terutama tahu dan tempe, peningkatan tarif yang diterapkan oleh Trump terhadap barang-barang China dapat merembet ke barang-barang yang diproduksi di Amerika Serikat. Kondisi tersebutlah yang berpengaruh kepada biaya produksi domestik dan mengarah pada peningkatan harga pangan.

Indonesia harus memperkuat sektor domestik dan mendorong investasi di sektor-sektor yang lebih tahan terhadap guncangan eksternal. Oleh karena itu, Noordiansyah dalam metrotvnews (2025) menyebutkan bahwa Deputi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi dalam Pertemuan Sherpa ke-2 Presidensi G20 Afrika Selatan menyampaikan, kepemimpinan nasional Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam mengelola ekonomi nasional untuk menghadapi krisis yang mungkin muncul akibat ketegangan perdagangan global (metrotvnews, 2025). Oleh karena itu, penting untuk memiliki kebijakan yang lebih proaktif, seperti diversifikasi pasar ekspor dan pengembangan sektor industri dalam negeri yang dapat mengurangi ketergantungan pada negara luar.

Kepemimpinan nasional yang efektif memiliki peran krusial dalam menciptakan iklim ekonomi yang stabil dan berkembang, terlebih lagi dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks (Marpaung & Dalimunthe, 2024). 

Agar potensi tersebut dapat berkembang, dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi jauh ke depan, tetapi juga mampu menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mencapai tujuan bersama. Siapa pemimpin yang dimaksud? Yang jelas adalah Presiden sebagai pemegang tampuk kekuasaan pemerintahan di Indonesia. 

Presiden perlu untuk memilih dari sekian bentuk dan pilihan model kepemimpinan yang tepat agar perekonomian nasional bisa tetap survive ditengah tariff war AS dan China. Bahkan dengan momentum ini, Indonesia dapat mengambil peran sentral yang justru bisa menguntungkan perekonomian nasional. 

Ada berbagai macam model kepemimpinan sebagai jalan menuju kemandirian ekonomi. Misalkan kepemimpinan yang menekankan pada kemampuan adaptasi, ketahanan dalam belajar yang berkelanjutan, dan perbaikan secara terus menerus (D'Souza, 2024; Liu & Khong-Khai, 2024). 

Kultur organisasi yang dibangun melalui pembangunan SDM ini sangat penting karena organisasi harus mengetahui arah dan dinamika pasar yang kompleks dan harapan para stakeholders. 

Model yang lain para pemimpin mengkampanyekan lingkungan yang kolaboratif di mana akan terdapat berbagai macam percobaan serta pelatihan pengambilan pengambilan risiko, yang dapat mengarah pada inovasi inovatif dan peningkatan produktivitas (Sundowo et al., 2024).

Pemimpin yang dapat menyatukan berbagai paradigma ekonomi yang dilakukan secara terus menerus ke dalam pandangan jangka panjang dan tujuan negara secara positif, tidak hanya memengaruhi kinerja dan bisnis tetapi juga sumber daya manusia masyarakatnya juga (Ma, 2023; Torun, 2023; Han, 2013). 

Hal tersebut banyak terjadi pada pada negara-negara yang sedang berkembang di mana kepentingan ekononomi dan pengembangan masyarakat diharapkan berjalan bersamaan sehingga dapat mendorong kemajuan yang signifikan (Ughulu, 2024).

Selain itu, pemimpin bangsa ini bisa belajar dari kearifan lokal yang diajarkan oleh tokoh-tokoh Indonesia di masa lalu. Salah satunya adalah Sunan Bonang dengan ajaran Asih, asah, asuh atau hidup penuh kasih, belajar dan peduli kepada sesama. 

Kemudian, Kudu rukun marang tonggo teparo yang memiliki makna Hidup bertentangga harus senantiasa rukun dan damai. Sehingga model kepemimpinan nasional yang dibutuhkan bagi Indonesia adalah kepemimpinan yang mengayomi, adem, ayem dan guyub, melihat bagaimana Indonesia sangatlah luas dengan sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang memiliki beragam Suku, Ras, Agama dan Budaya.

***

*) Oleh : Ahmad Imron Rozuli, Wakil Dekan Bidang Bidang Umum, Keuangan dan Sumberdaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.